Sabtu, 01 Januari 2011

WHEN WE HAVE NO CHOISE...


            Happy new year! Tayangan backpacker di TVOne siang ini, menggiriskan hati saya. Yulika Satria Daya, host acara itu menunjukkan tempat pembantaian rakyat tidak berdosa di kawasan Beirut, Lebanon. Mereka korban perang saudara. Rumah-rumah yang dindingnya bolong-bolong, bekas bombardir senjata, masih dibiarkan begitu saja.
Kawasan kumuh lainnya, ada di kamp pengungsian rakyat Palestina. Mata pencaharian mereka hanya berdagang, seperti sayur, buah-buahan, kebutuhan pokok. Mereka dilarang bekerja di kantor swasta atau negeri oleh pemerintah Lebanon. Guratan lelah, pasrah, kelihatan di wajah mereka. Saya sempat berpikir, apakah mereka memiliki pilihan? Mengapa mereka memilih tinggal di Lebanon? Mengapa mereka menjadi warga Palestina yang selalu berada di tengah konflik?  Mereka tidak punya pilihan. They have no choise
              Pepatah sering mengatakan, hidup adalah sebuah pilihan. Mau sukses, semua impian tercapai, ya usaha…tekun, kerja keras. Ingin nyantai, tidak dikejar target dan sedikit “berkeringat”, ya…silahkan. Asal jangan berharap, kita memperoleh apa yang diimpikan. Istilah Jawa-nya, monggo kerso…Terserah. Wong kita juga yang ngerasain hasil akhirnya. But, andaikan…kita tidak diberi pilihan, bagaimana?
            Saya yakin, andai boleh memilih, pengungsi Palestina yang tinggal di Lebanon itu ingin menjadi warga di sebuah negara yang merdeka, aman, nyaman, tidak ada suara desingan peluru setiap waktu…Mereka bisa berkumpul dengan orang-orang yang mereka cintai, bekerja sesuai bakat dan kemampuan mereka, …Lantas, bagaimana dong ketika pilihan untuk kita tertutup?
            Bersyukur. Keep survive, be though…Terima saja, apa pun yang sudah kita miliki. Enjoy saja…Lakuin, apa yang masih bisa kita lakuin. Negeri kita belum sebersih dan disiplin Singapore, ya…nikmati. Lakuin yang bisa kita lakuin, …for example: tertib lalu lintas, nggak slebor buang sampah atau ngerokok di sembarang tempat. Listrik dan air di negeri ini masih suka ngadat, ya…kita rajin kontrol pemakaian lampu di rumah, hemat air. Hal sekecil apa pun, kita bisa awali dari rumah kita sendiri. Bukan malah sebaliknya, mengumpat setiap hari, but kita nggak ngelakuin apa-apa…
            Enjoy dan syukuri dengan apa pun yang kita miliki. Lebih enteng, rasanya. Ketimbang setiap hari protes, mengumpat, mencari kambing hitam, etc. Rumah kita ada di pinggiran kota, kecil, sampai-sampai tidak memiliki teras untuk bersantai…ya nikmati. Bersyukur, kita memiliki rumah. Bersyukur, kita tinggal bersama orang-orang yang kita sayangi. Bersyukur, meski kecil tapi tidak was-was karena ancaman banjir misalnya…Jaga yang sudah kita miliki, bukan malah mencari-cari lagi dan menyalahkan situasi…

Tidak ada komentar: