Selasa, 22 Maret 2011

rahasia ISTRI DIMADU


            
           Gggrh! Lagi-lagi sinyal yang mengatur jalur kereta jabotabek, kacau. Aku menggeleng-gelengkan kepala. Sudah satu jam menunggu di stasiun, belum ada tanda-tanda kereta yang akan membawaku pulang muncul.  Langit sudah mulai gelap, bahkan gemuruh petir sesekali terdengar. Jangan-jangan, sebentar lagi hujan. Kulihat “teman-teman” senasib yang masih menunggu di peron, terkantuk-kantuk sambil memeluk barang bawaan masing-masing. Entah berapa lama lagi aku harus menunggu…Repot banget. Jam-jam segini, pasti bis penuh. Ingin naik taxi, tanggung bulan.
            “Kereta terlambat lagi ya mbak?” tegur pemilik wajah oval, bermata bulat yang tiba-tiba sudah ikutan duduk di sampingku. Cantik. Rambutnya yang hitam dan panjang, dibiarkan terurai melewati bahu. Baju ketatnya memperlihatkan potongan tubuhnya yang ramping, tapi sexi. Benar-benar iri aku dibuatnya…
            “Ya, nih…Kabarnya sinyal kereta bermasalah. Pulang larut lagi dah!” gerutuku, sambil mengambil tissue untuk menyeka keringat. Mmm…sayang. Cantik-cantik cewek itu parfumnya norak. Tajam, menusuk. Seperti aroma cendana atau rempah-rempah. Wangi sekali.
            “Sabar mbak, ntar juga datang. Saya biasa pulang terlambat. Kemalaman bukan hal baru mbak, buat orang yang tinggal di Jakarta ini…”
            “Mmm…iya…”
            “Mbak tinggal di mana? Sudah berkeluarga?” tanyanya sok kenal. Huh! Baru ngobrol saja, sudah pengen tahu banget tuh perempuan. Jujur. Aku paling tidak suka ditanya-tanya soal keluarga. Bayangan Taufan, tiba-tiba terlintas begitu saja.
            Laki-laki yang aku cintai sejak bangku SMA dulu, ternyata tidak mampu melawan orang tuanya demi memperjuangkan cinta kami. Dia menikah dengan wanita yang dijodohkan dengannya, waktu aku tengah mengerjakan skripsi. Padahal, kami sudah pacaran lima tahun. Semua janji yang dia pernah katakan, terbang begitu saja seperti terbawa angin.  Penyesalanku hanya satu waktu itu, Taufan tidak pernah berusaha menjauhi atau memutuskan hubungannya denganku. Kami tetap pacaran, seakan-akan tidak ada apa-apa, hingga janur kuning benar-benar melengkung.  Selesai sudah, batinku waktu itu.
            Hancur. Sedih. Marah. Kecewa. Semua campur aduk menjadi satu. Aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan laki-laki itu. Karena pilihannya hanya satu, menikahi Mila atau keluar dari rumah. Ya! Orangtuanya benar-benar kolot. Hari gini masih saja memaksakan kehendak, termasuk mengancam anak kandungnya dengan hal-hal bodoh. Padahal mereka tidak pernah tahu, Taufan sendiri juga hancur.
            Kutahu betul, setelah menikah laki-laki yang biasanya selalu ceria, aktif di berbagai perkumpulan dan gemar berolahraga itu, berubah 180 derajat. Dia menjadi pemurung, tidak pernah ikut acara-acara yang diadakan teman-teman kami satu angkatan. Bahkan kata Rani, teman kami satu almamater dulu, dia juga menjadi orang pemarah. Rani tahu betul perubahannya yang begitu drastis,  karena dia satu kantor dengan Taufan sekarang.
            “Pokoknya dia beda banget deh, Ta…Waktu kita suka ngumpul dulu,…waktu kamu juga masih pacaran sama dia. Energik, heboh, rame kan? Sekarang, boro-boro suka ngeledekin aku seperti dulu. Senyum saja, nggak. Energi dia tersedot istrinya kali…ha…ha..ha..” Rani tergelak, ketika melaporkan hal itu padaku.
            Kasihan. Aku tidak bisa menyalahkan Taufan sepenuhnya. Pilihannya masuk akal. Dia bukan tipe anak durhaka. Mampu melawan kemauan orangtua. Resikonya ya..aku harus mau mengalah dan kehilangan dia.
            “Mbak…melamun? Mikirin siapa?” suara renyah itu mengejutkan aku lagi. Astaga, aku melamun dari tadi? Kulihat sekelilingku, …masih di stasiun. Calon penumpang banyak yang sudah pulang. Tinggal beberapa orang saja yang bertahan, termasuk aku dan…
            “Mbak, tuh ada kereta datang. Moga saja, kereta kita ya mbak…”
            Aku tidak sempat menjawab, ketika kereta yang kutunggu benar-benar datang. Ffuiih..lega. Setidaknya aku bisa menghemat ongkos taxi dan pulang aman sampai ke rumah. Tiba-tiba kubaru ingat perempuan yang sok akrab tadi, ketika aku sudah di dalam kereta. Entah kemana dia, …bayangannya sudah tidak terlihat lagi.
*****
             Malam Jum’at yang sempurna. Tugas-tugasku di kantor menumpuk, sampai harus rela pulang larut. Lagi-lagi aku harus menunggu kereta sendirian. Huuh! Andai Taufan tahu dan belum memiliki Alena, pasti dia tidak akan membiarkan aku malam-malam berdiri sendirian di sini. Kuingat betul, waktu pulang kuliah malam. Dia bahkan rela mengantarkan aku pulang, padahal jelas-jelas rumah kami ibarat ujung ketemu ujung….Jauh banget dan nggak satu jurusan.
Mmm…tapi sudahlah. Toh nggak lama, kami akan bersatu lagi. Hanya menunggu waktu.
            Bulan lalu, Taufan tiba-tiba menyatakan keinginannya, menikahiku. Memang dia tidak bisa menceraikan Alena yang memberinya seorang anak laki-laki. Tetapi menurutnya dia juga tidak bisa tahan, hidup tanpa aku. Maka dia berharap, aku bersedia menjadi istri keduanya. Istri muda…
            Dimadu? Awalnya aku menolak keras. Mana mungkin aku rela berbagi suami dengan wanita lain? Apalagi, aku harus melihat dia tetap bersikap baik dengan madu aku…Ggrrhh! Berat. Pahit. Akhirnya aku mengiyakan juga…yah, lagi-lagi karena cinta. Sejak Taufan menikah, meninggalkan aku, hidup seperti kosong. Rutinitasku pulang, pergi kantor, seperti bom waktu. Tiap saat bisa meledak. Otak dan hatiku tidak bisa kompromi. Sulit berpikir dengan akal sehat lagi. Kadang, aku suka lepas kontrol waktu memimpin meeting di kantor. Tanpa sadar, aku bisa berjam-jam bengong di depan laptop…Semuanya kusalahkan pada yang namanya cinta. Yah, aku cinta mati sama Taufan…
            “Mbak…kemalaman lagi?” Suara itu membuyarkan lamunanku. Wanita cantik dengan rambut panjang terurai melewati bahu. Parfum cendananya yang menusuk..ya, aku ingat betul. Dia…
            “Malam ini kereta aman-aman saja kok mbak…Tenang saja. Kita tidak perlu menunggu lama,” hibur dia. Aku hanya menelan ludah, pahit. Nih orang, nggak tahu apa kalau moodku lagi jelek?
            “Mbak, mau minum?” tawarnya sambil menyodorkan segelas air mineral yang dia bawa. Aku menggeleng. Lama-lama kasihan juga perempuan ini. Maksud dia baik, kenapa selalu aku jutekin?
            “Maaf, buat mbak saja. Saya tidak haus…” tolakku hati-hati. Dia tersenyum lebar. Jari-jari lentiknya merapikan rambutnya yang berantakan, tertiup angin.
            “Kenalkan, saya Rima… Mbak…” sapa wanita itu lagi, sambil menyodorkan tangannya. Mmm, nggak ada salahnya memiliki teman seperti dia, batinku.
            Kebekuan yang tadinya selalu kuciptakan, akhirnya mencair. Rima memang wanita hangat, menyenangkan. Baru setengah jam kami duduk berdua, dia sudah banyak membuatku tersenyum. Salah satu cerita dia yang membuatku merasa sepenanggungan, ya..soal cinta. Dia begitu berapi-api menceritakan cinta pertamanya yang tidak dia lupakan sampai sekarang. Tapi entah, laki-laki itu berhasil menikahi dia atau tidak, aku tidak tahu…Kereta keburu datang. Belum sempat say good bye, Rima sudah menghilang entah kemana.
****
            Ffuiih….Capek juga mempersiapkan pernik pernikahan sendirian. Meski rencananya sederhana sekali, hanya ijab kabul di depan saksi, lantas makan-makan dengan teman dekat, energiku terkuras juga. Taufan nggak bisa membantu banyak, karena dia masih harus memperhatikan keluarganya. Sebenarnya pernikahan kami pun tidak direstui keluarga besar Taufan.  Untung Alena berbesar hati, menerima permintaan Taufan. Dia juga yang membujuk orangtuanya untuk menerima keputusan ini.
            “Aku rela mbak menikah dengan suamiku, sekaligus menjadi maduku. Meski hati ini sakit, tapi aku lebih sakit lagi kalau melihat Mas Taufan sering melamun, sedih. Kebahagiaan dia yang utama…” aku Alena, ketika kami bertemu suatu malam di sebuah kafe.
            Benar-benar wanita berjiwa besar, rupanya. Hatiku nyaris luluh. Pertahananku hampir jebol. Tapi lagi-lagi Taufan berhasil menguatkan aku lagi…Yah, untuk cinta apa pun harus aku perjuangkan…
            “Malam mbak…sendirian?” tegur pemilik mata lentik itu, mengejutkan. Ouch, Rima. Wanita yang selalu saja kutemui sendiri di stasiun…Aku belum sempat bertanya tentang keluarganya. Kerja apa dia, kok selalu pulangnya malam-malam begini…
            “Ya, Rima. Seperti biasa…Banyak kerjaan belum selesai, terpaksa pulang telat lagi…”
            “Wanita karier sekarang memang resikonya begini mbak…Keluarga mbak mendukung pasti kan? Itu lebih penting…”
            “Maksud kamu?”
            “Ya, capek kita tidak terasa, kalau ada dukungan keluarga. Suami yang mencintai kita, anak-anak yang lucu…”
            “Soriii…aku belum punya anak dan belum menikah,” potongku cepat. Entah mengapa, nadaku berubah tinggi. Mmm…sabar, sabar… Lagi-lagi aroma cendana itu membuatku pusing. Kenapa perempuan ini suka parfum yang baunya menusuk itu… 
            “Maaf, maaf mbak..Bukan maksud saya mengutak-atik soal pribadi mbak. Saya salah ngomong ya?” Wajahnya pucat pasi. Mmm…baru kusadar, wajah Rima selalu kelihatan begitu pucat, seperti tidak ada aliran darah. Tangannya yang menggenggam tanganku barusan juga dingin.
            “Maksud saya.... dukungan keluarga hal yang utama. Saya juga ngerasain mbak, sebagai perempuan ingin dicintai dan memiliki orang yang saya cintai. Tapi kadang keinginan saya tidak membuat orang lain bahagia, apalagi keluarga dan sesama wanita, untuk apa? Saya seperti menari-nari di atas penderitaan wanita lain…Percuma.”
            Aku menggeleng-gelengkan kepala. Omongan wanita ini makin ngelantur. Kuambil handphone dari tasku, lantas pura-pura sibuk membaca sms yang masuk. Malam ini, entah mengapa aku malas meladeni obrolan dengan Rima. Belum lama aku sms, tiba-tiba kereta yang kutunggu datang. Kulirik sekelilingku, Rima sudah tidak ada. Mmm, seperti biasa. Batinku. Tapi satu hal yang mengusik perhatianku…tas serut dari kain warna merah hati itu, teronggok tidak jauh dari tempat dia duduk. Milik dia ketinggalan? Ah, ntar siapa tahu aku bisa mengembalikannya…
****
            Pagi ini, sebelum ke tempat catering untuk memesan makanan, aku mampir dulu ke rumah Rima. Identitas dalam tas serut yang kutemukan tadi malam, memang benar milik Rima. Rumahnya tidak jauh dari tempat catering yang kupesan. Sekalian saja, pikirku. Kasihan. Dia pasti butuh dokumen penting dalam tas itu…
            “Mbak ingin bertemu Rima?” tanya seorang wanita separuh baya, terheran-heran. Mata bulatnya yang mengingatkanku pada perempuan itu, berkaca-kaca. Dia langsung tergopoh-gopoh ke dalam, memanggil suaminya….
            Baru kutahu, Rima sudah meninggal sebulan yang lalu, karena terseret kereta api. Entah, dia bunuh diri atau sedang melamun ketika sedang jalan di perlintasan kereta. Saksi mata hanya bisa berteriak mengingatkan, tapi kereta terlanjur menyeretnya. Identitas yang ada di dalam tas selempang yang dia bawa, menunjukkan jenasah itu memang Rima. Namun sebuah tas make up kecil berisi kartu-kartu penting, memang hilang dan belum ditemukan. Tas itu rupanya yang kubawa… 
            Entah kebetulan atau tidak, dia meninggal setelah mengetahui dirinya akan dimadu. Bulu kudukku tiba-tiba meremang. Bayangan dia yang selalu muncul tiap malam, di stasiun kereta membuatku sulit tidur. Kuingat juga rencanaku menikah dengan Taufan…Artinya, aku juga akan membuat hati wanita lain tersakiti…Buru-buru kupamit pulang. Keputusanku sudah bulat. Aku harus batalkan pernikahanku, karena aku tidak mau ada Rima-rima lain, menjadi korban.(Ft; berbagai sumber)

Senin, 21 Maret 2011

10 things i love about GIGI


Happy birthday my fave band…Sweet seventeen, kata orang. Boleh dong, gw inget-inget apa yang bikin gw suka sama group itu sampai detik ini?
1.      Vokal Armand Maulana gokil. Nyadar pas dengerin check sound, aslinya busyetttt… Beneran bisa nyanyi. Maaf-maaf nggak seperti mereka yang ngaku-ngaku vokalis band, tapi aslinya suaranya mleper nggak jelas…Vokalis Gigi, vokalnya bisa dipertanggungjawabkan, man!
2.      Original
Nggak suka copy paste lagu orang, ngikut trend juga no way… Mau lagi demam pop melow, melayu, cedut cenut, heavy metal, tetep saja, mereka dengan style  mereka sendiri.
3.      Stage Act
Stamina di panggung, nggak diraguin. Mau sekian lagu dihajar langsung, ok saja. Perfomance juga beda. Meski awalnya agak bingung juga gw ngelihat vokalisnya suka lompat, kanan kiri…but sekarang gw tahu, itulah yg bedain Gigi dengan yang lain…
4.      Tanggungjawab
Tanggungjawab dengan karya, pekerjaan yang dilakuin. Latihan tetap rajin, padahal banyak group suka ngerasa udah jago duluan…Mereka nggak pernah berhenti “belajar” , latihan. Soal waktu juga on time banget…nggak gw lupain, waktu ditinggal Budjana dan kena omel, gara-gara gw yang telat. Or waktu nyiapin studio foto, padahal Gigi udah nongol di lobi. Pas naik, komen Armand…”Kita udah 15 menit di bawah lho…” Gw jadi malu…
5.      One step ahead
Berani ambil langkah sendiri, bahkan kadang lebih dulu dari yang lain. Seperti ngeluarin album religi yang akhirnya malah diikutin group band lain. Mereka juga tawarkan sistem distribusi baru, lewat Carrefour (album Amnesia).
6.      Sehat
Nyadar untuk “sayangi” diri sendiri dengan hidup sehat. Nggak mabok, ngerokok, bahkan sekarang mulai mengurangi lemak-lemak, nasi putih kadang diganti nasi merah. Nggak gw lupa, waktu datang ke kantor untuk interview, mereka bawa bekal sendiri. Buah pisang! Camilan sangat sehat…
7.      Believe in God
Hubungan mereka dengan Sang Pencipta, luar biasa. Always ingat waktu beribadah, bahkan tour ketika Ramadhan pun mereka lakuin. Puasa-puasa, manggung! Mereka juga sangat toleran dengan perbedaan agama, salah satunya ketika Budjana memiliki banyak acara keagamaan.
8.      Down to earth
Gigi 17 tahun lalu dengan sekarang, sama saja. Tetap nyantai, cuek, tampil apa adanya di depan wartawan, fans, siapa pun…Nggak seperti beberapa anak band gayanya sudah ngelebihin seleb, baru single saja sudah belagu..ditanya susah, ditemui banyak prosedur, seperti dibutuhin banget. Sementara Gigi udah sekian album, biasa manggung di luar negeri, tetap saja membumi…
9.      Friendship
Baik buruknya teman sendiri, nggak mereka omongin kemana-mana. Andai ada yang cabut pun, tidak berakhir dengan “cacatan” di infotainmen. Selalu kesan positif yang ditinggalkan.  Thomas pernah kesangkut drugs, tetapi ketika dia kembali malah makin solid…Their relationship dengan “mantan-mantan”Gigi, like Baron, Ronald Fristianto, Budhy Haryono, Opet pun tanpa gosip miring.. Banyak banget kan, group band yang baru aja naik, sudah ribet sendiri dengan hubungan antar personel…
10.  Look youngest  
Usia personelnya udah nggak muda lagi, but bandingin dengan anak band sekarang…Mereka kelihatan nggak berubah, tetap muda saja…Mau dideretin dengan personel band lain, ayukkk aja...Malah banyak tuh anak band sekarang, baru 20 tahun tapi maaf-maaf tampilannya seperti 30-an…So, boleh dong kalau gw bilang...i'm proud to be their fans...(Ft: www.gigionline.com)

Minggu, 20 Maret 2011

the most scary HOTEL...



            Ngomongin hotel, pasti fasilitas dan lokasi strategis yang diinginkan. Bayangannya tempat beristirahat yang menyenangkan. Ternyata tanpa kita sadar, ada “tamu” lain tak diundang yang suka muncul tiba-tiba. Roh mereka yang masih belum sempurna di alamnya, kehadirannya sering mengejutkan. Ngintip yuk hotel-hotel di dunia yang terkenal menyeramkan…

Hotel Crescent, Dallas Texas
            Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai, terdengar seperti langkah orang yang tengah diburu waktu. Gaduh. Nggak hanya sekali…Berulangkali petugas kebersihan dan tamu hotel mendengar suara yang sama. Sepertinya ada orang yang sibuk, lalu lalang di antara koridor kamar. Setiap kali mereka mencari ke arah suara berasal, tak ada siapa-siapa di sana.
            Kejutan-kejutan kecil itu kembali terulang. Meski gedung telah direnovasi, beberapa ruangan diubah menjadi ballroom dan kafe berstandar bintang lima, pengunjung hotel masih menemukan keganjilan yang membuat bulu kuduk berdiri. Suara derit roda yang beradu dengan lantai, misalnya. Fffuiih…sepertinya ada kursi roda atau tempat tidur beroda yang tengah melintas di antara kamar-kamar hotel.
            Ya! Pantas saja, Crecent dianggap sebagai hotel paling menakutkan di Amerika. Bukan karena interiornya yang masih dipertahankan keasliannya, tapi karena hotel yang dibangun tahun 1886 itu pernah diubah menjadi rumah sakit buat penderita kanker. Gara-gara bangkrut, tahun 1937 hotel ini dibeli oleh dr. Norman Baker yang mengubah fungsi bangunan menjadi tempat rawat inap. Masalahnya, pasien yang berobat  banyak yang meninggal dunia. Perawatan kurang memadai, serta pengobatan belum secanggih sekarang membuat kondisi pasien makin parah.
Rumah sakit itu pun ditutup. Lantas pemodal baru mengembalikan fungsinya menjadi hotel kembali. Namun  arwah penderita kanker yang penasaran, kabarnya masih enggan meninggalkan Crecent. Mereka suka “memperkenalkan” diri di depan para tamu hotel. Hiiii….

Hotel Queen Mary, California
            Hotel terapung yang memiliki fasilitas super mewah, sampai-sampai tamu hotel dibilang seperti menginap di istana Buckingham itu, memang semula merupakan kapal pesiar. Kemampuan mesin dan penampilan fisiknya terkenal paling mahal. Queen Mary dibuat oleh John Brown & Company Shipbuilding Desember 1930 di River Clyde Scotlandia. Namanya pemberian dari King George V. Politisi terkenal macam Winston Churchill, Greta Garbo dan Mary Pickford yang terkenal “kejam” pernah ikutan berlayar dengan kapal itu.
            Luar biasa, mahal! Kapal yang launching September 1934 ini diselesaikan penyempurnaannya selama 3,5 tahun. Biayanya jelas membengkak, sampai 3,5 juta poundsterling. Bromsgrove penggarap desain interiornya menyelesaikan desainnya dengan sangat detail. Ruang kasiono, bar, restoran, ballroom, dan kamar tidur dibuat sesuai standar hotel bintang lima. Perabotnya pun mahal dan pilihan. 
            The Grey Ghost, pasukan militer Inggris sempat mengambil alih kapal ini untuk  menyeberangi Atlantik. Naas. Queen Mary bertabrakan dengan kapal HMS Curacao. Kapal terbelah dua. Nggak hanya itu saja, 300 penumpang tewas. Kapal itu pun dialihfungsikan menjadi museum, restoran sekaligus hotel terapung di Long Beach California. Konon, bukan hanya petugas hotel saja yang akan menemani kita selama menginap di sana. Penghuni “lama” pun suka menampakkan diri. Kadang kita juga bisa mendengar suara bayi menangis di nursery room, gaduhnya piring yang beradu dengan sendok di dapur restoran, meski kondisinya lagi tutup atau  suara orang berlarian di sepanjang koridor kamar. Uniknya, masih banyak saja tuh orang-orang yang check in di hotel ini.

Hotel Del Coronado, California
            Hotel yang memiliki julukan The Del ini pemandangannya luar biasa indah, karena langsung  menghadap pantai San Diego, California. Salah satu tempat favorit penyuka surfing. Selain lokasinya strategis, arsitekturnya masih mempertahankan keasliannya. Sebagian bangunan didominasi oleh kayu pilihan yang dibuat langsung dari California. 
            Ketika dioperasikan pertamakalinya tahun 1888, hotel yang boleh dibilang menyerupai resort itu terbesar di dunia. Presiden, pejabat dan selebritis, seperti Thomas Edison, Charlie Chaplin, Charles Lindbergh, pernah menginap di sini. Beberapa kejadian tidak menyenangkan, pernah dialami penghuni kamar. Khususnya sejak seorang tamu bernama Kate Morgan yang menginap di kamar  3327. Konon dia ditemukan meninggal di kamar hotel, karena sakit kanker. Gosip lain mengatakan, dia tewas bunuh diri. Pantas saja, hantu wanita ini sering menampakkan diri di depan tamu hotel.
            Bangunan asli hotel sebenarnya dibuat tahun 1880-an, ketika usaha real estate mulai booming. Banyak pemilik modal tertarik menanamkan modal di pembangunan gedung, perumahan atau perhotelan.  Elisha S. Babcock membeli lahan Coronado ini senilai $110.000, tepatnya 19 Desember 1885, lantas menggunakannya untuk membangun hotel yang beroperasi Februari 1888. 
            Selama Perang Dunia II, banyak perhotelan dan resort diambil alih oleh pemerintah Amerika. Salah satunya The Hotel del Coronado yang diubah fungsinya menjadi tempat tinggal pilot pesawat tempur. Pilot-pilot yang tengah latihan bertempur pun, kadang ada yang sakit parah sampai meninggal di tempat itu. Kebayang dong…
Ketika perang berakhir, Lawrence mengambil alih kepemilikannya. Dia menanamkan uang senilai $150 juta untuk mengembangkan hotel ini. Kapasitasnya pun berubah menjadi 700 kamar dengan Grande Hall Convention Center dan dua menara pengawas pantai. Ketika beliau meninggal, keluarganya menjual hotel ini ke Travelers Group, sebuah perusahaan pariwisata. Hingga tahun 2005, tempat ini pun ditambah 205 kamar dengan fasilitas ekstra mewah. 

Lizzie Borden Bed and Breakfast, Madison Avenue
            Sungguh sadis! Lizzie Borden, bocah belasan tahun membantai ayah dan ibu tirinya dengan kapak 4 Agustus 1892. Abby Borden, sang ibu ditemukan terkapar di bawah tempat tidur, dekat ruang tamu. Sang ayah, tergeletak di bawah sofa. Darah membanjir di sekitar lokasi. Beberapa paranormal yang mengecek tempat ini menyakini, hantu mereka masih penasaran hingga mengganggu siapa pun yang tinggal di sana. Lizzie sendiri ditahan di Fall River, sampai meninggal tahun 1927. 

Hotel Stanley, Colorado
            Cinta berlebihan memang berakibat buruk, seperti kecintaan O Stanley dan istrinya. Mereka sangat mencintai hotel milik mereka, The Stanley Hotel yang dibangun di Ester Park Colorado tahun 1909. Lokasinya berdekatan dengan the Rocky Mountain National Park. Indah banget! Pantas,  meski mereka telah meninggal dunia, arwahnya masih tinggal di sana. Kadang kita bisa melihat mereka muncul di lobi, bar atau tempat bilyard, tempat favorit mereka. Jangan kaget ya, malam-malam suka terdengar denting piano. Padahal tidak ada seorang pun yang tengah main piano. Ballroom pun bisa tiba-tiba berisik, seakan-akan ada pesta. Ketika kita samperin…wusss! Kosong! Kadang tamu yang “beruntung” juga tidak sengaja suka bersisipan jalan dengan sosok tak dikenal di lorong kamar. Ketika kita berbalik badan, dia sudah menghilang dalam hitungan detik. Mmm, sungguh tidak masuk akal sehat.
            Kisahnya berawal ketika Stanley seorang investor dari Stanley Steamer automobile datang ke Estes Park untuk berobat. Dia tengah mengidap penyakit TBC kromis. Dokter menyarankan, dia tinggal di Estes Park yang dekat dengan pegunungan, selama musim semi. Soalnya, udaranya bagus untuk kesehatan. Daerah perbukitan itu pun tadinya milik Dunraven, pengelola hutan khusus untuk mereka yang suka berburu.
            Tanpa sengaja, dia mulai menyukai lokasi tempat dia berlibur. Dia pun mewujudkan keinginannya bisa menetap selamanya di sana dengan membeli lahan seluas 61 km2 di sana.  Bangunan yang didesain oleh Freelan O. Stanley itu memiliki 138 kamar dan mulai beroperasi 4 Juli 1909, dengan tamu tokoh ternama waktu itu, seperti;  Margaret Brown, John Philip Sousa, Theodore Roosevelt, kaisar Jepang serta selebritis Hollywood. 
            Hantu pemilik hotel yang masing suka “keluyuran” ini juga memberi inspirasi penulis novel horor, Stephen King dalam bukunya The Shining. Tulisannya itu sempat mengundang pri dan kontra. Pasalnya Stephen King sendiri tidak menulis novel itu di hotel, tapi dia bisa menggambarkan gimana seremnya tuh gedung. The Shining bahkan dibuat mini seri televisi yang lokasinya mengambil tempat di Hotel Stanley, seperti aslinya. Hingga kini perawatan dan pengelolaan hotel masih dibawah pengawasan The National Register of Historic Places.

Hotel Provincial, New Orleans
            Meski dikenal berhantu, pemilik sekaligus General Manager hotel yang berlokasi di kawasan Bourbon Street, New Orleans itu nyantai saja. Bryan Dupepe, laki-laki itu malah menganggap mereka yang tinggal di masa lalu dan kini menghantui hotel itu malah mengundang wisatawan yang suka menguji nyali.  Soalnya hantu-hantu itu hanya suka menampakkan diri, tetapi tidak mencelakakan siapa pun. Sejak keluarganya membeli bangunan itu awal tahun 1960-an, penampakan yang sering muncul adalah wujud seorang perawat.
            Kenyataannya tidak semua pengunjung, berani dan siap menghadapi kejutan selama tinggal di Provincial. Fasilitasnya memang wah…berkelas, tapi kejutannya juga…wow! Beberapa kali pengunjung dibuat terkaget-kaget dengan suara berisik di lobi, ketika malam mulai larut. Ketika dicek, tak ada siapa-siapa di sana. Kadang juga terdengar, suara orang tengah berdebat atau suara wanita sedang bersendagurau. Setelah dicari asal suaranya, tak ada siapa-siapa.
            Konon, issue hotel itu berhantu semakin santer gara-gara ada seorang wanita memilih bunuh diri, terjun dari kamar 703 sekitar tahun 1920-an. Pantas saja, petugas kebersihan juga sering melihat seorang wanita dengan rambut digelung, duduk di teras atas. Tatapannya dingin, tidak ada aktivitas lain dia lakukan, selain memandang jalanan di depan hotel. Setelah dia disamperin, tiba-tiba sosoknya menghilang begitu saja.(FT:berbagai sumber)