Rabu, 05 Januari 2011

WHEN I'M TRAPPED...


Rock Music Concert
            Prang! Booom…Blarrr! Detik berikutnya, kaca-kaca pintu masuk, pecah berhamburan. Botol minuman, batu, kayu, berterbangan. Gaduh. Beberapa kali, massa yang ada di luar pagar stadion berteriak-teriak, mereka juga mendorong dan memukul-mukul pintu masuk berlapis seng. Suaranya menakutkan. Badan saya bergetar hebat. Benar-benar, tidak tahu harus lari (tepatnya berlindung…) ke mana. Saya lihat, beberapa laki-laki berlarian, berusaha menyelamatkan motornya di sudut lapangan. Sementara saya benar-benar seorang diri… Peluh membanjir, tangan gemetar. Ampun Tuhan, sumpah…saya janji tidak liputan malam-malam lagi…bisik hati saya saat itu.
             Siapa sangka, rencana meliput konser musik rock malam itu berakhir bencana. Hujan yang tiba-tiba mengguyur arena, membuat sound system korslet. Musisinya memutuskan batal manggung, satu jam sebelum acara dimulai. Gila! Sementara, penonton yang rata-rata laki-laki, berambut gondrong dan bertato, sudah berdesakan di luar sana…Jelas saja, mereka kecewa. Meski janji uang tiket dikembalikan dan konser ditunda, dua minggu kemudian, mereka tetap sudah menanggung kecewa…
            Saya tidak membayangkan, kejadiannya separah itu. Sore itu, selesai ikut melihat check sound, saya hanya pulang untuk mandi dan balik lagi ke lokasi. Agar dapat wawancara eksklusif..Panitia pun sudah memberikan kaos berlabel acara, agar akses keluar masuk mudah. Asyik kan? Siapa sangka, kaos itu pun menjadi bumerang.
            Kerusuhan di luar dugaan. Saya sudah terlanjur berada di dalam stadion, sementara penonton marah di luar sana. Pintu stadion pun hanya satu…So? Saya berpikir cepat…Bayangan saya, andai mereka melihat saya dengan kaos panitia, pasti bisa main timpuk. Andaikan tidak pun, saya bisa kegencet orang-orang, terkena lemparan botol nyasar atau batu…Oh my God!
            Saya berusaha mempelajari situasi. Ternyata ada satu bangunan, berlantai dua di sisi lapangan. Spontan saya masuk ke sana, naik ke lantai dua, langsung belok ke kiri. Blarrr!!! Ampun! Salah..tahunya belok ke kiri, langsung posisi ada di teras depan stadion. Batu, botol, berhamburan…Astagaaaa! Saya buru-buru putar haluan, ke ujung yang di kanan. Trus lari sebisanya…ternyata tempat itu terdiri dari beberapa kamar yang pintunya terbuka. Isinya? Cowok-cowok bertelanjang dada, bercelana pendek, berbadan kekar…Yahhhh! Ibarat dari mulut buaya, masuk mulut singa deh…
Baru kutahu belakangan, itu mess atlit tinju yang lagi siap kompetisi. Duh Tuhan, bayangan yang seram langsung bermain lagi di otak saya. Bagaimana andai mereka bermaksud negatif? Saya kabur ke ujung gang di lorong itu juga, ….kamar mandi! Akhirnya, tak tahan dengar suara ribut-ribut itu, saya masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Saking takutnya, sengaja lampu dalam kamar mandi tidak dinyalakan, tujuannya tak ada yang tahu ada orang di dalamnya. Beberapa kali ada orang yang menggedor, bahkan berusaha membuka pintu kamar mandi, tapi saya diam, tak bersuara.
Entah berapa lama saya ada di dalam kamar mandi. Gelap. Kotor. Bau…Saya baru berani keluar dari persembunyian sekitar pukul 12 malam. Saat keamanan terkendali. Polisi datang. Swear, saat itu saya berjanji tidak liputan musik rock lagi, di lapangan terbuka, malam-malam. Tapi ya…itulah saya. Tiga minggu setelah kejadian, saya menonton dan meliput konser lagi di tempat yang sama. Kalau memang cinta dengan profesi itu, mau gimana lagi?

Tidak ada komentar: