Minggu, 24 April 2011

mimpi


            
          Secangkir kopi di pagi hari, andalan seperti biasa. Bukan contoh hidup sehat, memang. But setidaknya mampu men”sugesti” gw lebih bersemangat. Apalagi kalau ingat mimpi gw semalam. Bener-bener konyol, kocak, ajaib, tapi menyenangkan! Gw mimpi dapat tugas wawancarai Armand Maulana, my fave singer. Kocaknya saking semangatnya, gw sampai lupa ganti baju alias msh mengenakan baju rumahan… konyolnya lagi (masih dalam mimpi), Armand yang nemuin gw ikutan heboh, ngebantuin gw cari baju kerja gw... Bangga, senang, semangatnya gw… andai itu nyata.
            Mimpi gw, mungkin gara-gara tanpa sadar ikutan “takjub” melihat fansnya Justin Bieber di Indonesia, waktu si wajah innocent itu konser di Sentul. Gila banget. Mereka bela-belain bongkar isi tabungan, ngantri tiket, nongkrongin di bandara, sampai nonton show-nya yang secara kalau ortu bilang, “Lihat di televisi saja kan bisa. Nggak perlu capek-capek, buang duit pula…”
            Nggak munafik, gw juga pernah ngerasain gimana berdebar-debarnya jantung (lebai bahasanya hehehe), waktu dulu ngidolain Fariz RM. Masalahnya posisi gw waktu bertemu beliau wartawan…, batin gw musti jaim dong. Sedih sebenarnya, nggak bisa foto bareng seperti anak-anak sekarang. Jaim dan gengsi gw lebih tinggi… But girangnya luar biasa, bisa ngobrol langsung dengannya. Ketemuan yang kedua, Faiz inget nama saya! Astaga! Saking panik, senang, sampai-sampai pulang salah bis…Gw naik bis antar kota! Hihihihi….
            Nggak jauh beda, ketika Faiz udah tidak aktif lagi, gw lihat Armand Maulana pertama kali memperkuat Trio Libels. Dia ngegantiin Edwin Manansang, sementara. Hingga Armand bikin Gigi, ngidolainnya tidak putus sampai detik ini…
Kocaknya, waktu awal-awal ketemuan juga jaim…foto bareng? Nggak lah… Sekali bisa foto, teman yang nggak ngerti ngutak-atik lensa, foto saya dan Armand hasilnya blurrrr!!! Hiks! Gitu kali ya…rasanya ngidolain seseorang… Meski gw nggak sampai nangis-nangis, menjambak, mencubit cowok-cowok itu, atau mimpiin mereka ketika tidur… Nggak sih… Kamar, buku catatan, pernak-pernik apa pun juga nggak penuh dengan tempelan stiker, foto, poster mereka…
Entahlah, mungkin berbeda cara ngidolainnya. Meski waktu gw “panas-panas”nya ngidolain mereka juga pas abg...But yang pasti, gw bisa ngidolain mereka karena memang vokalnya bagus (gw pernah denger aslinya pas check sound Gigi, gila man! Suara Armand memang bagus), karyanya bisa dipertanggungjawabkan (maaf2 mereka tidak hasil copy paste, latah trend, jual tampang), kelakuan juga tidak macem-macem. Tapi ya…lagi-lagi itu penilaian subyektif gw mungkin, beda dengan mereka yang tidak mengidolakan sama dengan gw.
Gw juga ngidolain Arswendo Atmowiloto dan Hilman Lupus. Waktu koran kampus gw mengundang Arswendo, wuihhhh…gw bela-belain begadang, di kantor redaksi buat nyiapin acara. Pagi-pagi sudah ikutan konvoi panitia, menjemput beliau di airport. Denger dan bs ngobrol dengan beliau, bangganya minta ampun…Gw suka tulisan2 beliau, nyelenehnya, sentilan-sentilannya di media. Ngidolain dua penulis ini, secara nggak langsung ngaruh juga ke karier gw…Bahkan Hilman salah satu orang yang mempengaruhi gw memilih profesi sebagai penulis.
Intinya, setiap orang boleh punya mimpi, boleh punya idola…Gimana caranya mengekspresikan itu dan apa dasar menyukai mereka, bebas-bebas saja. Ntar juga sampai satu titik, di mana kita tahu perlu atau tidaknya ngidolain mereka… (ft:Mini)

Sabtu, 23 April 2011

too MUCH



            Briptu Norman sakit! Akhirnya cowok yang selalu ada di hampir semua infotainmen dua minggu terakhir ini, tumbang. Gara-gara video lipsync-nya menirukan Shahrukh Khan, ketika menyanyikan lagu Chaiya Chaiya diupload di youtube, spontan semua media memiliki bahan berita baru. Hebat. Two tumbs up, buat pemilik lesung pipit itu. Bayangin saja, hampir semua acara, dia ada. Acara musik, seperti: Inbox SCTV, dahSyat Rcti, derings Trans, Duel Dangdut MNC, reality show: Bukan4 Mata (sampai 4 episode!) Trans7, OVJ Trans7, Cinta Kuya SCTV, Koki Cilik Global TV, Barometer Sctv, Kick Andy Metro Tv, dll… Semua itu hanya dalam waktu tidak lebih dari dua minggu!!
            My God! Boleh masuk record tuh…Trending topic di mana-mana. Meski akhirnya, Briptu Norman tumbang juga. Gw pribadi juga ngerasa, mabuk laut. Tiap ngebuka televisi, nggak lepas dari Mas Norman…Meski awalnya penasaran, pengen tahu aslinya cowok ini, karena gaya lipsyncnya polos banget, tapi ya…sesuatu kalau berlebihan, akhirnya nggak terasa “nikmat”nya lagi.
            Satu tahun lalu, sebelum gw pindah kost, tiada hari tanpa mie instan. Minimal dua hari sekali, pasti bertemu “menu” andalan ini. Enak, murah meriah, mengeyangkan… Apalagi mie rebus, plus cabe rawit atau sambel botol dan telor. Wah! Nikmat! Gara-gara obesitas, setahun lebih gw nggak sentuh makanan enak ini. Kini, andaikan makan, paling ketemunya dua minggu atau bahkan sebulan hanya sekali… But tahu beda rasanya? Nikmatnya dobel. Ternyata jauh lebih enak sekarang rasanya, daripada dulu. Hingga tetes terakhir, gw nikmati banget… terasa bedanya. 
            Sama. Andai kita diberi tayangan Briptu Norman, dua atau lima kali maksimal dalam satu minggu saja, tidak setiap hari selalu ada dalam semua acara, mungkin efeknya jauh lebih dahsyat. Kita pun mengenangnya jauh lebih manis daripada sekarang…Tapi ya itulah, industri. Sesuatu yang dirasa menguntungkan, menarik, punya daya jual akan selalu diekspos sampai limit terakhir…(ft: berbagai sumber)

Rabu, 13 April 2011

Lollypop Jurnalism


            
        Gemes. Bukan karena pagi-pagi denger kabar, Delon eks Indonesian Idol mau married Mei depan. Tapi pesta perkawinannya yang mengundang 100 orang saja dalam sebuah private party itu dijadiin bahan gosip. “Ada apa dibalik pesta Delon?” Ya ampun…Memang pesta kawin musti ngundang ratusan, bahkan ribuan orang? Murah kali ya? Situ yang mau bayarin?
Ampun deh. Kalau nggak ada yang bisa dijadiin berita, lha mbok ya jangan maksain. Sama seperti ketika gw nonton kabar Angelina Sondakh, seminggu setelah kepergian Adjie Massaid. Sebuah infotaimen mengatakan, “Ternyata Angie tidak setegar yang dibayangkan…” Amit-amit deh! Jelas saja dia masih sedih, bahkan tidak jarang menangis, tiap ngomongin Adjie.
Gw nggak mengharamkan infotaimen. Nggak mau munafik, gw nonton. Sering, bahkan. Tapi buat tahu perkembangan film, musik Indonesia, my fave band, that’s it.  Waktu kuliah, gw juga diajarin…salah satu fungsi media massa ya…menghibur. Hanya yang gw bingung, kode etiknya yang kini tidak jelas pertanggungjawabannya. Kata-kata yang dipilih, hiperbola. Kadang terlalu melejit dari fakta.
Infotainmen kekurangan nara sumber? Nggak juga! Banyak banget tuh seniman Indonesia. Artis sinetron, film, nyanyi, iklan, olahragawan, bisa diangkat. Mengapa yang muncul itu-itu lagi? Kurang bisa mengulik atau justru yang punya bernilai secara kualitas, dianggap tidak cukup komersil untuk iklan? Misalnya saja, nilai berita sineas yang dapat penghargaan di luar, bikin drama musikal, dianggap “kurang hot” dibanding mondar mandirnya Jupe dan DP ke Polisi. Bahkan durasi satu jam acara bisa habis hanya untuk membahas satu topik yang diulang-ulang…Ibaratnya andai diperas, inti beritanya bisa menjadi dua atau tiga baris ketik.  
Gimana teori & etika jurnalistik yang gw denger di kampus selama bertahun-tahun ya? Pusing ah. Lebih baik dengerin musik saja dulu, sambil ngopi-ngopi. Monggo… (RIP Bpk Rosihan Anwar, jurnalis senior Indonesia, 14 April 2011)

Senin, 11 April 2011

intermezzo


 Jaduls banget: pertama bertemu Hilman "Lupus"
            Pagi yang sempurna. Segelas kopi sudah tandas, tetapi rutinitas tiap pagi gw dengan ngecek email, FB dan twitter dulu. Kecuali ada deadline atau peer yang musti dikerjakan. Ya, bukan sok ngetop atau gaul…But setidaknya, gw bisa ngucapin selamat ultah buat teman-teman gw. Entah mereka peduli atau tidak. Soalnya gw sendiri ngerasain begitu happy-nya ketika banyak orang ngomentarin ultah gw. Meski basa-basi hihihi..i don’t care. Setidaknya gw ngerasa, ada yang perduli, ada yang menganggap dan mengingat my birthday.
            Ngomongin “komen”, gw jadi inget dua penulis buku yang tahun 1990-an sempat booming, Hilman Hariwijaya dan Gola Gong. Buku serial mereka, Lupus dan Balada Si Roy, begitu laris manisnya sampai dicetak berseri, berulang kali, hingga diangkat ke layar lebar. Nggak bakal lupa, Hilman juga nara sumber yang gw temui pertama kali.
            Masih berseragam sekolah, gw temui Hilman. Gayanya mau wawancara buat majalah sekolah. Groginya gw, sampai-sampai contekan daftar pertanyaan jatuh tepat di depannya. Ffuih… gw nggak pernah menduga, awal ketemuan itu mengubah hidup gw. Tulisan pertama gw yang dimuat di surat kabar umum, ya…tentang Lupus… Lantas lanjut, tiap minggu minimal satu tulisan, pasti ada di beberapa media umum. Thanks God!
            Honor pertama 17 ribu perak! Pernah juga diberi honor 7000 perak, gila! Bukan masalah nilai 7000-nya itu yang tidak bisa gw lupain sampai sekarang, but cara redakturnya kasih duit. Dia ambil lembaran ribuan yang lusuh dari dompetnya langsung, lantas diletakkan gitu aja di meja, depan gw. Sakit hati gw…Bener…Cukup sekali gw nulis di koran itu…dan ternyata, nggak lama koran itu pun bangkrut. Ha..ha..ha…  (Swear! Gw nggak pernah nyumpahin tuh media lho…)
            Bagi gw kebanggaan sebagai seorang penulis, bukan dari berapa besar dia dibayar, tapi dari berapa banyak orang bisa membaca, bahkan mengomentarinya. Ya, syukur-syukur, komentarnya positif. Hihihi… Pernah juga sih, diomelin salah satu redaktur sebuah koran waktu itu. Gw ingat, gw catat dalam memori gw buat pembelajaran.  So, kalau sekarang gw ngoceh sendiri di blog ini, salah satunya karena pengen orang lain juga membaca. Suka atau tidak, monggo… Gw juga bisa “latihan”, karena makin lama kita nggak menulis, apapun itu, mau memulainya lagi susah bener…(Thanks to orang-orang yang langsung atau tidak, sudah mengubah hidup gw.  Penulis idola gw, mantan redaktur gw di beberapa media & media cetak yg membesarkan gw)

Minggu, 10 April 2011

STAR QUALITY


 Ft: www.gigionline.com
        Happy Monday morning. Segelas kopi, penyemangat gw pagi ini sambil melihat tayangan televisi. Biasa. Video klip musisi dalam dan luar. That’s my favorite. Demam cenat cenut, masih ngefek rupanya. Tahu-tahu muncul Go Girls, tujuh cewek yang ikutan bikin single dan sinetron. Busyet, it’s easy to be a pop star…
        Jaman memang sudah berubah. Setahu gw (komen dari beberapa musisi yang merintis karier mereka dari nol), mereka musti berjuang beneran buat bisa masuk dapur rekaman. Bahkan group band sekaliber Sheila on 7 atau Padi, sempat ditolak bolak balik, ketika mereka keukeuh menyodorkan konsep bermusik mereka. Biasa. Alasan pemilik label, musik mereka dianggap tidak menjual. Musik memang menjadi bagian dari industri sekarang. Musikalitas, kemampuan seorang penyanyi atau group band dinomer sekian, masalah selera pasar nomer satu.
        Dulu, gw sempat ngerasain boomingnya lagu-lagu melow, mulai dari Gelas Kaca, Semut Merah, sampai Tenda Biru…Lantas beralih ke musik cadas, meski nggak lama.. Kini boleh dibilang setelah happening-nya musik melayu, seperti: Hijau Daun, Kangen Band, sampai ST12, mungkin saja masanya balik ke pop manis, ala si cenat cenut.
        Suka atau tidak, waktu juga yang ngebuktiin siapa yang benar-benar memiliki star quality. Not just because their packaging saja… Angkat topi buat Slank, Sheila On7, Gigi, ..band-band yang memiliki “umur” panjang, karena kemampuan bermusik mereka bisa dipertanggungjawabkan. Mereka juga punya star quality… Gimana seorang bintang musti bersikap, berkarya…
        Waktu juga ngebuktiin, mereka yang “lahir” karena pandai memanfaatkan momen, just because their lucky saja.. juga akan mudah kandas. So, let we see…who’s the real star! (Pas gw menulis ini, bintang sinetron XXX lagi nyanyi di Derings Trans TV dengan suara mleper, nggak jelas. Alamakkkk… “Main sinetron saja deh, say…Jangan maksa nyanyi”)