Senin, 10 Januari 2011

IN MEMORIAM…


            Banyak kenangan, datang dan pergi. Nggak hanya dari orang terdekat, tapi juga orang yang pernah kita temui. Seperti beberapa public figure yang ngetop di masa-nya ini…Meninggalnya Bang Elfa Secioria, membuat saya tiba-tiba ingin mengingat nara sumber yang pernah saya temui, dan kebetulan kini sudah berpulang.

Elfa Secioria
            Pepatah bilang, gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang, sedangkan manusia mati meninggalkan nama. Bener juga, saya pikir. Meninggalnya musisi besar, Elfa Secioria dua hari yang lalu, mengejutkan. Saya beruntung, pernah bertemu dan ngobrol banyak dengan musisi bertangan dingin yang tidak banyak bicara ini.
            Laki-laki kelahiran Garut, 20 Februari 2959 ini, meninggal dunia di RS Pertamina Jaya Cempaka Putih, 8 Januari 2011 dalam usia 51 tahun karena sakit gula darah. Beliau tidak hanya mendirikan Elfa’s Singer, tapi juga Elfa’s Big Band. Selain pernah memprakarsai Indonesia 6, Bang Elfa panggilannya juga ikut berperan mendidik dan membesarkan, nama-nama seperti: Yovie Widianto, Hedi Yunus, Ruth Sahanaya, Dewi Gita, Andien, dan Sherina.
Sekitar tahun 1989, ketika jazz lagi booming, saya mengenal Elfa lewat sebuah acara. Beliau datang ke Semarang, bersama Elfa’s Singers dan Indonesia 6. Bukan hal sulit, menemui dan minta waktunya. Tidak seperti artis yang kaget dengan popularitas, lantas jual mahal. Respect saya juga makin besar, karena Bang Elfa tidak  pandang bulu siapa wartawan yang dia temui. Media besar, kecil, bahkan freelancer seperti saya waktu itu. Satu hal lagi, kelihatannya saja, tegas, pendiam. Tapi ngobrolin musik, asyik. Dia akan antusias berkomentar, bila ngerasa pertanyaan kita berbobot.
Bangga. Karena saya juga musti ekstra hati-hati, menyiapkan pertanyaan bernas untuknya. Jujur saja…saya tidak mau dianggap tidak tahu musik. Yup! Hati-hati ngobrol dengannya…Jangan lagi bertanya, hal-hal klise. Dia tahu, kita penulis beneran atau hanya bisa bikin sensasi saja…

Nike Ardilla
            Pemilik nama lengkap Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi yang lahir di Bandung, 27 Desember 1975 ini, meninggal 19 Maret 1995. Usianya baru 19 tahun, ketika dia meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal. Mobil Honda Civic yang dikendarainya menghantam beton di jln. RE Martadinata Bandung. Pernah dijuluki Ratu Rock Indonesia, Nike juga termasuk penyanyi, model, bintang film dan iklan tersukses. Albumnya terjual di atas 30 juta copy, meski dia telah meninggal dunia. Bahkan 15 tahun setelah kematiannya, tetap diperingati jutaan fans Nike.
            Seleb belia ini, saya temui ketika dia baru saja happening dengan album keduanya, Bintang Kehidupan. Luar biasa. Menemui dia, sulitnya minta ampun. Bukan karena musti berdesakan dengan wartawan lain, seperti sekarang yang biasa kita lihat di televisi, tapi karena dia memang “sulit” menurut saya. Entah karena waktu dia terbatas, entah karena enggan…maklum, wartawan daerah nggak dianggap penting… Akhirnya saya hanya berhasil menggambil gambarnya…Itu pun empat frame saja. Selebihnya, ke laut saja…

Andy Liany


            Sanggupkan, Ingin Rasanya dan Antara Kita, single yang mempopulerkan nama Andy Liany. Vokalis rock ini meninggal dunia, ketika mobil yang dikendarainya kecelakaan di daerah Cianjur, Jawa Barat. Ironis sekali. Ketika popularitasnya mulai naik, cowok berambut panjang hampir sepinggang ini, musti meninggal dalam sebuah kecelakaan. Kabarnya, dia habis berbelanja bahan pokok untuk dimasak dan makan bareng dengan teman-temannya.
            Andy Liany, seperti rocker lain. Kelihatannya saja garang. Tapi setahu saya, dia sangat friendly. Nggak ada istilah, menolak orang yang datang untuk wawancara, foto, atau bahkan sekedar ngobrol. Batas antara seleb dengan orang awam pun nyaris tak ada. Dia juga tidak pernah melupakan orang yang pernah ngobrol banyak dengannya, termasuk saya…

Vicky Fendy
            Tidak banyak situs yang masih menyimpan cerita masa keemasan penyanyi berambut ikal ini. Melejit tiba-tiba, setelah menjuarai festival lagu populer di Indonesia tahun 1980-an. Namun siapa sangka, dia meninggal dunia, dua minggu setelah promo album terbarunya.
            Ingatan tentang Vicky, nyaris hilang. Lama sekali, saya tidak membaca kabar dia. Memori saya tentang dia, super cuek. Mungkin juga, salah satu kesalahan saya adalah tidak mampu mengambil hatinya. Ketika saya temui saat check sound di sebuah gedung, dia ngeloyor saja ke luar. Lantas duduk di pondok jamu. Benar-benar, mati gaya saya…Ngerasa, kita tidak di level yang sama. Karena nggak mau pulang dengan tangan hampa, saya pancing dia dengan pertanyaan, apakah dia suka minum jamu…Pengaruh tidak dengan vokal dan staminanya? Berhasil. Dia bilang, dia selalu ngejaga badan dengan minum jamu.
            Saya berhasil menulis sedikit tentang Vicky. Tulisan saya dimuat satu minggu, setelah kita ketemuan. Namun dua minggu setelah itu, saya membaca berita dia meninggal dunia. Tak jelas apa sakitnya. Benar-benar mendadak. Lidah saya, sampai kelu. Saya berpikir, apakah itu efek jamu juga?

Gito Rollies
            Pemilik nama asli Bangun Sugito yang lahir di Biak Papua, 1 November 1947 ini meninggal karena sakit kanker getah bening, 28 Februari 2008. Vonis sakit yang dideritanya itu sudah beliau ketahui, tahun 2005. Salah satu pendiri band yang terkenal era 1960-an, The Rollies ini juga pernah membintangi film Kereta Api Terakhir dan Janji Joni.
            Bangga, saya pernah ngobrol dekat dengan musisi legendaris ini. Meski ketika saya bertemu beliau tahun 1988, belum sepopuler itu. Beliau masih solo album, setelah The Rollies vakum. Beberapa kali promo ke Semarang, membuat saya pun berkali-kali bertemu beliau.
            Rendah hati, cuek, easy going, orangnya. Sederhana. Bahkan, saking santainya, kami ditemui dengan kaos oblong dan celana pendek jeans saja di depan kamar hotel. Kocaknya, setelah ketemuan beberapa kali, baru dia terperanggah heran. “Lho, kamu masih SMA? Ah yang benerrrr?!!!” Beliau langsung geleng-geleng kepala. Ya, Mas…Saya memang masih SMA, ketika mewawancarai beliau…

Nita Tilana


Kakak kandung musisi Armand Maulana yang lahir di Bandung, 8 Oktober 1967 ini, meninggal dunia 10 Agustus 2000, karena kanker mulut rahim. Usia vokalis berbadan imut yang punya album berlabel Kau Bohong ini, baru 32 tahun kala itu.
Nice person! Itu komentar saya, pertama kali bertemu Nita Tilana… Tahun berapa, saya benar-benar lupa..Benar-benar periang, easy going dan super ramah.. Dia juga tidak memandang, siapa pun yang datang. Hal sekecil apa pun, tidak dianggap sebelah mata. Baru dua kali bertemu saja, kami seperti sering banget ketemuan.
Saya tidak bisa lupa, sekitar tahun 1992-an, ketika Nugie “dekat” dengan Nita dan show bareng di Yogyakarta, bersama belasan artis lainnya. Saya sempat di”kerjain” group musik Potret yang happening kala itu. Sejak pagi, menunggu di hotel tempat mereka menginap. Janji siang, berubah sore, sore sampai malam, trus ditinggalin…
Nita dan Nugie yang bolak balik ngajakin saya, ikutan ngobrol di kafe. Mereka juga menyarankan, saya tinggalin saja, kalau sudah kecapekan. Suport yang sangat berarti bagi saya saat itu, penulis lepas yang pas-pasan, jauh-jauh dari Semarang ke Yogya, tapi dicengin orang…benar-benar saya tidak akan lupa…  

Tidak ada komentar: