Banyak kenangan, datang
dan pergi. Nggak hanya dari orang terdekat, tapi juga orang yang pernah kita
temui. Seperti beberapa public figure yang ngetop di masa-nya ini…Meninggalnya
Bang Elfa Secioria, membuat saya tiba-tiba ingin mengingat nara sumber yang
pernah saya temui, dan kebetulan kini sudah berpulang.
Pepatah
bilang, gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang,
sedangkan manusia mati meninggalkan nama. Bener juga, saya pikir. Meninggalnya
musisi besar, Elfa Secioria dua hari yang lalu, mengejutkan. Saya beruntung,
pernah bertemu dan ngobrol banyak dengan musisi bertangan dingin yang tidak
banyak bicara ini.
Laki-laki kelahiran Garut, 20
Februari 2959 ini, meninggal dunia di RS Pertamina Jaya Cempaka Putih, 8
Januari 2011 dalam usia 51 tahun karena sakit gula darah. Beliau tidak hanya
mendirikan Elfa’s Singer, tapi juga Elfa’s Big Band. Selain pernah memprakarsai
Indonesia 6, Bang Elfa panggilannya juga ikut berperan mendidik dan
membesarkan, nama-nama seperti: Yovie Widianto, Hedi Yunus, Ruth Sahanaya, Dewi
Gita, Andien, dan Sherina.
Sekitar tahun 1989,
ketika jazz lagi booming, saya mengenal Elfa lewat sebuah acara. Beliau datang
ke Semarang, bersama Elfa’s Singers dan Indonesia 6. Bukan hal sulit, menemui
dan minta waktunya. Tidak seperti artis yang kaget dengan popularitas, lantas
jual mahal. Respect saya juga makin
besar, karena Bang Elfa tidak pandang
bulu siapa wartawan yang dia temui. Media besar, kecil, bahkan freelancer
seperti saya waktu itu. Satu hal lagi, kelihatannya saja, tegas, pendiam. Tapi
ngobrolin musik, asyik. Dia akan antusias berkomentar, bila ngerasa pertanyaan
kita berbobot.
Bangga. Karena saya
juga musti ekstra hati-hati, menyiapkan pertanyaan bernas untuknya. Jujur saja…saya
tidak mau dianggap tidak tahu musik. Yup! Hati-hati ngobrol dengannya…Jangan
lagi bertanya, hal-hal klise. Dia tahu, kita penulis beneran atau hanya bisa
bikin sensasi saja…
Pemilik
nama lengkap Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi yang lahir di Bandung, 27
Desember 1975 ini, meninggal 19 Maret 1995. Usianya baru 19 tahun, ketika dia
meninggal dalam sebuah kecelakaan tunggal. Mobil Honda Civic yang dikendarainya
menghantam beton di jln. RE Martadinata Bandung. Pernah dijuluki Ratu Rock
Indonesia, Nike juga termasuk penyanyi, model, bintang film dan iklan
tersukses. Albumnya terjual di atas 30 juta copy, meski dia telah meninggal
dunia. Bahkan 15 tahun setelah kematiannya, tetap diperingati jutaan fans Nike.
Seleb
belia ini, saya temui ketika dia baru saja happening dengan album keduanya,
Bintang Kehidupan. Luar biasa. Menemui dia, sulitnya minta ampun. Bukan karena
musti berdesakan dengan wartawan lain, seperti sekarang yang biasa kita lihat
di televisi, tapi karena dia memang “sulit” menurut saya. Entah karena waktu
dia terbatas, entah karena enggan…maklum, wartawan daerah nggak dianggap
penting… Akhirnya saya hanya berhasil menggambil gambarnya…Itu pun empat frame
saja. Selebihnya, ke laut saja…
Andy Liany
Sanggupkan,
Ingin Rasanya dan Antara Kita, single yang mempopulerkan nama Andy Liany.
Vokalis rock ini meninggal dunia, ketika mobil yang dikendarainya kecelakaan di
daerah Cianjur, Jawa Barat. Ironis sekali. Ketika popularitasnya mulai naik,
cowok berambut panjang hampir sepinggang ini, musti meninggal dalam sebuah
kecelakaan. Kabarnya, dia habis berbelanja bahan pokok untuk dimasak dan makan
bareng dengan teman-temannya.
Andy
Liany, seperti rocker lain. Kelihatannya saja garang. Tapi setahu saya, dia
sangat friendly. Nggak ada istilah, menolak orang yang datang untuk wawancara,
foto, atau bahkan sekedar ngobrol. Batas antara seleb dengan orang awam pun
nyaris tak ada. Dia juga tidak pernah melupakan orang yang pernah ngobrol
banyak dengannya, termasuk saya…
Vicky Fendy
Tidak
banyak situs yang masih menyimpan cerita masa keemasan penyanyi berambut ikal
ini. Melejit tiba-tiba, setelah menjuarai festival lagu populer di Indonesia
tahun 1980-an. Namun siapa sangka, dia meninggal dunia, dua minggu setelah
promo album terbarunya.
Ingatan
tentang Vicky, nyaris hilang. Lama sekali, saya tidak membaca kabar dia. Memori
saya tentang dia, super cuek. Mungkin juga, salah satu kesalahan saya adalah
tidak mampu mengambil hatinya. Ketika saya temui saat check sound di sebuah
gedung, dia ngeloyor saja ke luar. Lantas duduk di pondok jamu. Benar-benar,
mati gaya saya…Ngerasa, kita tidak di level yang sama. Karena nggak mau pulang
dengan tangan hampa, saya pancing dia dengan pertanyaan, apakah dia suka minum
jamu…Pengaruh tidak dengan vokal dan staminanya? Berhasil. Dia bilang, dia
selalu ngejaga badan dengan minum jamu.
Saya
berhasil menulis sedikit tentang Vicky. Tulisan saya dimuat satu minggu,
setelah kita ketemuan. Namun dua minggu setelah itu, saya membaca berita dia
meninggal dunia. Tak jelas apa sakitnya. Benar-benar mendadak. Lidah saya,
sampai kelu. Saya berpikir, apakah itu efek jamu juga?
Pemilik
nama asli Bangun Sugito yang lahir di Biak Papua, 1 November 1947 ini meninggal
karena sakit kanker getah bening, 28 Februari 2008. Vonis sakit yang
dideritanya itu sudah beliau ketahui, tahun 2005. Salah satu pendiri band yang
terkenal era 1960-an, The Rollies ini juga pernah membintangi film Kereta Api
Terakhir dan Janji Joni.
Bangga,
saya pernah ngobrol dekat dengan musisi legendaris ini. Meski ketika saya
bertemu beliau tahun 1988, belum sepopuler itu. Beliau masih solo album,
setelah The Rollies vakum. Beberapa kali promo ke Semarang, membuat saya pun
berkali-kali bertemu beliau.
Rendah
hati, cuek, easy going, orangnya. Sederhana. Bahkan, saking santainya, kami
ditemui dengan kaos oblong dan celana pendek jeans saja di depan kamar hotel.
Kocaknya, setelah ketemuan beberapa kali, baru dia terperanggah heran. “Lho,
kamu masih SMA? Ah yang benerrrr?!!!” Beliau langsung geleng-geleng kepala. Ya,
Mas…Saya memang masih SMA, ketika mewawancarai beliau…
Nita Tilana
Kakak kandung musisi
Armand Maulana yang lahir di Bandung, 8 Oktober 1967 ini, meninggal dunia 10
Agustus 2000, karena kanker mulut rahim. Usia vokalis berbadan imut yang punya
album berlabel Kau Bohong ini, baru 32 tahun kala itu.
Nice person! Itu
komentar saya, pertama kali bertemu Nita Tilana… Tahun berapa, saya benar-benar
lupa..Benar-benar periang, easy going dan super ramah.. Dia juga tidak
memandang, siapa pun yang datang. Hal sekecil apa pun, tidak dianggap sebelah
mata. Baru dua kali bertemu saja, kami seperti sering banget ketemuan.
Saya tidak bisa lupa,
sekitar tahun 1992-an, ketika Nugie “dekat” dengan Nita dan show bareng di
Yogyakarta, bersama belasan artis lainnya. Saya sempat di”kerjain” group musik
Potret yang happening kala itu. Sejak pagi, menunggu di hotel tempat mereka
menginap. Janji siang, berubah sore, sore sampai malam, trus ditinggalin…
Nita dan Nugie yang
bolak balik ngajakin saya, ikutan ngobrol di kafe. Mereka juga menyarankan,
saya tinggalin saja, kalau sudah kecapekan. Suport yang sangat berarti bagi
saya saat itu, penulis lepas yang pas-pasan, jauh-jauh dari Semarang ke Yogya,
tapi dicengin orang…benar-benar saya tidak akan lupa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar