Jumat, 12 November 2010

SERIAL KILLER


PEMBUNUH  SERIAL LEGENDARIS
POPULARITASNYA SEPERTI SELEBRITIS

Karier kejahatan serial killer ini melegenda, bahkan ada yang sampai dibukukan dan diangkat ke layar lebar. Seberapa populer mereka dibanding selebritis?

BONNIE & CLYDE
PASANGAN PERAMPOK LEGENDARIS
Pasangan romantis seperti Romeo & Juliet ini merampok, membunuh, mencuri dan mati,  bersama. Mobil, foto dan senjata mereka dimuseumkan, buat mengabadikan sepak terjang mereka. Sebenarnya, siapa Bonnie & Clyde?
            Bonnie Elizabeth Parker kelahiran Texas Amerika, 1 Oktober 1910, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Charles Parker dan Emma ini tinggal bersama sang ibu di Cement City, Dallas. Sang ayah meninggal dunia, ketika Bonnie masih berumur 4 tahun. Meski sang ibu hanya seorang pekerja pabrik garmen, dia selalu menonjol di sekolah, karena nilai-nilainya tinggi. Salah satu kehebatannya, menulis puisi. Karyanya kini bisa dilihat di buku The story of Suicide Sal dan The Trail’s End.
            Sayang sekali, kecerdasannya tidak dimaksimalkan. Ketika Bonnie jatuh cinta dengan teman sekelasnya Roy Thornton, dia memilih menikah 25 September 1926. Bangku sekolah pun dia tinggalkan. Ironisnya, usia perkawinannya pun tidak lama. Hanya tiga tahun. Pasangan ini memilih berpisah, meski tidak pernah mendaftarkan perceraian mereka secara resmi. Ketika Roy mendengar  Bonnie tewas dalam penggerebekan yang dilakukan polisi, dia sempat berkomentar, “Dia memang lebih baik mati, tertembak, daripada harus ditangkap polisi…”
            Memang, kematian wanita ini menghebohkan, sampai menjadi headline beberapa surat kabar. Salah satunya penulis Jimmy Fowler yang membuat ulasan di Dallas Observer tahun 1999. Wartawan ini mengatakan, Bonnie yang mati muda ini meski terkenal sebagai perampok dan pembunuh, dia bukan pembunuh berdarah dingin. Karena masa kecilnya dia bocah cerdas yang suka menulis puisi, jago pidato dan aktris cilik. Salah satu buktunya, perempuan ini pernah ikut pementasan drama. Perannya sebagai Shirley Temple, artis cilik legendaris.

CINTA MATI
            Sebenarnya, siapa laki-laki yang mampu mengubah hidup seorang Bonnie? Ya, Clyde Chestnut Barrow yang lahir di sebelah selatan kota Dallas. Anak kelima dari tujuh bersaudara ini lahir dalam kesederhanaan. Keluarga petani. Kehidupan yang keras, membuatnya terbiasa keluar masuk penjara. Pertama dia berkenalan dengan jeruji besi, saat Clyde terlambat mengembalikan mobil sewaan tahun 1926.
Bukannya jera, setahun kemudian, dia kembali ditangkap bersama saudaranya Marvin Barrow karena mencuri. Sebelum dia memperoleh pekerjaan formal yang jelas, Clyde punya sederet catatan kejahatan di kepolisian. Pencurian mobil, perampokan departement store, sampai pemerasan. Karena rekor kejahatannya, dia sempat dimasukkan dalam Eastham Prison Farm tahun 1930.
Kariernya sebagai narapidana, membuat laki-laki ini semakin fokus dengan profesinya sebagai perampok supermarket, pom bensin, sampai bank. Sedikitnya ada 15 bank sudah dibobolnya, hingga genknya dikenal dengan julukan the Barrow Gang.
Bonnie sebenarnya tidak begitu akrab dengan kekerasan, namun pertemuannya dengan Clyde di rumah salah satu sahabat mereka, mengubahnya menjadi wanita yang keras. Bonnie pun bergabung dalam genk Barrow. Sejumlah media setempat mengabarkan, keikutsertaan wanita ini karena dia sudah dimabuk cinta. Nggak heran, pasangan Bonnie dan Clyde dikenal sebagai pasangan kriminal yang selalu kompak melakukan berbagai tindak kejahatan di mana pun berada. Mmm…mirip Romeo dan Juliet.
Rekor kejahatan mereka selain merampok, memeras, membunuh, juga mencuri dalam skala besar. Uniknya dalam setiap melakukan kejahatan, mereka selalu membawa kamera, lantas berpose di depan korban-korban mereka atau barang jarahan yang mereka peroleh.
Tragis. Kejahatan yang mereka lakukan berdua, akhirnya dapat dihentikan. Lewat pengejaran yang panjang, empat polisi Texas dan dua polisi dari Louisiana berhasil menembak mati mereka, tepat 23 Mei 1934, saat mereka disergap di Bienville Parish Louisiana.

SELEBRITIS 
            Kematian mereka ternyata tidak membuat “popularitas” mereka sebagai kriminal kelas dunia. Buktinya, kisah hidup mereka malah diangkat ke layar lebar. Apalagi setelah polisi yang menggeledah kediaman mereka menemukan sekumpulan puisi yang ditulis Bonnie, lantas foto-foto mereka berdua yang berpose dengan senjata yang biasa mereka gunakan saat melakukan kejahatan.
            Film yang mengangkat kisah mereka dibuat tahun 1937, tiga tahun setelah kematian Bonnie dan Clyde. Besutan sutradara Fritz Lang ini judulnya You Only Live Once. Sutradara William Witney pun menyusul tahun 1958 dengan filmnya berjudul The Bonnie Parker Story. Sepuluh tahun kemudian, dua tokoh senior Warren Beatty dan Faye Dunaway memerankan tokoh Bonnie and Clyde di film besutan sutradara Arthur Penn. Stasiun televisi pun tidak mau kalah, ketika tahun 1992 mengangkat kisah nyata pasangan ini di film Bonnie & Clyde: The True Story.  Sungguh, luar biasa. Kriminal kambuhan yang menjadi selebritis, karena kisahnya yang dibukukan, diangkat pula ke layar lebar. 

JESSE HARDING POMEROY
MONSTER CILIK
            Hati-hati! Jangan terkecoh dengan tatapan polos bocah berusia 14 tahun ini. Korbannya, tewas mengenaskan dengan luka menganga di tenggorokan. Seorang balita juga ditemukan, tubuhnya dimutilasi. Hasil penyelidikan, Jesse hanya ingin menyaksikan orang-orang tak berdosa itu meregang nyawa di depan matanya. Sungguh, pembunuh berantai yang berdarah dingin.
            Cowok kelahiran Charlestown, Massachusetts, 29 November 1859 ini, tercatat sebagai pembunuh tingkat satu termuda di Massachusetts. Putra pasangan Charles dan Ruthann Pomeroy ini, korban keluarga broken home. Dia tinggal bersama sang ibu yang menjadi penjahir dan kakak laki-laki satu-satunya yang pekerjaannya menjual surat kabar. Kenakalannya menjadi-jadi, bahkan menjurus tindak kriminal. Bayangkan, tahun 1871 ketika umurnya baru 12 tahun, dia sudah terlibat kekerasan dengan menyerang anak-anak yang lebih tua usianya dari dia. Masalahnya sepele. Perebutan wilayah kekuasaan! Sayang, karena dianggap masih anak-anak, polisi tidak menangkapnya.
             Sang ibu pun memutuskan, mengajak dua putranya pindah ke South Boston. Ternyata, kenakalannya berlanjut. Pomeroy terbukti menyerang beberapa bocah laki-laki. Korban-korbannya ditusuk di bagian tenggorokan. Seramnya, dia puas menyaksikan korban-korbannya menggelepar kesakitan. Kali ini, Pomeroy tidak bisa mengelak dari polisi. Pengadilan pun memutuskan, dia bersalah. Cowok berhati dingin ini direhabilitasi, masuk the Lyman School for Boys di Westborough, Massachusetts. The Boston Globe yang mengangkat kisah hidup monster cilik ini mengatakan, anak laki-laki ini mengalami gangguan mental.  
            Gangguan mental? Ya. Kejahatannya tidak sekedar menyerang anak-anak di sekitarnya, dia bahkan bisa dengan tanpa perasaan memotong-motong korbannya!  Fakta itu terbongkar, ketika Maret 1874. Katie Curran, anak perempuan berusia 10 tahun yang tinggal di South Boston dikabarkan hilang, lantas menyusul kabar ditemukannya jenasah  Horace Millen yang baru berumur empat tahun dengan keadaan mengenaskan di Dorchester Bay. Tubuhnya dimutilasi! Detektif yang bertugas, sudah mencurigai gerak-gerik Pomeroy. Benar saja, tubuh Katie ditemukan di basement tempat toko pakaian ibu Pomeroy.
            Pomeroy pun mengakui, pembunuhan keji terhadap dua bocah itu dia yang melakukannya. Kasusnya disidangkan di the Massachusetts Supreme Judicial Curt, Boston, 10 Desember 1874. Awalnya dia memperoleh keringanan, namun ketika jaksa penuntut umum minta naik banding, Februari 1875, Pomeroy diputuskan bersalah dan dihukum gantung.
            Bocah laki-laki ini ternyata masih beruntung. Gubernur setempat menolak menandatangani surat eksekusi untuk menggantung Pomeroy. Lewat voting, akhirnya Pomeroy
dipindahkan dari penjara the Suffolk County ke the State Prison di Charlestown. Kali ini dia tidak bisa menjagal manusia laki, karena hidupnya diisolasi dari dunia luar.

JACK THE RIPPER
SANG PENCABIK
            Pembunuh misterius yang biasa melakukan serangkaian pembunuhan dengan memutilasi korbannya di abad 19 ini, popularitasnya tidak kalah dengan selebriti dunia. Nama Jack The Ripper melegenda, hingga novel dan filmnya pun dibuat dalam beberapa versi.
            Masyarakat yang tinggal di distrik East End London 31 Agustus 1888 silam gempar, ketika lewat tengah malam di daerah Whitechapel ditemukan sejumlah wanita tuna susila terbunuh dengan kondisi mengenaskan. Leher korban terpotong. Sang pencabik ini juga memotong-motong bagian tubuh lainnya.   Pola kejahatan Jack sangat rapi, sampai-sampai tidak ada satu bukti pun yang bisa membantu polisi menemukan pelakunya.
            Ahli forensik dan polisi berspekulasi, jika Jack sebenarnya seorang dokter atau seseorang yang mempunyai spesialisasi bedah. Tanda-tanda ini dapat diperhatikan dari sayatan yang begitu rapi di tubuh korban. Sayang  polisi tidak mampu membawa bukti yang menjelaskan siapa sebenarnya pembunuh berdarah dingin ini. Kabar angin mengatakan, pembunuh ini berhasil melarikan diri, menyeberang Laut Atlantik, lantas tinggal di Amerika Serikat. (steph)

ELIZABETH BATHORY
DRACULA WANITA

            Wanita yang haus darah! Julukan seram buat putri pasangan bangsawan Hungaria, George Bathory dan Anna Bathory yang lahir di Hungaria, 17 Agustus 1560.  Masa kecilnya dia habiskan di Ecsed Castle.  Bocah cerdas, julukan buat Elizabeth waktu itu. Karena dia juga menguasai tiga bahasa sekaligus, Latin, Jerman dan Polandia. Dia juga sangat menonjol dalam pelajaran ilmu alam dan astronomi.  
            Sungguh, tidak terlintas dalam benak siapa pun yang mengenalnya, kalau dia akan menjadi wanita yang haus darah. Ketika menikah dengan Count Ferenc Nadasdy, 8 Mei 1575 di Varanno,  dia pindah ke kastil Csejte yang dikelilingi oleh pohon-pohon agricultural dan pedesaan. Eksotis sekali, lokasinya. Ironis sekali. Kastil indah, materi berlimpah, namun sang suami jarang menemani karena sering berada di medan perang.
Gara-gara sering merasa kesepian, Elizabeth sering selingkuh. Dia bahkan pernah melarikan diri bersama kekasih gelapnya, namun akhirnya kembali lagi ke pangkuan Ferenc. Parahnya, tidak hanya dengan lawan jenis dia selingkuh, Elizabeth bahkan diam-diam berhubungan dengan bibinya, Countess Klara Bathory sampai-sampai mengikuti ajaran satanisme alias pengikut setan.
Parah. Bukan hanya bibi Klara yang membuat Elizabeth menggila. Bersama pelayan kepercayaannya bernama Dorothea Szentes, suter Iloona Joo, Anna Darvila yang juga kekasih gelap Elizabeth dan Johaness Ujvari, wanita ini mengubah kastil Csejthe menjadi tempat pembantaian. Semua perempuan desa yang bekerja di kastilnya, tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun. Pernah, ada seorang pelayan wanita yang menyisir rambutnya terlalu keras, dia langsung memerintahkan anak buahnya memotong urat nadi pelayan itu, lantas mengikatnya di kursi, hingga mati perlahan-lahan karena kehabisan darah.
Aksi Elizabeth makin menjadi, ketika tahun 1600 suaminya meninggal dunia. Dia menjadi wanita yang sangat memuja kecantikan. Karena ajaran sesat, dia percaya darah perempuan muda bisa membuat kulit seseorang halus. Perempuan-perempuan dari desa di sekitar kastil pun dikorbankan. Darah mereka digunakan untuk “perawatan” kulit sang pembunuh berdarah dingin ini.
Nggak cukup darah perempuan biasa, Elizabeth beralih memilih mengorbankan perempuan-perempuan dari kaum bangsawan. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga. Aksi brutal yang diam-diam dilakukan wanita ini tercium juga. Gara-gara banyak gadis bangsawan hilang. Sepupu Elizabeth bersama pasukannya menyerbu kastil ini, 30 Desember 1610.
Astaga! Belasan perempuan ditemukan mati kehabisan darah. Ada yang tergeletak di kamar, meja makan, bahkan di lantai bawah tanah, ada 50 mayat hampir busuk. Bagian lain dari kastil ini juga ada ruang tahanan yang isinya puluhan perempuan yang tengah menanti dikorbankan. Benar-benar Elizabeth ini seperti orang yang tidak lagi punya akal sehat.
Pengadilan tahun 1611 memutuskan menghukum mati 4 pelayan andalannya, serta mengurung Elizabeth di kastil Csejthe seumur hidup. Namun semua pintu dan jendela kastil ditutup dengan tembok, hanya disisakan sedikit lubang buat tempat masuk makanan dan minuman saja. Empat tahun saja, Elizabeth bisa bertahan. Dia meninggal dalam usia 54 tahun. Sungguh menyedihkan, kematian wanita yang kakek buyutnya adalah Prince Stephen Bathory yang memimpin pasukan Vlad Darcul. Karena Vlad Darcul  pemilik julukan vampire tidak pernah benar-benar menggunakan darah manusia, namun julukan itu lebih tepat buat Elizabeth.
(steph)

Tidak ada komentar: