Jumat, 19 Agustus 2011

THR


            Lebaran sebentar lagi…yeayyy! It means: THR tanggal-tanggal segini sudah di tangan. Girang banget, waktu pertama kali gw ngerasain uang tunjangan hari raya. Shopping time… Bayangan barang-barang yang selama ini nggak terbeli, akhirnya bisa dimiliki. But percaya atau tidak, prinsip ekonomi yang gw pelajari waktu sekolah dulu banyak benernya. Makin besar pendapatan, makin besar pengeluaran.
            Heran. Gaji pertama gw, cukup-cukup saja tuh. Buat bayar kost, makan, transport, bahkan sesekali ke mall… sekedar nonton bioskop, kuliner atau pernak pernik lainnya. Kini, makin lama mustinya makin berlebih dong. Karena gaji juga “menyesuaikan” tiap tahunnya… Nyatanya, nggak juga tuh. Always ngerasa ngepas, nggak berlebihan. Dan jujur saja…sebagian orang, termasuk teman-teman yang gw kenal selalu mengeluh. Kurang, kurang,….kurang. Padahal secara, nominal lebih gede. Kini THR yang awalnya dianggap pendapatan ekstra, di luar gaji tiap bulan pun seperti nggak berasa. Lewat ghitu aja…
            Giris juga. Denger seorang kawan cerita, THR kali ini langsung ludes buat bayar tiket mudik sekeluarga. Belum lagi, buat buah tangan dan salam tempel kerabat tercinta. Cerita lain lagi, ada yang merelakan THR buat bayar cicilan kartu kredit, bayar tagihan ini itu… ffiuhhh…
            So, ternyata tidak mudah “menerima” kepercayaan, mengelola THR, yang mustinya bisa membuat kita sedikit berleha-leha, menikmati kebersamaan dengan keluarga di hari raya. Ibarat pepatah, sedia payung sebelum hujan atau bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian… Mustinya, jauh sebelum hari raya, prepare untuk tiket mudik. Ya, nyicil’lah tiap bulan sisihkan sedikit buat membeli tiket. Atau…penggunaan kartu kredit, tagihan macam-macam tidak mengandalkan (istilah jawanya “njagain”) THR.   
            Berapa pun besarnya nominal yang dikantongi, tetep saja pasti akan ngerasa kurang, kurang dan kurang… Tapi kalau dipikir-pikir lagi, wong dulu dengan sekian saja gw bisa bertahan di Jakarta Raya yang gokil ini, kenapa sekarang masih ngerasa tidak cukup dan kedodoran?  Nggak bijak juga, kalau terus merembet menyalahkan situasi dan mengkambinghitamkan orang lain… Peer saja buat diri sendiri. Biasa buat perencanaan dan  suka “menggampangkan” pengeluaran kah?(FT:berbagai sumber)

Tidak ada komentar: