My God, Motion Pictures Association (MPA) menghentikan
pasokan film barat ke Indonesia? Artinya, DVD bajakan makin diburu. Bioskop
sudah bukan tempat favorit lagi, buat refreshing, sekaligus charge otak. Jujur
saja, kita banyak belajar dari film asing. Teknologi, plotting cerita, setting
lokasi, soundtrack-nya… Semua!
Ketegangan menit ke menit yang ditampilkan film action dan
horor, misalnya. Setting lokasi, sampai karakter pemainnya. Mmm…kita masih
banyak belajar. Bahkan seorang sineas sekelas Jajang C. Noer mengatakan, sineas
Indonesia masih banyak belajar dari luar. “Ngambek”nya film Hollywood ke
Indonesia, bukan malah melindungi film lokal. Sebaliknya… Film Indonesia masih
perlu belajar banyak…Charge “batere”!
Mira Lesmana juga mengatakan di account twitternya,
berhentinya pasokan film asing membuat bioskop-bioskop gulung tikar. Artinya, sineas
Indonesia nantinya tidak memiliki tempat untuk memutar film karya mereka. So?
Kocak juga, beberapa anak muda di tayangan Metro TV, Insert
Trans TV, mengatakan, mereka malas andai harus datang ke gedung bioskop untuk
nonton film-film Hantu-hantu Indonesia… Ha..ha..ha.. Memang sih, belakangan
boomingnya film karya anak negeri identik dengan booming-nya perhantuan di
Indonesia. Bayangin, dari judulnya saja ketahuan isi filmnya. Hantu Ngesot,
Kalung Jalangkung, Arwah Goyah Karawang, Tali Pocong Perawan… etc…
Gw pribadi sih, suka-suka saja film horor. Apalagi bisa
menjadi inspirasi buat cerita yang saya tulis. Gw juga suka membeli DVD (asli!)
horor Indonesia, ya…karena bajakannya sulit didapat ha…ha..ha…Bukan karena
terpesona dengan alur cerita, penokohan atau settingnya, tapi …pengen tahu
saja. Selesai nonton, ya…sudah. Tidak sedikit yang bikin gw geleng-geleng. “Kalau
gini mah, nggak nendang hantunya…” batin gw…
Beda banget waktu nonton horor luar, seperti Sixth Sense-nya
Bruce Willis. Seorang bocah cilik yang punya indra keenam. Gila banget tuh
film. Meski gw udah nonton berulangkali, tetap saja bulu roma saja berdiri.
Tanpa harus banyak mengumbar darah, teriakan ketakutan, penonton sudah dibuat
ketakutan! Gw juga salut banget film The Eye yang diproduksi Thailand tahun
2000-an. Sayang banget, film The Eye yang versi Hollywood dengan bintang
Jennifer Anniston, tidak bisa se-spektakuler The Eye-nya Thailand. Sampai detik
ini pun, gw sampai phobia ngebayangin kejadian dalam film itu…
Contoh saja, film horor.Tanpa gw cerita, kamu juga tahu
gimana cool-nya film Hollywood kalau udah nyangkut trik, setting lokasi. Mobil
salto, pesawat dibombardir, baku hantam di jalanan, macam-macam-lah.. Sementara kalau kita mau bikin dengan trik
macam itu, pasti terbentur biaya, lokasi, teknologi, etc. Ya sudahlah, kita
memang belum sedahsyat mereka. Meski kita juga musti bangga, film-film kita
banyak yang bisa dibanggain. Akhir-akhir ini, banyak film bermutu dihasilkan.
Film yang memikirkan detail cerita, tanggungjawab kualitasnya. Jadi kalau
dibilang, film Indonesia bakal booming gara-gara film Hollywood tidak beredar
lagi di Indonesia, salah besar.
Hantu-hantu lokal, eksis dan outstanding…iyalah. Ha..ha..ha…
Moga saja, nego soal pajak ini bisa diselesaikan dengan bijak juga. Sehingga
kita tidak makin membuat anak negeri ini bodoh. Issue ini pun sebaiknya buat
lecutan sineas Indonesia. Artinya, mereka punya kesempatan bikin film bermutu.
Nggak mengejar bombastis sang bintang, nggak mengejar target tayang, tapi juga
memperhatikan detail cerita, setting, karakter tokoh, semuanya… Andai mau bikin
horor, ya…bikinlah… Nggak dilarang dan nggak memalukan kok, bikin film horor…tapi
ya “mbok” bikinnya yang dipikirin bener detailnya. Kalau perlu, penonton sampai
gemetar beneran karena ketakutan….(itu cita-cita saya, bikin story film horor
yang penontonnya sampai jumpalitan ketakutan hahahahaha…)
foto: berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar