Rabu, 11 Juni 2014

rating vs idola



Sport jantung! Yup. Nungguin rating keluar tiap pagi itu, seperti nungguin hasil ujian. Apalagi kalo tayangan kami prime time.  Sampai ada mitos jam 17.00 – 19.00 jam keramat. Sulit menembus rating spekta, karena persaingan makin berat dan ketat.  Soal berat, tunggu dulu. Bukan soal kualitas yang diomongin, tapi kuantitas. Berapa banyak orang yang nonton tayangan  itu. Dan lagi-lagi, bukan masalah berapa banyak fansnya hehehehehe.. Nah, soal ini nih yang suka salah kaprah. Bikin sebagian orang mengklaim, kalo pake idolanya pasti ratingnya langsung naik, pasti sinetronnya laris manis. Masa?
      Mau ganteng, cantik, mainnya spektakuler, aktingnya luar biasa, fansnya ratusan juta sekali pun, kalo ratingnya jeblok ya… jeblok aja.  Kok bisa? Ya, bisa. Karena belum tentu yang kena survey rating itu adalah fans atau penonton yang ngerti, kualitas yang dia tonton. Gini aja, deh.  AC Nielsen yang biasa menyusun rating melakukan survey dengan memasang dekoder di sejumlah rumah yang disurvei dengan dilengkapi remote control. Perlengkapan ini disebut people meter. So, meskipun  penggemar dan penontonnya ratusan juta sekali pun, kalo nggak ikutan kena survey ya nggak akan mengubah atau mempengaruhi rating.
        So, nggak perlu senewen ketika sebuah sinetron stripping tiba-tiba harus bungkus dengan alasan rating hancur.  Boleh saja, pemainnya ngetop semua, akting dan ceritanya luar biasa, atau fansnya banyak. Setiap hari jadi trending topic di twitter, facebook, path, apa pun sosial medianya, tapi lagi-lagi kalau mereka yang ngetweet, ngepath, ngevote di sosmed tidak kena survey tetap saja hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.
         Kocaknya selama ini kan, fans kan suka gelap mata hihihihi… Saling menjatuhkan satu sama lain, ngerasa idolanya yang terbaik dan paling “berjasa” membuat satu tayangan sukses, dan menganggap rendah kerja orang lain.
        Nggak hanya sekali, saya baca mention. “Pasang si Ini atau Anu! Dijamin rating nomer satu.” Atau, ada lagi yang nyumpahin, “Tuh kan,  pemainnya diganti sih, makanya rating hancur. “ Apa penonton tau, sebelum pemainnya diganti, ratingnya berapa?   Apa penonton tau, memasukkan satu pemain dalam satu tayangan itu harus dipikirin bener-bener dari berbagai faktor? Dan setelah diganti pun,  apa mereka yang ada di balik layar juga puas, bisa ketawa ketiwi? Nggak juga, lho. Sport jantung, tetep!  Rating itu seperti magic, sulit ditebak arahnya kemana.
        Jadi enakan mana? Duduk manis, nonton dan kasih apresiasi dengan cara positif, tayangan yang lagi kamu tonton atau ribut di sosmed tapi nggak mengubah keadaaan?  (FT: bareng guru+idol Hilman "Lupus")

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau saya mah, nggak seperti para fans-fans selebriti yang gila-gilaan itu. Lagipula, semua yang ada di layar kaca juga pasti sudah dipikirkan.. Mau masuk pemain ini, mau dikeluarkan, sinetronnya mau "dibungkus", dan lain-lainnya juga sudah ada pertimbangannya sendiri-sendiri. Termasuk karena rating ini.. Jadi jangan fanatik ya.. Karena, diatas kefanatikan para fans, ada yang lebih "menentukan"..

Twitter : @rinaldo92aldo