Senin, 10 Oktober 2011

MISTERI DI BALIK BUKIT CIPULARANG



            Cipularang lagi-lagi makan korban. Dugaan kecelakaan terjadi karena kelalaian mengemudi, ngantuk dan faktor jalanan yang sangat curam serta turunan. Namun sebagian orang juga mengaitkannya dengan masalah dunia lain.  
            Giris. Lagi-lagi berita tentang tol Cipularang. Mulai dari hal mistis sampai hitungan secara ilmiah,  nyaris dipaparkan tiap hari selama seminggu belakangan ini. Ya, terutama sejak terjadinya kecelakaan yang menewaskan istri penyanyi dangdut Saipul Jamil dan 6 penumpang travel di jalur rawan kecelakaan itu. Hampir semua infotainmen selama seminggu belakangan ini, juga mengangkat topik yang sama. Mulai dari selebritis, awam, sampai pemuka agama, ikutan bicara. Mmm, jujur…takut dan trauma juga aku melintasi jalur itu.  Awalnya nggak pernah kepikiran, kalau tol  ini sudah memakan banyak korban.
            Tol Cipularang yang terbentang  dari Cikampek, Purwakarta, Padalarang itu selesai dibangun akhir April 2005.  Karena lokasinya berada di pegunungan, jalanannya pun naik turun dan memiliki banyak jembatan panjang serta tinggi. Sempat heboh juga sih, waktu jalanan amblas dua kali. Akibatnya truk dan trailer kini tidak boleh masuk wilayah itu lagi. 
            Konon Km 97 dianggap tempat paling angker, hingga dibangun sebuah rest area dan tempat beribadah, untuk mengusir makhluk halus.  Gara-gara waktu pengerjaan tol, tepat di Km 97 , empat orang pekerja tewas jatuh  dari atas truk pengangkut aspal, lantas terlindas mesin pengeras jalan. Dugaan sementara, mereka terhempas karena angin sangat keras berhembus dari arah samping jalan. 
            Ngomongin misteri Cipularang, mau tidak mau membuatku teringat kejadian yang pernah dialami kakak kandungku, Edo yang biasa pulang pergi Jakarta-Bandung. Biasanya, cowok yang jago beladiri dan berbadan atletis itu, mengandalkan mobil kantor lengkap dengan sopir. Kadang juga, naik kereta api, ketika tol Cipularang belum jadi. Hingga jarak Jakarta-Bandung, musti ditempuh sekitar 3 sampai 4 jam. Kini, hanya butuh waktu 1,5 sampai 2 jam saja. Jelas, hemat waktu dan biaya.
            “Jalanan enak sekarang, Din!  Kuliner dan tempat shopping , seperti factory outlet kan banyak banget di Bandung. Nggak usah nungguin cuti kantor atau liburan hari raya lagi,” kata Edo, setengah menertawakanku.
            Jelas aja, dia bebas bolak balik dengan mobil pribadi. Lha aku, mahasiswa yang masih ngandalin tambahan uang saku dari mama dan Edo? Pasti berpikir dua kali, buat main-main ke kota kembang itu. Apalagi hanya buat shopping… Nggak deh! Lagipula, aku termasuk paling hitungan, alias super hemat.
             “Ntar deh, nungguin bonus dari kamu…” kataku tergelak, melihat Edo yang hanya selisih tiga tahun usianya denganku itu, melotot gemas. Ya iyalah…dia sendiri yang ngusulin have fun ke Bandung, mustinya dia juga yang berani modalin.
            Siang itu, balik dari kampus kulihat Edo lagi packing. Pasti bekal dari mama…Meski sudah segede itu dan mandiri, namanya juga orang tua…masih saja khawatir. Mama nggak pernah lupa, ngebawain makanan dan camilan kesukaan Edo, tiap balik ke Bandung, tempat kerjanya. Padahal kalau dipikir-pikir, dia kan bisa beli dan usaha sendiri.
            “Din, jangan lupa ya…Lihatin mama tuh, kalau suka tidur malem-malem. Biasa lihat televisi, sampai ketiduran di ruang tengah.  Ingetin juga, vitaminnya… Aku sudah beliin stok untuk dua minggu ke depan…” katanya, sambil terus merapikan baju-bajunya dalam travel bag.
            “Beressss bosss! Hati-hati ya, bawa mobilnya. Jangan ngebut dan ngantuk… BB juga disilent aja, kalau nggak penting…”
            “Yesss…nengggg….”
            Entah kenapa, kali ini aku lebih bawel dari biasanya. Padahal tiap Edo balik Bandung, aku nggak pernah nungguin atau ngelihatin dia packing. Apalagi pesan buat hati-hati atau perhatiin kondisi  selama di jalan…
            Lepas magrib, Edo memang baru jalan. Nggak seperti biasa pula, dia beri wejangan banyak buatku. Mulai ngejagain mama, ngurusin rumah, ngeberesin kuliah, sampai jaga stamina.  Nissan Terrano  yang dia bawa,  habis check up mesin di bengkel dan dipastikan semua stabil. Tapi lagi-lagi…perasaan ini nggak enak banget. Sebaliknya, Edo kelihatan begitu girang, seperti lama banget nggak pernah balik Bandung…
*********
            Mmm,  balik kantor besok musti banyak yang diberesin. Berkas dari Pak Yuda tinggal ditandatangani, sebelum diserahkan ke bagian umum, batin Edo sambil pandangannya tetap fokus ke depan. Lagu dari Linkin Park di mobil, membuat cowok ini tetap terjaga dan lebih nyantai. 
            Jalanan malam ini, tidak begitu padat seperti biasa. Bahkan cenderung sepi. Mungkin karena bukan musim liburan dan hari kerja pula. Kecepatan masih stabil sekitar 80 km/jam, hingga tiba-tiba….
            Suhu  dalam mobil, terasa lebih dingin dari biasanya. Padahal ac sudah dikecilkan, sejak berangkat pun Edo mengenakan jaket. Lamat-lamat, terasa ada yang terasa berhembus di tengkuk… Bulu kuduknya, berdiri. Merindinggg….
            Penyuka musik up beat dan travelling ini, menggeleng-gelengkan kepala. Ah, perasaannya saja. Paling juga gara-gara habis membaca berita kecelakaan di sekitar tol, tapi kejadiannya kan di Cikampek waktu itu…
            Tiba-tiba… bbbrrr…. Seperti? Nggak salah??? Sesosok orang, tinggi besar di tepi jalan. Kelihatannya dia tengah menunggu seseorang atau berharap memperoleh tumpangan. Tatapannya dingin, tanpa ekspresi…. Hiiiiihhhh! Jalan tol, malam-malam begini orang berdiri sendirian?
            Tanpa sadar, Edo menginjak gas lebih dalam… Laju kendaraan pun sempat oleh, apalagi ketika dia rasakan getaran begitu kuat seperti mendorong mobil yang dia kendarai. Arahnya dari arah samping, mungkinkah ada bis atau mobil lain menyalip?
            Bagaikan cerita dalam film-film action, kakakku itu merasa ada sign dari mobil di belakang yang tiba-tiba mendekat dan makin dekat. Entah, kapan sedan berwarna biru gelap itu muncul, perasaan tadi masih kosong di belakang Edo. Berulangkali Edo sudah menepi dan memberi tanda agar mobil itu duluan, tapi tetap saja dia nempel di belakang,  seperti ingin menabraknya. Jelas saja, Edo makin panik, mobilnya kembali oleng dan nyaris menabrak pembatas jalan, sebelum akhirnya pengendara gokil itu melintas di depannya, lantas…menghilang begitu saja dalam kegelapan. Aneh. Padahal kecepatan mobilnya juga sama-sama kenceng, kok bisa hanya dalam hitungan detik menghilang?
            Keringat Edo pun membanjir, tangannya sampai bergetar memegang stir. Masih dilindungi Tuhan…Bersyukur, batinnya. Kalau nggak, lewat sedikit saja pasti mobilnya sudah menghantam pembatas jalan dan terbalik. Kebayang wajah mama dan aku di rumah, serta setumpuk pekerjaannya yang belum dibereskan. Kejadian yang dialaminya di sekitar Km 96  itu, tidak pernah dia ceritakan pada kami di rumah, hingga suatu hari….
**********
            Barang-barang belanjaan sudah rapi di bagasi, termasuk oleh-oleh buat kami di rumah. Malam itu dari nengokin salah satu teman kantornya yang melahirkan di Bandung, Edo berniat langsung balik Jakarta.  SMS dan pesan singkat di BB-nya kelihatan tidak dia perdulikan. Padahal mama sudah mengingatkan, malam ini sebaiknya nggak perlu balik. Soalnya sudah seharian keliling, pasti capek dan takut ngantuk di jalan.
            Bener juga…. Masuk Km 90-96, Edo merasakan keganjilan yang sama, waktu dia malam-malam balik dari Jakarta. Mobilnya terasa jauh lebih dingin dari biasa. Entah, dorongan dari mana yang membuatnya terusik untuk menoleh ke sisi jalan, tepatnya di samping kiri jalan.
            Blassss! Astaga! Nggak salah tuh? Dia kembali melihat sosok yang sama…Tinggi besar, berdiri di samping jalan, seakan tengah menunggu tumpangan. Bbbrrr, bulu kuduk Edo langsung berdiri. Meski sempat panik, tapi kecepatan mobil tetap berusaha di jaga. Sia-sia sja kelihatannya…Pikirannya sudah nggak fokus, tangannya sampai gemetaran, hingga Edo memutuskan berhenti di rest area yang ada di Km 97.
            Hampir satu jam lebih, dia termangu-mangu di rest area. Seperti kehilangan energi dan semangat. Bayangan sosok menyeramkan itu tadi membuatnya berpikir dua kali, untuk balik lewat jalan itu…
            Untung banget, Edo bertemu teman kantornya yang juga mau balik ke Jakarta. Hingga minimal percaya diri cowok itu kembali lagi. Kami pun berkumpul kembali, tanpa kurang sesuatu apapun.

FAKTANYA:
            Kejadian yang dialami Edo ini, mungkin saja pernah dirasakan orang lain. Berbagai cerita menghubungkan kecelakaan yang sering menelan korban jiwa di Km 96 dengan hal berbau mistis. Menurut hasil terawangan Fabian Hosoi, mentalis jebolan The Master3 yang biasa bolak balik Jakarta-Bandung itu, kondisi jalanan sangat turun di Km 97-96 dari Bandung. Pas di ujung turunan, belok ke kanan tikungannya tajam, sehingga sangat patah. Masuk akal, ngelamun sedikit, langsung oleng.

            Fabian Hosoi The Master3
              Secara logika, pengemudi suka nggak sadar tidak mengurangi kecepatan, hingga pas turunan, mobil makin melesat. Memang sebaiknya, pengemudi tidak mengantuk, kecepatan yang disarankan 40-60 km/jam. Kalau tidak, pengendara yang tidak piawai membawa mobil bisa kehilangan kendali.
             Apalagi  di sisi jalan  tol yang kosong melompong, tiba-tiba ada bukit rimbun di sebelah kiri kalau dari Bandung. Otomatis atau refleks, orang akan melirik ke sana.
            “Nah, tepat di situ ada pohon yang menjorok ke jalan, akar-akar dan lumut,  banyak menjulur, bergelayutan. Sekilas dilihat, seperti ada sosok besar tengah memperhatikan kendaraan yang lewat! Pasti begitu ngelihat, kaget. Orang yang nggak siap atau tengah ngelamun  bisa langsung oleh…” jelas Fabian yang juga seorang Tarot Reader ini.  
            Selain itu sebenarnya kawasan Cipularang dahulu merupakan perbukitan yang dipotong menjadi jalan tol. Tinggal sedikit pohon tersisa di puncak bukit, pas di dekat Km 97. Bukitnya sebelah kanan kalau dari Jakarta, kiri dari Bandung.
 “Lihat deh, masih ada pohon rimbun di sana. Saya merasakan ada tempat pernah disakralkan dulu di hutan itu. Entah makam atau apa… Itu kan seperti celah antar bukit. Bayangin saja dulunya itu hutan, perbukitan, lantas dipangkas menjadi jalan tol. Hanya “tersisa” sedikit saja…Pasti ada yang terusik,” jelas Fabian.
             Selain itu, pas Km 100 di jembatan Cisomang, pasti pengemudi akan merasa dorongan keras. Karena aliran angin sangat kencang, secara logika. Di bawahnya juga ada lembah yang dulu lama tidak tersentuh manusia.  Konon, tempat yang tidak terjamah manusia, dingin, lembab, gelap, paling disenangi oleh makhluk halus. So, tinggal kita saja yang musti bijaksana. Ingin dengar pengamatan secara logika atau mistis, yang penting tiap melewati kawasan ini tidak perlu parno. Hanya hati-hati, jaga stamina dan baca doa.(ft: berbagai sumber)

Tidak ada komentar: