Jumat, 28 Oktober 2011

halloween mitos atau beneran?



            Mulut menyeringai dengan gigi-gigi tajam itu, terasa begitu dekat. Sampai-sampai dengusan nafasnya terasa meniup bulu kudukku hingga berdiri. Harum. Begitu wangi, hingga malah membuatku mual. Tanpa sempat menghindar, wajah bulat bundar dengan sepasang mata merah menyala itu sudah berada tepat di depanku. Ya Tuhan, monster apa pula ini? Pasrah. Seluruh persendian rasanya seperti dilolosin, tidak bertenaga. Sebelum kusempat menghindar, sepasang tangan kokoh menarik dan membenamkan aku dalam pelukannya. Kuat dan panas, sampai kulit seperti melepuh terbakar….
            Hanya dalam sekali sentakan, aku berhasil lolos. Tanganku berusaha menggapai apa pun yang ada di dekatku. Buat bela diri, setidaknya menghindar dari makhluk yang menakutkan ini…
Sayang, tubuh ini terlalu mungil dan lemah buat melawan. Sebuah tamparan keras, terasa di tengkuk. Berat. Lantas, semuanya gelap.
            “Mimpi buruk ya?” Suara cempreng itu, membuat kesadaranku kembali pulih…Lamat-lamat, lagu Bon Jovi yang lawas banget terdengar dari CD player. Aroma kopi begitu harum, menusuk indra penciumanku. Mimpi? Di mana aku sekarang….
            Busyet! Baru nyadar, tidurku semalam parah. Sampai-sampai bantal, sprei dan selimut berantakan, bahkan bantal ada yang terlempar ke lantai. Mimpiku beneran heboh ya, sampai tempat tidur seperti kapal pecah? Nyatanya, bangun-bangun tulang seperti patah. Remuk. Sakit semua. Belum lagi lebam di kening dan dagu, sepertinya terbentur sisi tempat tidur. Kacau banget. Malu. Pasti orang yang melihat menduga, aku habis ditonjok.
            “Udah mandi…Bau tauuuu! Udah siang,” teguran  Danny, mengagetkan. Astaga, sejak tadi aku masih bengong di tempat tidur. Buru-buru aku kabur ke kamar mandi, sebelum mendengar teriakan teman satu apartemenku itu lagi…. Bbbr!
            Nggak mudah memang, musti tinggal satu atap dengan orang yang belum kita kenal banget. Apalagi di negara orang. But, mau bagaimana lagi? Untuk sewa apartemen atau rumah sendiri, terlalu mahal. Uang saku tidak cukup. So, lebih baik sharing dengan orang lain. Toh, Danny, cowok berdarah Belanda itu bukan orang yang baru saja kukenal… Adiknya married dengan orang Indonesia, sepupuku. Kami sempat beberapa kali ketemuan, sebelum akhirnya dia balik ke negaranya. Kebetulan, kami “berjodoh”. Beasiswa pendidikan singkat atau short course selama dua bulan, membuatku musti menetap sementara waktu di London, kota tempat Danny bekerja. Klop kan…Buat sementara saja, kami sharing tempat tinggal.
            Home sick. Jelas. Minggu pertama, aku boleh terkagum-kagum dengan kotanya Prince Charles ini. But minggu berikutnya, kangen dengan masakan rumah, keluarga, kebiasaan-kebiasaan yang tidak bisa dilakukan di sini, membuatku suka termangu-mangu sendiri, sambil menghitung hari. Kapan pulang…kapan pulang…
            Don’t be upsad…Jangan kelewat berlebihan sedihnya. Ntar kuajak kamu nonton perayaan halloween…Meriah. Kamu nggak penakut kan?” ajaknya, sore itu sepulangnya dari kantor. Mmm, malu juga. Dia pasti masih inget, mimpiku semalam, sampai bikin kamar porak poranda.
            Halloween? Astaga..orang bule, macam-macam aja perayaannya. Thanks giving, misalnya. Tradisi ngumpul dengan keluarga, makan bareng dengan hidangan khas kalkun panggang, jelang Christmass. Kalau halloween, seingatku waktunya hantu-hantu muncul dan eksis? Hiiiiiiih! Beneran ghitu? Mirip malam 1 Suro kalau di Indonesia dong, di mana kita musti berhati-hati, musti banyak doa dan menggunakan ritual tertentu?
******************
            Pertanyaanku belum juga berhasil terjawab, ketika malam itu Danny bermalam di rumah kawannya. Terpaksa aku menghabiskan malam ini, sendiri. Lampu-lampu sudah dipadamkan, hanya lampu teras balkon dan dekat lorong ke kamar mandi saja yang menyala… ketika,…
            Deg! Wajah menyeringai dengan mata menyala itu kembali muncul. Entah, darimana dia datang. Tiba-tiba saja sudah begitu dekat denganku, nafas memburu dan aroma wanginya itu terasa banget, seperti mencekikku hingga sulit bernafas. Aku berusaha berdiri, menghindar dari wajah mengerikan itu, tapi tidak seinchi pun dia bergeser dari tempatnya. Tenagaku juga terkuras habis, seperti ada yang mencengkeram kaki ini, sampai bergeser pun sulit…
            Surpriseeeee…..”
            Blarrr! Lampu nyala, sekelilingku terang benderang. Aku tergaga-gagap di tempatku duduk… Masih di apartemen. Danny? Cowok itu sudah berdiri tepat di depanku dengan mengenakan topeng dari karton. Wajah badut yang menyeramkan, alamakkk…Iseng bangettt!
            Fuuiihhh, entah apa arti mimpi-mimpiku. Wajah menyeringai, mata menyala-nyala dengan gigi taring yang mengerikan. Nyatanya, malam itu aku terbangun dengan Danny di depanku. Tak ada siapa-siapa lagi, selain kami berdua. Mungkin juga halusinasi, atau karena kebawa cerita dari Danny?
            Baru kuingat Halloween Night sekarang. Kulihat tadi waktu masuk apartemen, sepanjang jalan banyak lampion dan hiasan serba gothic. Hitam, seram, tapi ada juga yang lucu. Kebanyakan bersimbol buah labu..Mmm, kok mirip ya dengan sosok dalam mimpiku?  Bbbr… bulu kudukku meremang. Yup, bukannya dulu kabarnya saat begini ini roh-roh gentanyangan suka gangguin?
            Danny yang malam itu akhirnya “memaksa”ku ikutan ngelihat keramaian di luar, saat halloween cerita kalau tradisi itu sebenarnya berasal dari orang Irlandia yang imigrasi ke Amerika Serikat.  Asal namanyan All Hallows Eve. Bener juga seperti di film-film yang biasa kutonton…Anak-anak berkeliling dengan keranjang kosong ke rumah-rumah, lantas teriak  Trick or treat!” . Biar dibagiin permen atau kue. Konon kalau pemilik rumah nggak bagi-bagi permen dengan bungkus warna warni itu, mereka bisa kena tulah.

************
            Mitos itu sempat dipercaya  masyarakat Eropa sekitar abad sembilan. Mereka menyebutnya Soul Day, tiap tanggal 2 November. Pengemis, gelandangan, orang miskin dari berbagai desa ke kota, buat minta-minta. Bukan uang lho..Tapi soul cake yang bentuknya roti berisi anggur manis. Penghuni rumah musti rela bagi-bagi, soalnya mereka percaya para pengemis itu bisa mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal. 
Tradisi itu berkembang, bahkan akhirnya diadopsi oleh masyarakat yang tinggal di berbagai belahan dunia. Mereka mengenal istilah Halloween Night tiap tanggal 31 Oktober. enurut legenda dari Irlandia, ada petani licik, jahat dan kikir yang suka mengecoh iblis, serta sesamanya. Hingga ketika meninggal, Jack nama petani itu arwahnya gentayangan. Bukan hanya surga yang menolaknya, neraka pun bahkan tidak menyediakan tempat buat laki-laki ini. Melihat Jack yang kebingungan berjalan dalam kegelapan karena tidak tahu kemana arah tujuannya, iblis memberikan sebatang lilin yang ditempatkan dalam buah sejenis lobak, buat penunjuk jalannya. Pantas saja, kita suka dengar istilah Jack O’Lantern.
Maklum. Ternyata lobak ini sulit ditemukan di negara-negara selain Irlandia. Masyarakat pun menggantinya dengan buah labu yang berwarna orange. Nggak heran, tradisi halloween awalnya identik dengan warna hitam dan orange, meski kini mulai beragam warna, seperti ungu, hijau dan merah.  Beberapa karakter setan dan iblis dari budaya barat, seperti penyihir, kelelawar, burung bangkai, kucing hitam, zombie, mummy, tengkorak dan laba-laba, kini juga diadopsi menjadi pernik-pernik yang meramaikan Halloween Night. Selain dua tokoh film horor klasik, seperti Drakula dan Frakenstein yang selalu ada…
            “Trick or threat!” teriak seorang bocah mengejutkan kami. Aku dan Danny yang tengah menyusuri kompleks tempat tinggal kami, terkaget-kaget. Untung, Danny masih mengantongi gula-gula yang kami beli di supermarket kemarin. Habis bagi-bagi permen, kami pun memilih duduk di sebuah café shop pinggir jalan….
            “Sebenernya antara serem dan nggak sih…Buat fun aja sih menurutku…Tapi sebagian masyarakat yang percaya banget tradisi, menghargai banget ritualnya,” jelas Danny kembali melanjutkan ceritanya.
Menurut cowok berdagu belah dan bermata biru itu, halloween sebenarnya juga berasal dari festival Samhain atau perayaan akhir musim panen dalam kebudayaan orang Gael atau tahun baru Kelt. Mereka percaya, tanggal 31 Oktober, pembatas antara dunia manusia dengan roh atau arwah manusia, terbuka. Kondisi ini membahayakan hidup manusia karena roh penasaran ini membawa penyakit dan bisa merusak hasil panen.
“Biasanya tiap ngerayain,  mereka menyalakan api unggun, buat membakar tulang hewan yang mereka sembelih. Kostum dan topeng yang dipakai, seram-seram. Tujuannya nakutin roh jahat yang mau gangguin. Mereka juga ingin mengusir kekuatan dari dunia “lain” dengan meletakkan pernik-pernik seram di setiap sudut rumah,” jelas Danny, sambil menyeruput kopi pesanannya.
Nggak jauh beda dengan kepercayaan Bangsa Celtic yang menganggap tiap malam Halloween, roh peri, tukang sihir, makhluk halus, bergentayangan. Mereka ingin memasuki tubuh manusia. Mereka percaya, bila ingin selamat harus mematikan api yang menyala dalam rumah, agar tubuh mereka dingin, sehingga roh jahat tidak mau masuk. Agar roh menjauh, mereka juga berkeliling desa dengan kostum seram, lantas membunyikan alat-alat musik seadanya, agar suara berisik itu menakut-nakuti roh gentayangan. Tragisnya, bila ada manusia yang kerasukan, mereka akan membakarnya hidup-hidup. Tujuannya memberi pelajaran bagi roh lain agar tidak masuk dalam tubuh manusia. 
Sebuah kota di negara bagian Minnesota,  Anoka mengklaim dirinya sebagai ibukota Halloween. Mereka selalu merayakanya dengan menghias seluruh kota dan pawai besar-besaran. Wisatawan juga banyak mengunjungi kota Salem di Massachusetts setiap menjelang perayaan Halloween karena terkenal dengan legenda sihirnya… Kini Halloween dianggap sebagai sekedar seru-seruan atau perayaan yang menyenangkan. Beberapa pusat perbelanjaan, hotel dan kafe pun mengemasnya dengan pernik-pernik yang tidak menyeramkan.
“Tapi gimana dengan mitos yang nggak boleh dilanggar? Bakal kena tulah beneran nggak sih? “ tanyaku penasaran waktu melihat, seekor kucing hitam melintas tiba-tiba. Entah, bulu kudukku tiba-tiba berdiri.
“Santai sajalah…Hari gini, masih percaya hantu….” Kata-kata Danny belum selesai, ketika tiba-tiba sebuah lampion labu cukup besar yang tadinya tergantung tak jauh dari tempat kami duduk, tiba-tiba jatuh dan hancur berantakan. Tuh! Entah, kali ini angin atau kekuatan lain yang menjatuhkannya… (ft: berbagai sumber)

Tidak ada komentar: