Minggu, 06 November 2011

rahasia MAMA




          Gemuruh ombak yang menghajar karang-karang, terdengar begitu jelas. Seakan ingin berlomba dengan gemuruh dalam hatiku… ketika, mataku menatap satu bayangan. Seorang perempuan muda, mungil dengan rambut sebatas bahu, tengah menggendong seorang bayi. Hanya dengan bertelanjang kaki, dia menyusuri pantai. Baju putihnya, menjuntai menyapu pasir pantai, hingga ujung-ujungnya kotor. Tapi kelihatannya, dia tidak perduli…
Lamat-lamat kudengar, bayi dalam gendongannya menangis. Suaranya kenceng banget dan menggiriskan hati. Lagi-lagi perempuan itu masa bodoh. Dia tidak berusaha menenangkan bayi dalam gendongannya atau berhenti berjalan, langkahnya malah semakin ke tengah..
Astagaaaa… Aku terpana dari tadi, sampai nggak nyadar kalau air laut sudah mencapai pinggang tuh cewek. Lidahku kelu. Ingin teriak, tapi  tidak ada kekuatan sama sekali. Apalagi buat lari, menolongnya. Persendianku lemas. Kaki-kaki ini seakan terpaku di tempatnya. Samar-samar kulihat cewek itu tanpa ekspresi,  melepaskan bayi dalam gendongannya. Nyemplung, masuk dalam laut! Aku tersedak, apalagi pas dia balik badan, lantas menatapku dengan pandangan tajam menusuk. Byuuurrr! Gelap! 
Mimpi yang sama. Perempuan dengan bayi dalam gendongannya. Heran. Padahal sama sekali, aku tidak pernah jalan sendirian ke pantai atau mengenal cewek dalam mimpiku itu. Tapi kenapa akhir-akhir ini, bayangannya sering muncul?
Dingin. Gelap.  Bau bangkai. Tiga hal yang sangat tidak aku sukai. Celakanya, malam ini lagi-lagi terperangkap dalam kondisi yang sama. Terbangun dari mimpi buruk, rumah dalam keadaan gelap gulita. Tidak menguntungkan. Listrik mati. Udara malam yang begitu dingin, membekukan. Plus bau bangkai yang aku sendiri nggak tahu, darimana asalnya. Padahal siang tadi, biasa-biasa saja. Selalu aja jelang tengah malam, aroma itu tercium menyengat.. Giliran pagi-pagi kucari ke sekeliling rumah, nol besar. Nggak kutemukan apa-apa.
Mungkin ini ulah tetangga yang suka kasih racun tikus. Giliran mati, bangkainya nyelip di mana-mana. Repot. Masih lumayan, bisa langsung ditemukan dan dibuang. Kalau nggak, berhari-hari ya begini… Herannya, pagi-pagi tukang sampah yang kumintain tolong menyisir halaman depan, mengaku tidak ada bangkai apa pun. Lantas, darimana aroma busuk ini berasal.
Sambil meraba dalam gelap, kucoba mencari handphone dan senter di meja kerja yang ada di ruang depan.. Memang tadi aku baru saja ke toilet, waktu listrik tiba-tiba mati. Bbbrrr… angin dingin terasa di tengkuk. Perasaan nggak enak kembali begitu mengganggu.. Karena kurasakan kini, aku tidak tengah sendirian dalam ruangan ini! Gamang… Nggak boleh takut! Masa lampu mati saja panik? Lagian mana mungkin ada orang lain masuk, menyusup dalam rumah? Aku yakin, semua pintu dan jendela sudah terkunci rapat.
Nyatanya, perasaanku mengatakan memang ada seseorang bersamaku saat ini! Langkahku berjingkat, pendengaran kutajamkan, berusaha mengenali apakah benar ada orang lain selain aku di sini… Sepi… Hanya bunyi gerendel jendela yang tertiup angin.Aku meraba-raba lagi, sebentar lagi sampai ke mejaku..tapi rasanya jauh dan lamaaa..Ingin buru-buru, takut nabrak guci pemberian mama atau malah kejedot lemari… Glek. Lagi-lagi aroma busuk itu begitu menusuk. Kurasakan tengkuk ini dingin, begitu kurasakan seperti ada seseorang yang menjamah pundakku! Aku terkesiap kaget, refleks balik badan.. Sia-sia, karena hanya kegelapan yang ada. Tapi bersamaan dengan itu, aku yakin… ada orang lain yang kini posisinya berhadap-hadapan denganku… Nafasnya memburu, bau busuknya bikin perutku diaduk-aduk, mual…
“Siapa ya….Siapa yang lagi di situ?” tanyaku dengan nada bergetar. Meski sebenarnya, aku tidak berharap akan ada jawabannya. Moga-moga nafas berat yang kudengar itu hanya halusinasi…
Pranggg! Astaga, aku pasti sudah menyenggol vas bunga atau apa pun itu, hingga pecah berantakan.. Keringat menetes di kening, tapi tengkukku begitu dingin.
“Siapa kamu? Siapa yang lagi di situ?” tanyaku, gamang. Nafas memburu itu terasa makin dekat, aroma busuknya juga makin santer tercium, sampai-sampai membuatku sulit bernafas… Hingga tiba-tiba, kurasakan sesuatu yang dingin dan busuk baunya, begitu dekat dengan wajahku! Detik berikutnya, aku ambruk. Pingsan.
***********
Susah, bicara dengan orang yang teknologi addict. Alias apa pun selalu dikaitkan dengan teknologi. Kejadian yang sering kualami akhir-akhir ini, dianggap halusinasi oleh Tristan. Sahabatku di kantor. Padahal jelas, semua rentetan peristiwa yang hampir menjadi “makanan malam” ku dua minggu belakangan ini, bukan kebetulan menurutku. Bolehlah kita mimpi buruk atau berkhayal yang tidak-tidak, tapi kalau selalu sama dan berulang?
Trauma sebenernya. Ingat masa kecilku yang tidak menyenangkan. Omaku yang masih berdarah Belanda asli pernah bilang, keluarga besar kami memiliki gift, bakat atau karunia turunan. Sehingga kami punya perasaan lebih “peka” dibandingkan orang awam lainnya. Jelas, aku masih nggak tahu apa artinya indra keenam kita lebih sensitif dibanding orang lain. Mungkin karena aku masih begitu kecil…
Pernah aku lagi berlibur dengan papa dan mama di kawasan Baturaden… Tempat pemandian umum. Waktu itu,  aku tengah bermain ayunan, sementara papa  ngobrol dengan oma di taman, dekat aku bermain.. Tiba-tiba, cerita oma… aku turun dari ayunan, berlari ke arah mama yang tengah pesan makanan cepat saji, di sebuah kafe tenda… Padahal jalanku belum bagus benar, masih sering dituntun atau terhuyung-huyung. Tapi waktu kejadian itu, papa dan oma terkejut melihatku setengah berlari. Lantas kutarik-tarik tangan mama, sambil menjerit-jerit, seperti marah atau menangis… Mama sempat membujukku, supaya menunggu, makanannya matang…Tapi aku ngotot, sampai rok mama kutarik dan aku menjerit kuat-kuat. Histeris.
Mama senyum, melihat kelakuanku yang aneh. Lantas buru-buru mama ngikutin permintaanku yang menariknya, supaya gabung duduk, bersama oma dan papa. Bertepatan dengan mama dan aku meninggalkan kafe tenda itu, kompor mereka meledak… Terjadi kebakaran hebat.. Yang mengerikan, kata oma petugas yang tengah bikinin mama makanan. Dia luka bakar parah dan tidak tertolong. Alias meninggal di tempat itu juga….Andai mama tidak kutarik, kami tetap di sana..Pasti, mama juga menjadi salah satu korbannya…
Kejadian yang hampir serupa, waktu aku duduk di bangku playgroup. Pelajaran olahraga, paling kami sukai. Maklum anak-anak, pasti menganggap olahraga itu seperti bermain.  It’s a lot of fun.. Kami diajak membuat lingkaran, lantas melempar bola bergantian di satu ring. Sabar, kami begitu tertib berbaris, menunggu giliran. Namanya juga anak-anak, meski sebagian fokus main bola, masih ada juga temanku yang main ayunan. Made tengah asyik berayun-ayun, ketika aku tiba-tiba datang dan mengajaknya dia gabung main bola. Made ngotot nggak mau, masih bilang…Ntar dulu! Tapi aku menariknya keras-keras, sampai Made hampir terjerembab. Dia menangis kenceng.. Guru datang menengahi. Kami berdua ditarik, diajak menyingkir dari tempat itu. Nggak lewat berapa detik, ayunan yang tadi digunakan Made, roboh!
Guru kami terkesima, aku dan Made yang masih kecil, cuek saja. Tapi lewat penuturan oma, andai saja aku tidak menarik Made, bahkan sampe bikin dia menangis, pasti Made sudah celaka…
Nyaris aku sudah melupakan talenta yang kumiliki. Kelebihan mampu merasakan sesuatu yang bakal terjadi, nggak lagi aku pikirin. Soalnya, serem. Bikin stress. Kadang aku lagi ngobrol sama teman-teman kantor di kantin, aku bisa tiba-tiba sedih pas melihat Wina, temen satu ruangan…Nggak tahu, rasanya aku pengen nangis saja. Malamnya, aku dapat bbm…Wina kecelakaan. Motornya terseret kereta api, sekian meter dan dia tewas di tempat, sepulang dari kantor.
Pernah, bersama beberapa teman di kantor lagi merayakan tahun baru. Ngumpul di rumah Tasya, anak bagian iklan, sambil bikin barbeque, kami main kembang api. Aku sudah merasa tidak nyaman, begitu masuk ke rumah Tasya. Bayangan api yang berkobar dan suhu begitu panas, terasa begitu dekat denganku. Padahal udara malam itu dingin dan aku yang awalnya paling semangat, mengadakan acara ini… Acara makan-makan sudah berlangsung, beberapa makanan ringan, mulai dikeluarkan, ketika Ridho temanku yang lain mulai mengeluarkan kembang api dan petasan…tiba-tiba..  Sebuah petasan meledak, Ridho yang tengah menyiapkan pesta kembang api dan petasan, langsung terkapar dan musti dilarikan ke rumah sakit. Untung, nyawanya masih tertolong, tapi luka bakarnya parah.
“Udahlah, nggak perlu kamu pikirin hal begituan..Pasti karena kamu suka nonton film horor, trus ngobrolin masalah klenik, kebawa deh ke alam mimpi..” kata Tristan, membuyarkan lamunanku.
“Enak aja, klenik… Emang aku cenayang, dukun, ahli nujum?”
Tristan ngakak… “Ya sudahlah, enjoy saja dengan mimpimu. Jangan dimasukin ke hati. Malah kan bisa kamu jadiin bahan ceritamu kan… Gue denger, kamu kan nulis juga di majalah…Ya udah, jadiin cerita aja, kirim deh…Ntar kalau dimuat, traktir aku ya…”
“Nggak lucu ah…” Kesal juga, akunya. Dimintain pendapat beneran, malah ngaco bicaranya. Balik ke meja kerjaku, bayangan seseorang yang nggak jelas siapa itu makin mengganggu. Kalau bener ada orang lain di rumah, selain aku…Siapa? Kenapa juga, mimpi yang sama selalu menggangguku belakangan ini….
“Please Oma… Andai oma masih ada…” Ya, Oma yang sering membantuku “membaca” apa yang kurasakan, ketika aku sudah beranjak dewasa. Sayangnya, beliau meninggalkan kami selamanya, pas aku masuk kuliah…
***********
Wanita berambut panjang, menjuntai sampai ke pinggang itu menatapku tajam. Kelihatan dia tidak suka dengan kehadiranku di situ. Bajunya yang putih, menjuntai hingga ke tanah, tidak dia perdulikan…Meski air pantai mulai membasahi kaki kami… Lantas, dia kembali memunggungiku…
Aku tersedak, ketika sadar kakiku begitu dingin… Entah dimana aku sekarang, tapi yang jelas…aku sudah berada di bibir pantai. Air laut yang dingin terasa menyapu kakiku yang telanjang.. Butiran pasir dan pecahan baju karang, sesekali membuat telapak kakiku pedih. Wanita itu berdiri di depanku, jaraknya hanya sekian meter saja dariku. Air laut sudah sampai sebatas lututnya, tapi kelihatannya dia masih mau terus maju…
“Tunggu… Kamu bisa tenggelammm.. Jangan nekad, Semua masalah bisa diselesaikan..” teriakku parau. Bau busuk, kembali tercium. Kudengar lamat-lamat, suara orang tengah menyanyi lirih…Mirip seperti orang bergumam.. Wanita itu! Wanita itu terus berjalan, sambil bersenandung lirih…
“Tunggu, heiiii!” Aku tercekat, ketika wanita itu kembali balik badan…Dia menatapku tajam. Baru kusadar, tangannya menggendong seorang bayi mungil yang masih merah… Darahnya, mengotori baju putih perempuan itu…Tanpa bicara, wanita itu kini berbalik maju ke arahku.. Aku terhenyak, nggak menyangka menghadapinya langsung. Tadinya kupikir, aku bisa menolong perempuan yang tengah putus asa. Tapi melihat ekspresinya, aku yakin..dia bukan perempuan biasa…
Wanita itu terus merangsak maju… Tangannya kini menyodorkan bayi merah, masih dengan tali putar dan darah di mana-mana.. Bau anyir itu, menusuk. Perutku terasa diaduk-aduk. Kepalaku pusing. Dan, wajah perempuan itu kini sudah tepat di depanku! Hanya sekian centi saja, sampai-sampai nafasnya yang memburu terdengar begitu jelas dan terasa hembusannya di wajahku…
Aku mau mundur, tapi tangannya yang satu, mencengkeram kemejaku.. Sekali sentakan saja, aku terbanting jatuh di pasir…Pingsan.
Stress. Sumpah! Teror mimpi yang sama, tapi rasanya itu semua begitu nyata. Buktinya, aku terbangun dengan badan sakit. Tulang-tulang rasanya mau patah. Belum lagi, posisi tidurku bisa pindah ke lantai?
“Nonsens! Mana adalah kamu nemuin hantu… yang ada kamu mimpi.. Cantik nggak tuh cewek. Ntar kalau mimpi lagi, salam dari aku ya…” Tristan ngakak. Kesal. Kali ini aku diam seribu bahasa, menanggapi ledekannya.
Pekerjaan kantor yang menggunung, lumayan. Bisa mengalihkan pikiranku dari mimpi yang menerorku belakangan ini. Sampai-sampai, Tristan sudah ada di depan mejaku, aku nggak menyadarinya…
“Do, papa kamu datang tuh. Nungguin di lobi…Katanya mau bicara sama kamu, penting…” Aku bengong. Papa? Kapan Papa balik Jakarta setelah dua minggu berlibur ke kampung halaman oma? Ngapain cari aku sampai ke kantor, kan kami bisa bicara di rumah?
Papa mengajakku pulang, saat itu juga. Meski kelimpungan, karena harus ijin mendadak sama kantor, aku turuti saja kemauan papa. Kelihatannya beliau terpukul dan panik, sampai-sampai tangannya yang kugenggam pun  gemetaran…
Kami sudah duduk berdua saja di kamar, ketika papa kelihatan mulai tenang, habis minum teh yang kubikinkan barusan…
“Papa mau kasih kabar, mama kandung kamu ditemukan sudah meninggal.” Mama kandung aku? Kepalaku mendadak pusing…
Lewat cerita papa, kutahu, papa menikah dua kali… Tapi pernikahannya dengan mama, pernikahan siri dan tidak diakui keluarga besar kami. Ketika aku lahir, oma mengambilku. Mama yang selama ini kukenal sebenarnya, istri kedua papa. Bukan mama kandungku..Tapi karena beliau begitu mencintaiku seperti putranya sendiri, aku sama sekali tidak pernah tahu…
Jenasah mama ditemukan setengah membusuk, karena terlalu lama terendam air.. Diduga, mama bunuh diri, terjun ke laut. Herannya lagi, mama meninggal dalam keadaan hamil muda… Tak diketahui calon bayi itu, anak dari siapa… Atau kenapa mama musti bunuh diri? Apakah tidak mungkin, mama sebenarnya kecelakaan atau dibunuh?  Baru kali ini, kulihat potret mama kandungku. Dan kutahu…wajah perempuan yang ada dalam foto itu, persis wajah perempuan dalam mimpiku!(ft: berbagai sumber)

Tidak ada komentar: