Segelas kopi, musik dan laptop = me time. Satu yang
masih membuat gw tertegun, berita meninggalnya Prahara Mahdisa. Memang sih, belakangan kami nggak pernah
ngobrol atau ketemuan lagi. Sekedar say
hai di twitter, sesekali. But, believe it or not, kami pernah begitu dekat.
Waktu
Prahara masuk karantina Coverboy 1999 di Aneka Yess! Magz, gw sudah bekerja di
sana. Karena tugas, kami jadi sering jalan bareng keluar kota.
Prahara
salah satu dari sekian banyak model yang selalu bikin acara “jalan-jalan”
ini, terasa hangat. Kocak, gokil, tapi
juga kooperatif. Hal ini ternyata kebawa, ketika dia roadshow perorangan.
Biasanya, roadshow ini hanya dua model dan satu wartawan. Tugas wartawan
ngerangkep chaperon juga. Ngurusin scedulle di daerah, berhubungan dengan radio
setempat, mall tempat meet and greet, bahkan sampai makan di mana. Ini nih,
hebatnya Prahara. Gw akuin, dia nggak pernah bawel soal makanan. Mau di kota
mana pun, bahkan kami pernah ke Pati dan Rembang, tuh kota masih 1,5 jam dari
Semarang. Harus oper pakai mobil elep, eh.. asik-asik aja tuh!
Kami
pernah makan di tengah pematang sawah dengan nasi dipincuk daun atau menunggu
bis datang di terminal yang hingar bingar. Kepeduliannya juga gede. Ngeliat
kita bawa traveling bag misalnya, nggak usah nanya.. dia akan buru-buru
nyamperin dan ngebawain. Istimewa? Yup. Karena nggak sedikit, rekannya sesama
model seangkatannya yang sudah ngerasa artis. Sebodo teuing sama orang lain. Dia juga bisa ngeliat situasi, gimana harusnya
ngebawa diri. Pernah kami roadshow berdua. Pemilik radionya rajin bener, jam
enam pagi udah digedor, buat ikutan ngebuka lomba jalan sehat. Haiyaaaa..
sambil setengah nguap, kami ngikik berdua di belakang.
Itulah,
Prahara. Meski kariernya membaik, dari model biasa menjadi bintang sinetron,
sampai casting director di sebuah PH besar, dia tetap hangat dan humble. Selamat jalan, sahabat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar