Senin, 10 Agustus 2015

Sabar & Syukur



Siang yang panas. Belakangan ini, matahari lagi suka menggoda dari balik jendela. Baru pukul sepuluh pagi saja, panasnya ampun.  Protes? Nggak juga sih. Ntar giliran dikasih hujan, dingin, protes juga baju nggak ada yang kering dan nggak bisa kemana-mana. Itulah manusia hahaha… dikasih panas, protes. Dikasih hujan juga komplain.

      Cerita soal manusia (saya juga manusia…), jujur sejak kaki saya nggak kuat berdiri berlama-lama dan jalan jauh sedikit saja, saya suka marah pada diri sendiri. Bayangin, dulu saya masih bisa nyalip di backstage sebuah konser, gelantungan di bis antar kota, ngemall dan nonton sendiri. But sekarang?
Buat ketemuan dengan sejumlah orang pun, musti berpikir keras. Dan tidak semua orang tau, apa yang saya pikirkan. Apalagi kalo mereka lebih tua, populer, senior dll dari saya, pasti berpikir, nih anak sombong, nggak sopan banget, udah dikasih waktu malah ngeles melulu. Alasannya 1001 macam. Pokoknya nggak bisa datang aja.

       Hingga saya mendengar kabar, seorang kawan sakit. Penglihatannya terganggu, kesehatannya juga drop, sampai akhirnya berpulang. Setiap kali saya buka sosmed, whatsapp group, kabar sedih datang dari beberapa kawan lama. Entah kawan waktu masih sekolah, sampai rekan seprofesi. Sedih, tiba-tiba membayangkan mereka dulu yang jauh lebih lincah dari saya, drop tiba-tiba. 

       Ketika  jaman makin canggih, semua informasi bisa diperoleh dengan sekali klik saja, namanya penyakit juga ikut-ikutan jadi “populer”. Tumor, kanker, bakteri apalah lagi namanya, jadi  teror menakutkan. Bayangkan… Waktu saya masih sekolah dulu, nama penyakit menakutkan itu paling jantung atau kanker paru-paru karena rokok. Sekarang? Bakteri saja bisa membuat seorang kawan yang lincah, smart, sempurna, bisa tiba-tiba tergolek tidak berdaya. Bahkan untuk bicara pun, tidak bisa. Gara-gara virus, seorang kawan hampir mengalami kebutaan. Ya, Tuhan.. kalo ingat ini, saya malu tidak mensyukuri semua yang sudah DIA berikan untuk saya.  Saya sendiri juga takut, membayangkan andai check up, apa hasilnya nanti?  Ibarat lembaran naskah, tubuh saya ini penuh dengan tipe ex atau correction pen di sana sini hehehe… Ya sudahlah, semakin saya pikirin, semakin stress.
        Lebih baik, gunakan waktu yang ada buat berpikir, bekerja, menjalin silaturahmi dengan sesama manusia dan SANG KHALIK.   Setiap kali saya terbentur, saya berusaha melihat ke bawah, banyak yang hidupnya lebih keras dari saya, mereka mampu, kenapa gini aja saya mengaduh? Setiap kali saya ngerasa dilupakan, dilecehkan, dinomorsekiankan,  saya coba berpikir maklumi sajalah. Mereka juga manusia. Cinta yang tanpa batas, keadilan yang hakiki, kan hanya Sang Pencipta yang punya. Tinggal pil “sabar”  dan "syukur" saja, yang harus stok banyak-banyak, seperti kata teman saya... "Sabar, ya.. Syukuri ajaaa.." Tiap kali saya meracau. Akhirnya capek juga yang meracau, malu sendiri. Hihihi.. 

Tidak ada komentar: