Selasa, 28 Januari 2014

Enak Mana?



Jujur saja, sih. Semua orang pasti pengen yang enak-enak. Makanan, pekerjaan, lingkungan, apa pun itu. Seperti ketika gw memutuskan resign dari kantor dan “memindahkan” nya ke rumah. Karena kebisaan gw menulis, bukan masak, bisnis atau dagang berlian hahahaha… ya pekerjaan gw di rumah, tetap menulis.  Satu dua bulan, okelah… lumayan besar perubahannya. Sedikit tapi pasti, banyak yang mlipir pergi. Ya nggak apa-apa, setiap orang kan berhak memilih.

       Tahun kedua, ketika gw mulai mencoba nulis skenario,  ternyata ada beberapa komen masuk. “Enak dong, kerjanya di rumah doang, tinggal send. Beres.” Komen lain, “Enakan kamu kalo gitu ya, nggak usah capek-capek, nggak pusing, nyantai di rumah, ketak ketik ketak ketik, dapet duit, beres.” Oh, ya?  Biasa, gw ya bisanya senyum, sambil ngenes. Oh my God. Nggak hanya gw kali, semua penulis skenario  yang bekerja di rumah, justru tidak pernah punya waktu libur. Deadline bisa setiap saat, nggak hitungan hari atau minggu. Begadang atau tidak tidur pun itu sudah biasa.
       Ya, sudahlah, nggak apa-apa. Mungkin mereka yang berpikir enak itu hanya melihat satu sisi saja.  Eh, belakangan ada cerita lagi dari seorang kawan yang denger, gw lagi dibanding-bandingin dengan teman gw yang sudah menjadi headwriter. Enakan si A dong, daripada mbak ST, dia udah solo karier. Hahahahahahaha.. okehhh. Gw memang bukan siapa-siapa, seujung telunjuknya pun belum kali. But I’m happy with my life.  
       Kalo ditanya enakan mana? Gw akan jawab, enakan gw dong! Hahahaha.. gw nggak harus meeting ke sana sini, nggak harus editing di kantor sampai dini hari, nggak musti ngadepin boss-boss yang lagi kriting, tiap saat baca rating dan nggak harus pusing mikir besok kostum gw apa. Gw juga punya boss, guru, sekaligus idol yang super duper baik, meski kadang brisik kalo gw nggak teliti dan lemot hihihihi (ups dia baca nggak ya?). So, apalagi sih yang gw cari dan gw sesali?
      Yah, mungkin saja mereka ngeliatnya dari nominal dan packaging, tapi pernahkah berpikir ukuran bahagia itu relative?  Dan tiap orang itu memiliki sesuatu itu melalui “proses”. Nggak bisa dilihat satu sisi saja. Bisa saja kita bilang si B enak ya, ngetop di mana-mana, langganan infotainment, tajir, bla bla bla, tapi apa kita tau, masalah pribadinya? Okelah, kita bilang enakan si C, kerja tinggal di rumah, apa lihat prosesnya?  
       Ya sutralah, gw bukan Mario Teguh yang super sekali, gw juga nggak peduli enakan mana, dan dibandingin siapa. Yang gw tau, sekarang I’m happy with my life.  Apa pun yang GOD kasih, gw perjuangkan dan gw kerjakan. Gampang, kan?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Setuju Mbak Stey.
Kamu idolaku.
Maaf pernah mengecewakanmu :*

Unknown mengatakan...

Hahahahaha... iya, aku pernah kau buat patah hati. Nggak apa-apa, thanks ya, Jeng... tetep salah satu kesayanganku.