Selamat
hari Sarjana. Pesan singkat di twitt pagi ini. What? Taunya ada juga ya hari
sarjana. Jujur, miris juga inget status dengan embel-embel toga. Gara-gara
ijasah gw blm keluar waktu itu, pengalaman as a freelance writer selama 8 tahun
dikalahin oleh temen deket gw yang baru belajar menulis. Hanya karena, dia
wisuda duluan. Beda beberapa bulan…OMG. Nyesekkk. Padahal test saja blm, baru
seleksi berkas-berkasnya. Gimana mereka tau, I’m not good enough buat posisi
itu?
Bener
juga, what my mom said…gimana mau kerja, kalau gelar sarjana aja nggak punya. Apalagi
sekarang, S1 udah seperti kacang goreng. Banyakkk. Kalau bisa, selagi masih
punya kemampuan, ambil S2 atau setinggi-tingginya…Ilmu memang nggak ada
habisnya, perlu. Bener. Gw akuin, beberapa poin yang biasa gw terima di kampus
ternyata dipakai di lapangan. Beda ketika gw ngadepin, mereka yang tidak punya
background sama.
But … ada tapinya
juga nih, giliran gw udah ngantor, ngerasain crowdednya pekerjaan, and akhirnya
bersinggungan dengan berbagai orang, terheran-heran juga. Ngakunya sarjana, kok
segitu saja panik, bingung, manja, cemen ketika ngadepin satu masalah. Tanpa
inisiatif, ga bisa berbuat apa-apa, ga update dengan situasi sekarang, nungguin
fasilitas doang, and parahnya no attitude. Weleh,…
Memang di
kampus, ujian, paper, nilai-nilai semesteran, jaminan gw lulus dan layak
memakai toga, lantas disebut “sarjana”. But itu nggak jaminan gw, atau siapa
pun itu namanya, sepadan dengan gelarnya. Karena “lapangan” juga ikutan nentuin
kwalitas seseorang. Mampu nggak orang itu bekerja dengan passion, talent,
ber-attitude, ulet, dan berpikir “cerdas”. Cerdas bukan nilai mati, alias satu
plus satu sama dengan dua… tapi “cerdas” gimana bersikap, gimana musti ambil
tindakan, dalam kondisi apa pun… Setuju? Nggak?? Boleh-boleh aja…merdeka kok
hehehhe..Peace!(ft:berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar