Hampir menjadi rutinitas, refleks begitu colok modem,
buka handphone atau laptop situs yang saya buka twitter… not just because
pengen eksis atau pengangguran yang cari2 kesibukan. But setidaknya gw tahu,
apa yang tengah terjadi di “luar” sana. Selain update berita, bisa lewat situs
online atau televisi, gw juga bisa dapatkan dalam hitungan detik di jaringan
sosial media ini. Inget, waktu tsunami menyapu sebagian Jepang, gw tahu duluan
lewat twitter. Soalnya lagi mobile, nggak bawa laptop, nggak buka televisi… Buat
menghindari kawasan macet, hindari tawuran, demo, gw juga bisa deteksi. Nggak
hanya itu saja, kabar tokoh atau kawan kita sedang mengalami musibah, atau
sebaliknya… Audisi, lowongan, launching buku, album, etc… Hanya dalam hitungan
detik!
Dahsyat
banget, memang efeknya. Pagi-pagi bisa nongkrong depan televisi, nungguin my
idol, karena tahu lewat kabar internet. Ngucapin selamat ultah, berkabung, married,
lahiran pun…just lewat twitt. Sampai-sampai gw mikir, jangan-jangan ntar orang
kasih undangan hajatan pun announce di internet.
But..
lagi-lagi namanya keterbukaan. Terbuka informasi, teknologi, dan…terbuka juga
buat ekspresikan sesuatu. Mau bilang suka, benci, sebel, cinta…bebas. Hanya,
berpikir nggak ya: gimana kita bicara, nunjukin seperti apa kita? Bukan pengen
bikin pencitraan, tapi bicara di jejaring sosial, entah twitter, facebook,
mindtalk, blog…tetap musti mempertimbangkan attitude. Kedua, dampak… Seperti twitt
dari seorang siswa ttg kasus pemukulan wartawan, kabar hoax meninggalnya
seseorang padahal dia masih segar bugar.
So, andai bisa
manfaatkan maksimal jejaring sosial, wuiihh…nggak ada lagi istilah ketinggalan
kabar. Sebaliknya, kita punya masalah, pengen nanya kondisi jalanan, mencari
teman yg lost contact, etc juga bisa share di account pribadi. So, teknologi
memang untuk “memudah”kan, bukan untuk membuat orang di sekitar kita tidak
nyaman. Peace! (saya posting juga di mindtalk/ft:berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar