PEMBUNUH SERIAL LEGENDARIS
POPULARITASNYA
SEPERTI SELEBRITIS
Karier
kejahatan serial killer ini melegenda, bahkan ada yang sampai dibukukan dan
diangkat ke layar lebar. Seberapa populer mereka dibanding selebritis?
BONNIE &
CLYDE
PASANGAN PERAMPOK
LEGENDARIS
Pasangan romantis seperti Romeo &
Juliet ini merampok, membunuh, mencuri dan mati, bersama. Mobil, foto dan senjata mereka
dimuseumkan, buat mengabadikan sepak terjang mereka. Sebenarnya, siapa Bonnie
& Clyde?
Bonnie Elizabeth Parker kelahiran
Texas Amerika, 1 Oktober 1910, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Charles Parker dan Emma ini tinggal bersama sang ibu di Cement City, Dallas.
Sang ayah meninggal dunia, ketika Bonnie masih berumur 4 tahun. Meski sang ibu
hanya seorang pekerja pabrik garmen, dia selalu menonjol di sekolah, karena
nilai-nilainya tinggi. Salah satu kehebatannya, menulis puisi. Karyanya kini
bisa dilihat di buku The story of Suicide
Sal dan The Trail’s End.
Sayang sekali, kecerdasannya tidak
dimaksimalkan. Ketika Bonnie jatuh cinta dengan teman sekelasnya Roy Thornton,
dia memilih menikah 25 September 1926. Bangku sekolah pun dia tinggalkan.
Ironisnya, usia perkawinannya pun tidak lama. Hanya tiga tahun. Pasangan ini
memilih berpisah, meski tidak pernah mendaftarkan perceraian mereka secara
resmi. Ketika Roy mendengar Bonnie tewas
dalam penggerebekan yang dilakukan polisi, dia sempat berkomentar, “Dia memang
lebih baik mati, tertembak, daripada harus ditangkap polisi…”
Memang, kematian wanita ini menghebohkan,
sampai menjadi headline beberapa surat kabar. Salah satunya penulis Jimmy
Fowler yang membuat ulasan di Dallas
Observer tahun 1999. Wartawan ini mengatakan, Bonnie yang mati muda ini
meski terkenal sebagai perampok dan pembunuh, dia bukan pembunuh berdarah
dingin. Karena masa kecilnya dia bocah cerdas yang suka menulis puisi, jago
pidato dan aktris cilik. Salah satu buktunya, perempuan ini pernah ikut
pementasan drama. Perannya sebagai Shirley Temple, artis cilik legendaris.
CINTA MATI
Sebenarnya, siapa laki-laki yang
mampu mengubah hidup seorang Bonnie? Ya, Clyde Chestnut Barrow yang lahir di
sebelah selatan kota Dallas. Anak kelima dari tujuh bersaudara ini lahir dalam
kesederhanaan. Keluarga petani. Kehidupan yang keras, membuatnya terbiasa keluar
masuk penjara. Pertama dia berkenalan dengan jeruji besi, saat Clyde terlambat
mengembalikan mobil sewaan tahun 1926.
Bukannya jera, setahun kemudian, dia
kembali ditangkap bersama saudaranya Marvin Barrow karena mencuri. Sebelum dia
memperoleh pekerjaan formal yang jelas, Clyde punya sederet catatan kejahatan
di kepolisian. Pencurian mobil, perampokan departement store, sampai pemerasan.
Karena rekor kejahatannya, dia sempat dimasukkan dalam Eastham Prison Farm
tahun 1930.
Kariernya sebagai narapidana, membuat
laki-laki ini semakin fokus dengan profesinya sebagai perampok supermarket, pom
bensin, sampai bank. Sedikitnya ada 15 bank sudah dibobolnya, hingga genknya
dikenal dengan julukan the Barrow Gang.
Bonnie sebenarnya tidak begitu akrab
dengan kekerasan, namun pertemuannya dengan Clyde di rumah salah satu sahabat
mereka, mengubahnya menjadi wanita yang keras. Bonnie pun bergabung dalam genk
Barrow. Sejumlah media setempat mengabarkan, keikutsertaan wanita ini karena
dia sudah dimabuk cinta. Nggak heran, pasangan Bonnie dan Clyde dikenal sebagai
pasangan kriminal yang selalu kompak melakukan berbagai tindak kejahatan di
mana pun berada. Mmm…mirip Romeo dan Juliet.
Rekor kejahatan mereka selain merampok,
memeras, membunuh, juga mencuri dalam skala besar. Uniknya dalam setiap
melakukan kejahatan, mereka selalu membawa kamera, lantas berpose di depan
korban-korban mereka atau barang jarahan yang mereka peroleh.
Tragis.
Kejahatan yang mereka lakukan berdua, akhirnya dapat dihentikan. Lewat
pengejaran yang panjang, empat polisi Texas dan dua polisi dari Louisiana
berhasil menembak mati mereka, tepat 23 Mei 1934, saat mereka disergap di
Bienville Parish Louisiana.
SELEBRITIS
Kematian mereka ternyata tidak
membuat “popularitas” mereka sebagai kriminal kelas dunia. Buktinya, kisah
hidup mereka malah diangkat ke layar lebar. Apalagi setelah polisi yang
menggeledah kediaman mereka menemukan sekumpulan puisi yang ditulis Bonnie,
lantas foto-foto mereka berdua yang berpose dengan senjata yang biasa mereka gunakan
saat melakukan kejahatan.
Film
yang mengangkat kisah mereka dibuat tahun 1937, tiga tahun setelah kematian
Bonnie dan Clyde. Besutan sutradara Fritz Lang ini judulnya You Only Live Once. Sutradara William
Witney pun menyusul tahun 1958 dengan filmnya berjudul The Bonnie Parker Story. Sepuluh tahun kemudian, dua tokoh senior
Warren Beatty dan Faye Dunaway memerankan tokoh Bonnie and Clyde di film besutan sutradara Arthur Penn. Stasiun
televisi pun tidak mau kalah, ketika tahun 1992 mengangkat kisah nyata pasangan
ini di film Bonnie & Clyde: The True
Story. Sungguh, luar biasa. Kriminal
kambuhan yang menjadi selebritis, karena kisahnya yang dibukukan, diangkat pula
ke layar lebar.
JESSE HARDING
POMEROY
MONSTER CILIK
Hati-hati! Jangan terkecoh dengan
tatapan polos bocah berusia 14 tahun ini. Korbannya, tewas mengenaskan dengan
luka menganga di tenggorokan. Seorang balita juga ditemukan, tubuhnya
dimutilasi. Hasil penyelidikan, Jesse hanya ingin menyaksikan orang-orang tak
berdosa itu meregang nyawa di depan matanya. Sungguh, pembunuh berantai yang
berdarah dingin.
Cowok kelahiran Charlestown,
Massachusetts, 29 November 1859 ini, tercatat sebagai pembunuh tingkat satu
termuda di Massachusetts. Putra pasangan Charles dan Ruthann Pomeroy ini,
korban keluarga broken home. Dia tinggal bersama sang ibu yang menjadi penjahir
dan kakak laki-laki satu-satunya yang pekerjaannya menjual surat kabar. Kenakalannya
menjadi-jadi, bahkan menjurus tindak kriminal. Bayangkan, tahun 1871 ketika
umurnya baru 12 tahun, dia sudah terlibat kekerasan dengan menyerang anak-anak
yang lebih tua usianya dari dia. Masalahnya sepele. Perebutan wilayah
kekuasaan! Sayang, karena dianggap masih anak-anak, polisi tidak menangkapnya.
Sang ibu pun memutuskan, mengajak dua putranya
pindah ke South Boston. Ternyata, kenakalannya berlanjut. Pomeroy terbukti
menyerang beberapa bocah laki-laki. Korban-korbannya ditusuk di bagian
tenggorokan. Seramnya, dia puas menyaksikan korban-korbannya menggelepar
kesakitan. Kali ini, Pomeroy tidak bisa mengelak dari polisi. Pengadilan pun
memutuskan, dia bersalah. Cowok berhati dingin ini direhabilitasi, masuk the
Lyman School for Boys di Westborough, Massachusetts. The Boston Globe yang
mengangkat kisah hidup monster cilik ini mengatakan, anak laki-laki ini
mengalami gangguan mental.
Gangguan
mental? Ya. Kejahatannya tidak sekedar menyerang anak-anak di sekitarnya, dia
bahkan bisa dengan tanpa perasaan memotong-motong korbannya! Fakta itu terbongkar, ketika Maret 1874.
Katie Curran, anak perempuan berusia 10 tahun yang tinggal di South Boston
dikabarkan hilang, lantas menyusul kabar ditemukannya jenasah Horace Millen yang baru berumur empat tahun
dengan keadaan mengenaskan di Dorchester Bay. Tubuhnya dimutilasi! Detektif
yang bertugas, sudah mencurigai gerak-gerik Pomeroy. Benar saja, tubuh Katie
ditemukan di basement tempat toko pakaian ibu Pomeroy.
Pomeroy
pun mengakui, pembunuhan keji terhadap dua bocah itu dia yang melakukannya.
Kasusnya disidangkan di the Massachusetts Supreme Judicial Curt, Boston, 10
Desember 1874. Awalnya dia memperoleh keringanan, namun ketika jaksa penuntut
umum minta naik banding, Februari 1875, Pomeroy diputuskan bersalah dan dihukum
gantung.
Bocah
laki-laki ini ternyata masih beruntung. Gubernur setempat menolak
menandatangani surat eksekusi untuk menggantung Pomeroy. Lewat voting, akhirnya
Pomeroy
dipindahkan dari penjara the Suffolk
County ke the State Prison di Charlestown. Kali ini dia tidak bisa menjagal
manusia laki, karena hidupnya diisolasi dari dunia luar.
JACK THE RIPPER
SANG PENCABIK
Pembunuh misterius yang biasa
melakukan serangkaian pembunuhan dengan memutilasi korbannya di abad 19 ini,
popularitasnya tidak kalah dengan selebriti dunia. Nama Jack The Ripper
melegenda, hingga novel dan filmnya pun dibuat dalam beberapa versi.
Masyarakat yang tinggal di distrik
East End London 31 Agustus 1888 silam gempar, ketika lewat tengah malam di
daerah Whitechapel ditemukan sejumlah wanita tuna susila terbunuh dengan
kondisi mengenaskan. Leher korban terpotong. Sang pencabik ini juga memotong-motong
bagian tubuh lainnya. Pola kejahatan Jack sangat rapi, sampai-sampai tidak ada
satu bukti pun yang bisa membantu polisi menemukan pelakunya.
Ahli
forensik dan polisi berspekulasi, jika Jack sebenarnya seorang dokter atau
seseorang yang mempunyai spesialisasi bedah. Tanda-tanda ini dapat diperhatikan
dari sayatan yang begitu rapi di tubuh korban. Sayang polisi tidak mampu membawa bukti yang
menjelaskan siapa sebenarnya pembunuh berdarah dingin ini. Kabar angin
mengatakan, pembunuh ini berhasil melarikan diri, menyeberang Laut Atlantik,
lantas tinggal di Amerika Serikat. (steph)
ELIZABETH BATHORY
DRACULA
WANITA
Wanita
yang haus darah! Julukan seram buat putri pasangan bangsawan Hungaria, George
Bathory dan Anna Bathory yang lahir di Hungaria, 17 Agustus 1560. Masa kecilnya dia habiskan di Ecsed
Castle. Bocah cerdas, julukan buat
Elizabeth waktu itu. Karena dia juga menguasai tiga bahasa sekaligus, Latin,
Jerman dan Polandia. Dia juga sangat menonjol dalam pelajaran ilmu alam dan
astronomi.
Sungguh,
tidak terlintas dalam benak siapa pun yang mengenalnya, kalau dia akan menjadi
wanita yang haus darah. Ketika menikah dengan Count Ferenc Nadasdy, 8 Mei 1575
di Varanno, dia pindah ke kastil Csejte
yang dikelilingi oleh pohon-pohon agricultural dan pedesaan. Eksotis sekali,
lokasinya. Ironis sekali. Kastil indah, materi berlimpah, namun sang suami
jarang menemani karena sering berada di medan perang.
Gara-gara
sering merasa kesepian, Elizabeth sering selingkuh. Dia bahkan pernah melarikan
diri bersama kekasih gelapnya, namun akhirnya kembali lagi ke pangkuan Ferenc.
Parahnya, tidak hanya dengan lawan jenis dia selingkuh, Elizabeth bahkan
diam-diam berhubungan dengan bibinya, Countess Klara Bathory sampai-sampai
mengikuti ajaran satanisme alias pengikut setan.
Parah.
Bukan hanya bibi Klara yang membuat Elizabeth menggila. Bersama pelayan
kepercayaannya bernama Dorothea Szentes, suter Iloona Joo, Anna Darvila yang
juga kekasih gelap Elizabeth dan Johaness Ujvari, wanita ini mengubah kastil
Csejthe menjadi tempat pembantaian. Semua perempuan desa yang bekerja di
kastilnya, tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun. Pernah, ada seorang
pelayan wanita yang menyisir rambutnya terlalu keras, dia langsung
memerintahkan anak buahnya memotong urat nadi pelayan itu, lantas mengikatnya
di kursi, hingga mati perlahan-lahan karena kehabisan darah.
Aksi
Elizabeth makin menjadi, ketika tahun 1600 suaminya meninggal dunia. Dia
menjadi wanita yang sangat memuja kecantikan. Karena ajaran sesat, dia percaya
darah perempuan muda bisa membuat kulit seseorang halus. Perempuan-perempuan
dari desa di sekitar kastil pun dikorbankan. Darah mereka digunakan untuk
“perawatan” kulit sang pembunuh berdarah dingin ini.
Nggak
cukup darah perempuan biasa, Elizabeth beralih memilih mengorbankan
perempuan-perempuan dari kaum bangsawan. Sepandai-pandainya tupai melompat,
pasti jatuh juga. Aksi brutal yang diam-diam dilakukan wanita ini tercium juga.
Gara-gara banyak gadis bangsawan hilang. Sepupu Elizabeth bersama pasukannya
menyerbu kastil ini, 30 Desember 1610.
Astaga!
Belasan perempuan ditemukan mati kehabisan darah. Ada yang tergeletak di kamar,
meja makan, bahkan di lantai bawah tanah, ada 50 mayat hampir busuk. Bagian
lain dari kastil ini juga ada ruang tahanan yang isinya puluhan perempuan yang
tengah menanti dikorbankan. Benar-benar Elizabeth ini seperti orang yang tidak
lagi punya akal sehat.
Pengadilan
tahun 1611 memutuskan menghukum mati 4 pelayan andalannya, serta mengurung
Elizabeth di kastil Csejthe seumur hidup. Namun semua pintu dan jendela kastil
ditutup dengan tembok, hanya disisakan sedikit lubang buat tempat masuk makanan
dan minuman saja. Empat tahun saja, Elizabeth bisa bertahan. Dia meninggal
dalam usia 54 tahun. Sungguh menyedihkan, kematian wanita yang kakek buyutnya
adalah Prince Stephen Bathory yang memimpin pasukan Vlad Darcul. Karena Vlad
Darcul pemilik julukan vampire tidak
pernah benar-benar menggunakan darah manusia, namun julukan itu lebih tepat
buat Elizabeth.
(steph)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar