BERMAIN DENGAN ROH PENASARAN
HATI-HATI BILA TIDAK PUNYA “PENGAMAN”
Percaya atau tidak,
masyarakat masih sering bermain-main dengan menggunakan roh penasaran. Medianya
bermacam-macam. Masyarakat dunia pun ternyata juga mengenal permainan dengan memanfaatkan
kehadiran roh dari dunia lain. Ingin tahu lengkapnya? Ikuti petualangan Shanon
dan Eka, dua remaja berlainan budaya ini…
Jalangkung
Dingin. Angin seperti tiba-tiba berhenti.
Suasana terasa lenggang, sunyi yang begitu menggigit dan membekukan. Seakan tak
ada lagi tanda-tanda kehidupan di sini. Shanon menatapku dalam-dalam. Kelihatan
jelas, gurat ketakutan itu. Telunjuk tangannya bersama telunjuk tanganku,
menekan sebuah koin yang diletakkan di atas sehelai kertas dengan tulisan abjad
A sampai Z di sekelilingnya.
“Kamu
yakin, mau mencoba memanggilnya? Jangan terlalu ditekan koinnya…” kataku,
setengah berbisik. Shanon hanya mengangguk. Wajah cewek blasteran Jerman Sunda
itu, kelihatan pucat. Entah karena dia mulai merasa takut atau khawatir eksperimennya
kali ini gagal…
“Tapi
aman kan, Ka? Perasaanku nggak …”
Omongan
Shanon belum selesai, ketika tiba-tiba kami rasakan koin di ujung telunjuk kami
seperti ada yang menggerakkan. Berat. Uang 500-an yang kami gunakan itu
pun berputar-putar di atas kertas, tanpa
bisa kami kendalikan. Lantas berhenti tiba-tiba di tengah…
“Dia
sudah datang???”
Aku
mengangguk, sambil memberi kode Shanon agar tetap tenang.
“Siapa
namamu?” tanyaku seolah-olah koin di depanku itu tamu yang sudah lama kami
tunggu.
Koin
kembali bergerak. Berputar-putar sejenak, lantas berhenti di huruf D. Berputar
sejenak…ke huruf A, berhenti kembali di huruf N…hingga akhirnya keseluruhannya
membentuk kata Danar!
“Danar,
tolong beritahu kami, di mana kamu tinggal?” Kali ini, Shanon mencoba bertanya
langsung…
Koin
berputar-putar. Kencang dan makin kencang…sampai akhirnya menunjuk beberapa
huruf. Kesimpulannya: gudang belakang!
Jantung
kami seperti terhenti. Keringat mulai membajir di kening kami, telunjuk tangan
yang semula menekan koin itu, seakan mati rasa. Gudang belakang rumah ini?
Ampun…Kematian Danar wajar atau tidak wajar? Mengapa bisa ada di gudang?
Pertanyaan-pertanyaan
itu tak bisa terjawab, karena kami buru-buru memutuskan mengakhiri permainan
yang tadinya dianggap tidak masuk akal oleh Shanon, karena memang budaya kami
berbeda. Dia sudah lama tinggal di Aussie, sementara aku yang dibesarkan di
Pulau Jawa, tahu benar tradisi memanggil arwah ini. Untung, Danar mau “pulang”.
Sejak saat itu, Shanon tak pernah main ke rumahku. Entah, karena trauma dengan
jalangkung atau takut dengan penunggu di gudang belakang rumahku…
Bila
kita suka menonton film horor Indonesia, pasti pernah mendengar film Jelangkung
dan Tusuk Jalangkung. Kedua film itu bukan mengada-ada, karena diangkat dari
permainan masyarakat di daerah buat memanggil arwah. Media yang digunakan
biasanya batok kelapa dan bambu, lantas dibentuk seperti orang-orangan.
Penduduk desa sering menggunakan media orang-orangan sawah. Saat roh yang
dipanggil datang, dia akan masuk ke orang-orangan tadi… Biasanya kata-kata
mantranya:….jalangkung, jalangkung di
sini ada pesta, datanglah…datang tidak dijemput, pulang tidak diantar.
Ketika
budaya ini dimainkan oleh anak-anak sekolah atau orang kantoran yang iseng,
mereka menggunakan media bisa berupa koin dan selembar kertas dengan huruf
abjad, seperti yang digunakan Shanon dan Eka, bisa juga koinnya digantikan
dengan sebuah jangka. Intinya, roh itu kita ajak komunikasi. Sekedar bertanya,
darimana asal dan bagaimana kematiannya, sampai ke ramalan.
Ya! Orang-orang
yang memainkan jalangkung suka bertanya soal masa depan mereka, keberuntungan
dalam bisnis, perjodohan…Masalahnya sekarang, namanya juga mengusik roh yang
sudah di dunia lain, jika kita apes, mereka yang datang bisa berasal dari roh
jahat dan tidak mau pulang ke alamnya. Bayangkan!
Quija Board
Kalau
boleh jujur, bermain-main dengan roh bukan kali pertama bagi Shanon. Hal itu
baru kutahu, setelah aku diajak bermalam di rumah salah satu pamannya yang baru
liburan ke negara asalnya, Aussie. Malam itu, film di televisi terasa
membosankan. Shanon pun langsung mengambil sebuah kotak yang isinya papan
bertuliskan huruf abjad dan sebuah alat penunjuk, berbentuk segitiga. Semua
bahannya dari kayu…
“Kamu
punya cerita soal jalangkung, kami di Eropa pun ada…Quija Board atau papan
Quija namanya…” jelas Shanon, sambil merapikan meja kecil di depan kami. Lantas
meletakkan Quija Board di atas meja.
Sedikit
berbeda dengan Jalangkung, permainan yang sudah dibuat filmnya ini sempat
mengundang kontroversi. Teori pertama mengatakan, roh halus dari luar yang dipanggil
masuk, menggerakkan alat penunjuknya. Tapi teori lain menyebutkan, alat itu
dapat bergerak karena memang mengandung kekuatan atau ada spirit di dalamnya.
Pertanyaan apa pun bisa kita lontarkan.
Kadang, Quija juga memiliki pesan buat orang yang memainkannya. Bila Quija
Board sudah tidak memiliki pesan lagi buat kita, dia akan diam dengan sendirinya
saat kita tanya.
Meski
kelihatannya seru, jangan coba main-main dengannya. Konon, ada laki-laki yang
suka berjudi, meminta jawaban kuda mana yang akan menang dalam lomba pacuan
kuda. Hasilnya, dia berhasil meraup uang ribuan dollar. Sementara seorang bocah
berusia 12 tahun, ketika bermain dengan Quija menanyakan kapan dia meninggal.
Tahu jawabannya? Saat bocah itu berusia 13 tahun…artinya waktunya tinggal
setahun lagi.
Hidup
bocah malang itu pun seperti tidak berhenti dari teror. Ketakutannya membuat
dia depresi, sering mengurung diri, menangis dan emosinya sulit dikendalikan,
bahkan oleh kedua orangtuanya sekalipun. Hingga ulang tahunnya ke 13 bocah itu,
seperti orang yang dikejar-kejar kematian…Memang benar, dia tidak meninggal
seperti yang dikatakan Quija. Tapi sisi lain, jiwanya sudah “sakit”, karena
sejak mengetahui jawaban papan permainan itu, dia tidak lagi bisa hidup normal
seperti bocah sebayanya. Hidupnya selalu dalam bayang-bayang ketakutan.
Kejadian
mengerikan juga pernah dialami seorang abg yang bekerjasama dengan ibunya,
membunuh sang ayah tahun 1933 di Kansas, Amerika. Pasalnya sang ibu mencintai
laki-laki lain. Remaja ini mengakui, idenya membunuh didapat dari Quija yang
menjanjikan dia akan mendapatkan uang asuransi 5000 dollar dan lepas dari jerat
hukum. Nyatanya? Pengadilan menjebloskan sang ibu ke penjara selama 25 tahun
dan abg itu pun masuk dalam sekolah rehabilitasi.
Hasil
penelitian J.B Rhine, direktur parapsikologi dari Duke University, USA,
menyimpulkan ada kekuatan gelap yang masuk, setiap kita memainkan Quija. Sebaiknya, siapa pun yang ingin memainkan
Quija harus mempelajari lebih dalam permainan ini. Ajak beberapa kawan yang
berpengalaman serta bisa dipercaya, hati-hati dalam membuka dan mengakhiri
permainan. Jangan lupa, kita harus
memiliki “pelindung” juga. Jika kita tidak siap, iman kita tidak kuat, atau
sebelum main kita sudah ketakutan, akibatnya fatal. Bila ingin bermain,
pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan yang umum saja. Jangan memancing
bahaya dengan menanyakan, kapan kita meninggal atau siapa kompetiter kita yang
bisa mengancam posisi kita.
Bila ingin memperoleh permainan ini bisa
mencari di toko yang menjual alat-alat supranatural. Bahannya yang bagus biasa
dari kayu, ukuran A3. Namun ada juga yang berasal dari karton atau kertas.
Asal
mula Quija sendiri dari China, sekitar tahun 1100 sebelum Masehi, ketika
Dinasti Song berkuasa. Saat itu lebih dikenal sebagai Fuji, media perantara
buat manusia bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah meninggal. Sempat
dilarang saat Dinasti Wing bertahta, metode Fuji akhirnya dikembangkan sampai
ke Roma dan beberapa negara di belahan Eropa dengan nama Quija atau Ouija.
Elijah
Bond dan Charles Kennard, dua pengusaha itu memiliki ide menjual papan Quija
cetakan. Hasil karya mereka dipatenkan, 28 Mei 1890. Awal abad 20-an, penggunaan Quija semakin
populer, hingga saat ini. (steph)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar