KORBANKAN RIBUAN NYAWA MANUSIA
Bila suka menonton film yang memacu adrenalin, coba
tonton film Gladiator yang sukses dimainkan oleh aktor senior Russel Crowe. Kisahnya
diangkat dari kehidupan para gladiator yang bertarung sampai mati di Colosseum.
Bukan hanya melawan sesama manusia, mereka pun harus siap menghadapi binatang
buas. Benarkah, mayat-mayat gladiator
dan binatang buas yang tewas dilempar begitu saja di ruang bawah tanah?
Spektakuler.
Julukan paling tepat buat bangunan pertunjukkan berbentuk elips yang didirikan
pada masa Kekaisaran Romawi di Roma, Italia ini. Bangunan yang dibuat Raja
Vespasian tahun 70 – 82 Masehi dan dituntaskan oleh putranya Titus itu,
mengambil nama dari Colossus, patung dari tembaga setinggi 40 meter yang dibuat
sebagai pengganti Nero, perumpamaan dewa matahari. Sayangnya, patung itu
menghilang ketika gedung ini belum tuntas pengerjaannya.
Nama Colosseum
sendiri, sempat menimbulkan pro dan kontra. Karena gedung yang diset mampu menampung 50.000
penonton ini, memiliki beberapa julukan, seperti: Flavian Amphitheatre, il colosseo dari bahasa Italia atau el coliseo. Jika kita jalan-jalan ke Roma, kita bisa
melihat kemegahan bangunan yang letaknya berdekatan dengan Domus Aurea, sebuah
istana hasil karya Nero. Konon, Dio Cassius seorang sejarawan menyebutkan,
seratus hari menjelang pembukaan Colosseum, ada sedikitnya 9000 hewan buas
terbunuh di sini. Bayangkan…darah membanjir di mana-mana. Petugas keamanan pun
menutupinya dengan pasir.
Kengerian yang
tercipta jika memasuki wilayah ini malam-malam, memang beralasan. Pertunjukkan
yang diharapkan bisa menghibur banyak orang, ternyata tidak lebih dari ajang
pembantaian. Bayangkan. Acara yang digelar di sana, pertarungan hidup dan mati,
antara manusia dengan binatang, binatang dengan binatang serta para gladiator.
Beberapa ratus
tahun lamanya, darah tertumpah di sini.
Ironisnya, jenasah manusia dan hewan pun ditumpuk begitu saja di ruang
bawah tanah, tanpa upacara pemakaman yang layak. Nggak heran, bila turis yang
berkunjung kadang suka melihat sosok laki-laki berpakaian Romawi kuno…itulah
pakaian khas gladiator…Roh mereka yang penasaran suka menampakkan diri di depan
turis atau penjaga bangunan, lantas menghilang begitu saja di tengah kegelapan
malam. Hiiii…
Banyak Jebakan
Oh
ya, buat keamanan, bangunan ini memiliki terowongan yang menghubungkan dua
ruang di bawah tanah. Gunanya buat tempat tahanan, gladiator atau binatang buas
yang akan berlaga. Beberapa pintu dan jalan penuh jebakan juga dibuat, agar
mereka tidak bisa melarikan diri. Sebaliknya juga tidak ada binatang buas yang
belum disiapkan buat pertandingan, masuk.
Sebagian
masyarakat, bisa menikmati tontonan mengerikan ini, hingga tahun 217, karena
bangunan rusak disambar petir. Pertarungan antar gladiator kembali digelar
tahun 238, namun akhirnya dihentikan, lantas dialihfungsikan sebagai tempat
penyimpanan berbagai jenis hewan. Sayang sekali, tahun 442 dan 508, gempa
dahsyat menyebatkan bangunan rusak parah. Bahkan menyusul gempa berikutnya,
tahun 847 dan 1349, sampai akhirnya Colosseum digunakan hanya sebagai benteng.
Batu marmer yang digunakan buat melapisi bagian dalam gedung, banyak diambil
buat konstruksi bangunan St. Peter’s Basilica, sebuah gereja di Roma.
Malang benar,
Colosseum yang makin tidak terawat. Untung, Paus Benediktus XIV menghentikan
aksi orang-orang yang mengambil marmer di sini. Ketika demonstran di Italia
minta hukuman mati dihapuskan, mereka menggunakan tempat di depan bangunan ini.
Sebagai simbol protes mereka menentang kapitalis, warna cat Colosseum yang
semula putih menjadi emas. Lilin dan lampu neon pun digunakan sebagai alat
penerangan, sehingga bangunan makin cantik dan megah.
Perbedaan Kasta
Nggak
jauh berbeda dengan kita nonton di sebuah gedung pertunjukkan. Pasti ada kelas
VVIP, VIP, tribune atau festival. Bila posisi duduk kita ditentukan dengan
harga tiket, beda dengan di Colosseum ketika masih digunakan buat pertandingan
antara hidup dan mati. Tempat duduk penonton, ditentukan berdasarkan strata
sosial orang tersebut.
Bangunan
setinggi 48 m dengan panjang 188 m, lebar 156 m dan luas 2,5 ha itu memiliki
podium utama di bagian utara dan selatan, khusus buat Kaisar beserta
keluarganya. Sebuah podium khusus digunakan buat senator. Uniknya mereka boleh
membawa kursi sendiri. Batu-batu tempat mereka duduk ditandai dengan ukiran
nama mereka masing-masing.
Bagian
yang punya sebutan maenianum primum digunakan
buat bangsawan Roma. Lantas di level berikutnya, maenianum secundum yang dibagi tiga tingkatan. Khusus untuk orang
kaya, rakyat jelata dan terakhir buat para wanita rendahan yang hanya bisa
menonton sambil berdiri.
Kini,
bila ingin membuktikan kemegahan bangunan ini, kita bisa traveling ke
Colosseum. Tapi hati-hati ya…jangan mencoba-coba berjalan sendiri, ketika hari
sudah larut malam. Karena bila anda tidak bisa menemukan jalan pulang atau
bertemu dengan “tamu” tak diundang, wah…tak ada yang bisa menolong. Pantas!
Bangunan yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia ini juga masuk 10 besar tempat
paling berhantu di dunia. Bbbr…(steph)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar