Sumpah! Saya bukan penggemar bola. Tapi entah mengapa, saya ikut merasa kecewa melihat gawang timnas Indonesia kebobolan 3-O dari kesebelasan Malaysia di final leg1 piala AFF. Boleh saya tebak, umpatan, keluhan, protes, segudang amarah terbaca jelas di twitter hanya berselang beberapa menit, setelah timnas menelan kekalahan. Benarkah kita tidak terima karena penonton Malaysia rusuh? Atau sebaliknya, kita mempunyai harapan terlalu tinggi bagi mereka yang berlaga di lapangan hijau?
Saya
nggak bisa menyalahkan penonton yang main laser, petasan, atau apa pun itu.
Saya juga tidak ingin ikutan latah, menyalahkan permainan timnas yang menurun,
seperti nggak konsentrasi…atau menyalahkan media massa yang over expose mereka,
hingga ketika mereka gagal, sangat menyakitkan hasilnya….
Sama,
seperti yang sering kita alami sehari-hari. Ibarat dua sisi mata uang, kapan
pun bisa bergulir baik atau sebaliknya, buruk. Gagal atau sukses… Setiap
pekerjaan, usaha, pasti kita berharap maksimal. Namun tanpa sadar, kita makin
tergilas dengan target yang kita buat sendiri.
Keberhasilan
beruntun, seringkali membuat kita ngepush limit semakin tinggi, tanpa diimbangi
kemampuan, fokus dan “mental” untuk gagal. Akibatnya, konsentrasi gampang
buyar. So, bagi saya gagal atau berhasilnya timnas meraih piala AFF, bukan
karena kita memang jagoan atau pecundang, tapi karena kita memang siap untuk
menerima itu.
Saya
pernah merasakan bagaimana nikmatnya beberapa tulisan saya dimuat dalam waktu
bersamaan di beberapa media cetak. Lama-lama, saya membuat target makin tinggi,
hingga akhirnya satu titik, saya bisa merasakan, tulisan-tulisan saya tidak
fokus. Nggak ada lagi yang membuat saya excited dengan apa yang saya tulis,
kecuali memenuhi deadline, memenuhi target jumlah tulisan tiap edisi, memenuhi
pundi-pundi saya…that’s it…Hingga akhirnya, ketika krismon era 1990-an membuat
media massa membatasi jumlah tulisan dari penulis lepas, membuat saya tidak
berkutik…rasanya itu seperti sebuah tamparan keras.
Sama
seperti timnas, mereka dielukan seperti selebritis. Setiap hari, semua channel
televisi dan media cetak mengangkat kehidupan mereka. Kemenangan spektakuler
dari babak penyisihan pertama hingga menjelang final diulang-ulang terus,
ceritanya. Bagaimana rasanya, ketika mereka akhirnya ditargetkan mencetak
banyak gol di gawang Malaysia saat leg1? Fokus buyar bisa jadi, energi
terkuras, semuanya tidak seindah yang dibayangkan.
Yah,
sudahlah…saya jadi ingat lirik lagunya Bondan Prakoso. Mimpi boleh saja, usaha
pasti sudah kita lakukan…tapi apa pun hasilnya, lagi-lagi dua sisi mata uang
itu tidak bisa kita pastikan. Menang, kalah….Gagal, sukses…Siap-siap saja.
Tersenyumlah, selagi kita masih bisa tersenyum…
1 komentar:
selalu berisi...!!
Posting Komentar