Cipularang lagi-lagi
makan korban. Dugaan kecelakaan terjadi karena kelalaian mengemudi, ngantuk dan
faktor jalanan yang sangat curam serta turunan. Namun sebagian orang juga
mengaitkannya dengan masalah dunia lain.
Giris.
Lagi-lagi berita tentang tol Cipularang. Mulai dari hal mistis sampai hitungan
secara ilmiah, nyaris dipaparkan tiap
hari selama seminggu belakangan ini. Ya, terutama sejak terjadinya kecelakaan
yang menewaskan istri penyanyi dangdut Saipul Jamil dan 6 penumpang travel di
jalur rawan kecelakaan itu. Hampir semua infotainmen selama seminggu belakangan
ini, juga mengangkat topik yang sama. Mulai dari selebritis, awam, sampai
pemuka agama, ikutan bicara. Mmm, jujur…takut dan trauma juga aku melintasi
jalur itu. Awalnya nggak pernah
kepikiran, kalau tol ini sudah memakan
banyak korban.
Tol
Cipularang yang terbentang dari
Cikampek, Purwakarta, Padalarang itu selesai dibangun akhir April 2005. Karena lokasinya berada di pegunungan,
jalanannya pun naik turun dan memiliki banyak jembatan panjang serta tinggi.
Sempat heboh juga sih, waktu jalanan amblas dua kali. Akibatnya truk dan
trailer kini tidak boleh masuk wilayah itu lagi.
Konon
Km 97 dianggap tempat paling angker, hingga dibangun sebuah rest area dan
tempat beribadah, untuk mengusir makhluk halus.
Gara-gara waktu pengerjaan tol, tepat di Km 97 , empat orang pekerja
tewas jatuh dari atas truk pengangkut
aspal, lantas terlindas mesin pengeras jalan. Dugaan sementara, mereka
terhempas karena angin sangat keras berhembus dari arah samping jalan.
Ngomongin
misteri Cipularang, mau tidak mau membuatku teringat kejadian yang pernah
dialami kakak kandungku, Edo yang biasa pulang pergi Jakarta-Bandung. Biasanya,
cowok yang jago beladiri dan berbadan atletis itu, mengandalkan mobil kantor
lengkap dengan sopir. Kadang juga, naik kereta api, ketika tol Cipularang belum
jadi. Hingga jarak Jakarta-Bandung, musti ditempuh sekitar 3 sampai 4 jam.
Kini, hanya butuh waktu 1,5 sampai 2 jam saja. Jelas, hemat waktu dan biaya.
“Jalanan
enak sekarang, Din! Kuliner dan tempat
shopping , seperti factory outlet kan banyak banget di Bandung. Nggak usah
nungguin cuti kantor atau liburan hari raya lagi,” kata Edo, setengah
menertawakanku.
Jelas
aja, dia bebas bolak balik dengan mobil pribadi. Lha aku, mahasiswa yang masih
ngandalin tambahan uang saku dari mama dan Edo? Pasti berpikir dua kali, buat
main-main ke kota kembang itu. Apalagi hanya buat shopping… Nggak deh!
Lagipula, aku termasuk paling hitungan, alias super hemat.
“Ntar deh, nungguin bonus dari kamu…” kataku
tergelak, melihat Edo yang hanya selisih tiga tahun usianya denganku itu,
melotot gemas. Ya iyalah…dia sendiri yang ngusulin have fun ke Bandung,
mustinya dia juga yang berani modalin.
Siang
itu, balik dari kampus kulihat Edo lagi packing. Pasti bekal dari mama…Meski
sudah segede itu dan mandiri, namanya juga orang tua…masih saja khawatir. Mama
nggak pernah lupa, ngebawain makanan dan camilan kesukaan Edo, tiap balik ke
Bandung, tempat kerjanya. Padahal kalau dipikir-pikir, dia kan bisa beli dan
usaha sendiri.
“Din,
jangan lupa ya…Lihatin mama tuh, kalau suka tidur malem-malem. Biasa lihat
televisi, sampai ketiduran di ruang tengah. Ingetin juga, vitaminnya… Aku sudah beliin
stok untuk dua minggu ke depan…” katanya, sambil terus merapikan baju-bajunya
dalam travel bag.
“Beressss
bosss! Hati-hati ya, bawa mobilnya. Jangan ngebut dan ngantuk… BB juga disilent
aja, kalau nggak penting…”
“Yesss…nengggg….”
Entah
kenapa, kali ini aku lebih bawel dari biasanya. Padahal tiap Edo balik Bandung,
aku nggak pernah nungguin atau ngelihatin dia packing. Apalagi pesan buat
hati-hati atau perhatiin kondisi selama
di jalan…
Lepas
magrib, Edo memang baru jalan. Nggak seperti biasa pula, dia beri wejangan
banyak buatku. Mulai ngejagain mama, ngurusin rumah, ngeberesin kuliah, sampai
jaga stamina. Nissan Terrano yang dia bawa, habis check up mesin di bengkel dan
dipastikan semua stabil. Tapi lagi-lagi…perasaan ini nggak enak banget.
Sebaliknya, Edo kelihatan begitu girang, seperti lama banget nggak pernah balik
Bandung…
*********
Mmm, balik kantor besok musti banyak yang
diberesin. Berkas dari Pak Yuda tinggal ditandatangani, sebelum diserahkan ke
bagian umum, batin Edo sambil pandangannya tetap fokus ke depan. Lagu dari
Linkin Park di mobil, membuat cowok ini tetap terjaga dan lebih nyantai.
Jalanan
malam ini, tidak begitu padat seperti biasa. Bahkan cenderung sepi. Mungkin
karena bukan musim liburan dan hari kerja pula. Kecepatan masih stabil sekitar
80 km/jam, hingga tiba-tiba….
Suhu dalam mobil, terasa lebih dingin dari biasanya.
Padahal ac sudah dikecilkan, sejak berangkat pun Edo mengenakan jaket.
Lamat-lamat, terasa ada yang terasa berhembus di tengkuk… Bulu kuduknya,
berdiri. Merindinggg….
Penyuka
musik up beat dan travelling ini, menggeleng-gelengkan kepala. Ah, perasaannya
saja. Paling juga gara-gara habis membaca berita kecelakaan di sekitar tol,
tapi kejadiannya kan di Cikampek waktu itu…
Tiba-tiba…
bbbrrr…. Seperti? Nggak salah??? Sesosok orang, tinggi besar di tepi jalan. Kelihatannya
dia tengah menunggu seseorang atau berharap memperoleh tumpangan. Tatapannya
dingin, tanpa ekspresi…. Hiiiiihhhh! Jalan tol, malam-malam begini orang
berdiri sendirian?
Tanpa
sadar, Edo menginjak gas lebih dalam… Laju kendaraan pun sempat oleh, apalagi
ketika dia rasakan getaran begitu kuat seperti mendorong mobil yang dia
kendarai. Arahnya dari arah samping, mungkinkah ada bis atau mobil lain
menyalip?
Bagaikan
cerita dalam film-film action, kakakku itu merasa ada sign dari mobil di
belakang yang tiba-tiba mendekat dan makin dekat. Entah, kapan sedan berwarna
biru gelap itu muncul, perasaan tadi masih kosong di belakang Edo. Berulangkali
Edo sudah menepi dan memberi tanda agar mobil itu duluan, tapi tetap saja dia
nempel di belakang, seperti ingin
menabraknya. Jelas saja, Edo makin panik, mobilnya kembali oleng dan nyaris
menabrak pembatas jalan, sebelum akhirnya pengendara gokil itu melintas di
depannya, lantas…menghilang begitu saja dalam kegelapan. Aneh. Padahal
kecepatan mobilnya juga sama-sama kenceng, kok bisa hanya dalam hitungan detik
menghilang?
Keringat
Edo pun membanjir, tangannya sampai bergetar memegang stir. Masih dilindungi
Tuhan…Bersyukur, batinnya. Kalau nggak, lewat sedikit saja pasti mobilnya sudah
menghantam pembatas jalan dan terbalik. Kebayang wajah mama dan aku di rumah,
serta setumpuk pekerjaannya yang belum dibereskan. Kejadian yang dialaminya di
sekitar Km 96 itu, tidak pernah dia
ceritakan pada kami di rumah, hingga suatu hari….
**********
Barang-barang
belanjaan sudah rapi di bagasi, termasuk oleh-oleh buat kami di rumah. Malam
itu dari nengokin salah satu teman kantornya yang melahirkan di Bandung, Edo
berniat langsung balik Jakarta. SMS dan
pesan singkat di BB-nya kelihatan tidak dia perdulikan. Padahal mama sudah
mengingatkan, malam ini sebaiknya nggak perlu balik. Soalnya sudah seharian
keliling, pasti capek dan takut ngantuk di jalan.
Bener
juga…. Masuk Km 90-96, Edo merasakan keganjilan yang sama, waktu dia
malam-malam balik dari Jakarta. Mobilnya terasa jauh lebih dingin dari biasa.
Entah, dorongan dari mana yang membuatnya terusik untuk menoleh ke sisi jalan,
tepatnya di samping kiri jalan.
Blassss!
Astaga! Nggak salah tuh? Dia kembali melihat sosok yang sama…Tinggi besar, berdiri
di samping jalan, seakan tengah menunggu tumpangan. Bbbrrr, bulu kuduk Edo
langsung berdiri. Meski sempat panik, tapi kecepatan mobil tetap berusaha di
jaga. Sia-sia sja kelihatannya…Pikirannya sudah nggak fokus, tangannya sampai
gemetaran, hingga Edo memutuskan berhenti di rest area yang ada di Km 97.
Hampir
satu jam lebih, dia termangu-mangu di rest area. Seperti kehilangan energi dan
semangat. Bayangan sosok menyeramkan itu tadi membuatnya berpikir dua kali,
untuk balik lewat jalan itu…
Untung
banget, Edo bertemu teman kantornya yang juga mau balik ke Jakarta. Hingga
minimal percaya diri cowok itu kembali lagi. Kami pun berkumpul kembali, tanpa
kurang sesuatu apapun.
FAKTANYA:
Kejadian
yang dialami Edo ini, mungkin saja pernah dirasakan orang lain. Berbagai cerita
menghubungkan kecelakaan yang sering menelan korban jiwa di Km 96 dengan hal
berbau mistis. Menurut hasil terawangan Fabian Hosoi, mentalis jebolan The
Master3 yang biasa bolak balik Jakarta-Bandung itu, kondisi jalanan sangat
turun di Km 97-96 dari Bandung. Pas di ujung turunan, belok ke kanan
tikungannya tajam, sehingga sangat patah. Masuk akal, ngelamun sedikit,
langsung oleng.
Fabian Hosoi The Master3
Secara
logika, pengemudi suka nggak sadar tidak mengurangi kecepatan, hingga pas
turunan, mobil makin melesat. Memang sebaiknya, pengemudi tidak mengantuk,
kecepatan yang disarankan 40-60 km/jam. Kalau tidak, pengendara yang tidak
piawai membawa mobil bisa kehilangan kendali.
Apalagi
di sisi jalan tol yang kosong melompong,
tiba-tiba ada bukit rimbun di sebelah kiri kalau dari Bandung. Otomatis atau
refleks, orang akan melirik ke sana.
“Nah,
tepat di situ ada pohon yang menjorok ke jalan, akar-akar dan lumut, banyak menjulur, bergelayutan. Sekilas
dilihat, seperti ada sosok besar tengah memperhatikan kendaraan yang lewat!
Pasti begitu ngelihat, kaget. Orang yang nggak siap atau tengah ngelamun bisa langsung oleh…” jelas Fabian yang juga
seorang Tarot Reader ini.
Selain
itu sebenarnya kawasan Cipularang dahulu merupakan perbukitan yang dipotong
menjadi jalan tol. Tinggal sedikit pohon tersisa di puncak bukit, pas di dekat
Km 97. Bukitnya sebelah kanan kalau dari Jakarta, kiri dari Bandung.
“Lihat deh, masih ada pohon rimbun di sana.
Saya merasakan ada tempat pernah disakralkan dulu di hutan itu. Entah makam
atau apa… Itu kan seperti celah antar bukit. Bayangin saja dulunya itu hutan,
perbukitan, lantas dipangkas menjadi jalan tol. Hanya “tersisa” sedikit
saja…Pasti ada yang terusik,” jelas Fabian.
Selain
itu, pas Km 100 di jembatan Cisomang, pasti pengemudi akan merasa dorongan
keras. Karena aliran angin sangat kencang, secara logika. Di bawahnya juga ada
lembah yang dulu lama tidak tersentuh manusia. Konon, tempat yang tidak terjamah manusia,
dingin, lembab, gelap, paling disenangi oleh makhluk halus. So, tinggal kita
saja yang musti bijaksana. Ingin dengar pengamatan secara logika atau mistis,
yang penting tiap melewati kawasan ini tidak perlu parno. Hanya hati-hati, jaga
stamina dan baca doa.(ft: berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar