Mulut menyeringai
dengan gigi-gigi tajam itu, terasa begitu dekat. Sampai-sampai dengusan
nafasnya terasa meniup bulu kudukku hingga berdiri. Harum. Begitu wangi, hingga
malah membuatku mual. Tanpa sempat menghindar, wajah bulat bundar dengan
sepasang mata merah menyala itu sudah berada tepat di depanku. Ya Tuhan,
monster apa pula ini? Pasrah. Seluruh persendian rasanya seperti dilolosin,
tidak bertenaga. Sebelum kusempat menghindar, sepasang tangan kokoh menarik dan
membenamkan aku dalam pelukannya. Kuat dan panas, sampai kulit seperti melepuh
terbakar….
Hanya
dalam sekali sentakan, aku berhasil lolos. Tanganku berusaha menggapai apa pun
yang ada di dekatku. Buat bela diri, setidaknya menghindar dari makhluk yang
menakutkan ini…
Sayang, tubuh ini terlalu mungil dan lemah buat
melawan. Sebuah tamparan keras, terasa di tengkuk. Berat. Lantas, semuanya
gelap.
“Mimpi
buruk ya?” Suara cempreng itu, membuat kesadaranku kembali pulih…Lamat-lamat,
lagu Bon Jovi yang lawas banget terdengar dari CD player. Aroma kopi begitu
harum, menusuk indra penciumanku. Mimpi? Di mana aku sekarang….
Busyet!
Baru nyadar, tidurku semalam parah. Sampai-sampai bantal, sprei dan selimut
berantakan, bahkan bantal ada yang terlempar ke lantai. Mimpiku beneran heboh
ya, sampai tempat tidur seperti kapal pecah? Nyatanya, bangun-bangun tulang
seperti patah. Remuk. Sakit semua. Belum lagi lebam di kening dan dagu,
sepertinya terbentur sisi tempat tidur. Kacau banget. Malu. Pasti orang yang
melihat menduga, aku habis ditonjok.
“Udah
mandi…Bau tauuuu! Udah siang,” teguran
Danny, mengagetkan. Astaga, sejak tadi aku masih bengong di tempat
tidur. Buru-buru aku kabur ke kamar mandi, sebelum mendengar teriakan teman
satu apartemenku itu lagi…. Bbbr!
Nggak
mudah memang, musti tinggal satu atap dengan orang yang belum kita kenal
banget. Apalagi di negara orang. But, mau bagaimana lagi? Untuk sewa apartemen
atau rumah sendiri, terlalu mahal. Uang saku tidak cukup. So, lebih baik
sharing dengan orang lain. Toh, Danny, cowok berdarah Belanda itu bukan orang
yang baru saja kukenal… Adiknya married dengan orang Indonesia, sepupuku. Kami
sempat beberapa kali ketemuan, sebelum akhirnya dia balik ke negaranya.
Kebetulan, kami “berjodoh”. Beasiswa pendidikan singkat atau short course
selama dua bulan, membuatku musti menetap sementara waktu di London, kota
tempat Danny bekerja. Klop kan…Buat sementara saja, kami sharing tempat
tinggal.
Home
sick. Jelas. Minggu pertama, aku boleh terkagum-kagum dengan kotanya Prince
Charles ini. But minggu berikutnya, kangen dengan masakan rumah, keluarga,
kebiasaan-kebiasaan yang tidak bisa dilakukan di sini, membuatku suka
termangu-mangu sendiri, sambil menghitung hari. Kapan pulang…kapan pulang…
“Don’t be upsad…Jangan kelewat berlebihan
sedihnya. Ntar kuajak kamu nonton perayaan halloween…Meriah. Kamu nggak penakut
kan?” ajaknya, sore itu sepulangnya dari kantor. Mmm, malu juga. Dia pasti
masih inget, mimpiku semalam, sampai bikin kamar porak poranda.
Halloween?
Astaga..orang bule, macam-macam aja perayaannya. Thanks giving, misalnya.
Tradisi ngumpul dengan keluarga, makan bareng dengan hidangan khas kalkun
panggang, jelang Christmass. Kalau halloween, seingatku waktunya hantu-hantu
muncul dan eksis? Hiiiiiiih! Beneran ghitu? Mirip malam 1 Suro kalau di
Indonesia dong, di mana kita musti berhati-hati, musti banyak doa dan
menggunakan ritual tertentu?
******************
Pertanyaanku
belum juga berhasil terjawab, ketika malam itu Danny bermalam di rumah
kawannya. Terpaksa aku menghabiskan malam ini, sendiri. Lampu-lampu sudah
dipadamkan, hanya lampu teras balkon dan dekat lorong ke kamar mandi saja yang
menyala… ketika,…
Deg!
Wajah menyeringai dengan mata menyala itu kembali muncul. Entah, darimana dia
datang. Tiba-tiba saja sudah begitu dekat denganku, nafas memburu dan aroma
wanginya itu terasa banget, seperti mencekikku hingga sulit bernafas. Aku
berusaha berdiri, menghindar dari wajah mengerikan itu, tapi tidak seinchi pun
dia bergeser dari tempatnya. Tenagaku juga terkuras habis, seperti ada yang
mencengkeram kaki ini, sampai bergeser pun sulit…
“Surpriseeeee…..”
Blarrr!
Lampu nyala, sekelilingku terang benderang. Aku tergaga-gagap di tempatku
duduk… Masih di apartemen. Danny? Cowok itu sudah berdiri tepat di depanku
dengan mengenakan topeng dari karton. Wajah badut yang menyeramkan,
alamakkk…Iseng bangettt!
Fuuiihhh,
entah apa arti mimpi-mimpiku. Wajah menyeringai, mata menyala-nyala dengan gigi
taring yang mengerikan. Nyatanya, malam itu aku terbangun dengan Danny di
depanku. Tak ada siapa-siapa lagi, selain kami berdua. Mungkin juga halusinasi,
atau karena kebawa cerita dari Danny?
Baru
kuingat Halloween Night sekarang. Kulihat tadi waktu masuk apartemen, sepanjang
jalan banyak lampion dan hiasan serba gothic. Hitam, seram, tapi ada juga yang
lucu. Kebanyakan bersimbol buah labu..Mmm, kok mirip ya dengan sosok dalam
mimpiku? Bbbr… bulu kudukku meremang.
Yup, bukannya dulu kabarnya saat begini ini roh-roh gentanyangan suka gangguin?
Danny
yang malam itu akhirnya “memaksa”ku ikutan ngelihat keramaian di luar, saat
halloween cerita kalau tradisi itu sebenarnya berasal dari orang Irlandia yang
imigrasi ke Amerika Serikat. Asal
namanyan All Hallows Eve. Bener juga seperti di film-film yang biasa
kutonton…Anak-anak berkeliling dengan keranjang kosong ke rumah-rumah, lantas
teriak “Trick or treat!” . Biar dibagiin permen atau kue. Konon kalau
pemilik rumah nggak bagi-bagi permen dengan bungkus warna warni itu, mereka
bisa kena tulah.
************
Mitos
itu sempat dipercaya masyarakat Eropa
sekitar abad sembilan. Mereka menyebutnya Soul Day, tiap tanggal 2 November.
Pengemis, gelandangan, orang miskin dari berbagai desa ke kota, buat
minta-minta. Bukan uang lho..Tapi soul cake yang bentuknya roti berisi anggur
manis. Penghuni rumah musti rela bagi-bagi, soalnya mereka percaya para
pengemis itu bisa mendoakan arwah keluarga yang sudah meninggal.
Tradisi itu berkembang,
bahkan akhirnya diadopsi oleh masyarakat yang tinggal di berbagai belahan
dunia. Mereka mengenal istilah Halloween Night tiap tanggal 31 Oktober. enurut
legenda dari Irlandia, ada petani licik, jahat dan kikir yang suka mengecoh
iblis, serta sesamanya. Hingga ketika meninggal, Jack nama petani itu arwahnya
gentayangan. Bukan hanya surga yang menolaknya, neraka pun bahkan tidak
menyediakan tempat buat laki-laki ini. Melihat Jack yang kebingungan berjalan
dalam kegelapan karena tidak tahu kemana arah tujuannya, iblis memberikan
sebatang lilin yang ditempatkan dalam buah sejenis lobak, buat penunjuk
jalannya. Pantas saja, kita suka dengar istilah Jack O’Lantern.
Maklum. Ternyata lobak
ini sulit ditemukan di negara-negara selain Irlandia. Masyarakat pun
menggantinya dengan buah labu yang berwarna orange. Nggak heran, tradisi
halloween awalnya identik dengan warna hitam dan orange, meski kini mulai
beragam warna, seperti ungu, hijau dan merah.
Beberapa karakter setan dan iblis dari budaya barat, seperti penyihir,
kelelawar, burung bangkai, kucing hitam, zombie, mummy, tengkorak dan laba-laba,
kini juga diadopsi menjadi pernik-pernik yang meramaikan Halloween Night.
Selain dua tokoh film horor klasik, seperti Drakula dan Frakenstein yang selalu
ada…
“Trick
or threat!” teriak seorang bocah mengejutkan kami. Aku dan Danny yang tengah
menyusuri kompleks tempat tinggal kami, terkaget-kaget. Untung, Danny masih
mengantongi gula-gula yang kami beli di supermarket kemarin. Habis bagi-bagi
permen, kami pun memilih duduk di sebuah café shop pinggir jalan….
“Sebenernya
antara serem dan nggak sih…Buat fun aja sih menurutku…Tapi sebagian masyarakat
yang percaya banget tradisi, menghargai banget ritualnya,” jelas Danny kembali
melanjutkan ceritanya.
Menurut cowok berdagu
belah dan bermata biru itu, halloween sebenarnya juga berasal dari festival
Samhain atau perayaan akhir musim panen dalam kebudayaan orang Gael atau tahun
baru Kelt. Mereka percaya, tanggal 31 Oktober, pembatas antara dunia manusia
dengan roh atau arwah manusia, terbuka. Kondisi ini membahayakan hidup manusia
karena roh penasaran ini membawa penyakit dan bisa merusak hasil panen.
“Biasanya tiap
ngerayain, mereka menyalakan api unggun,
buat membakar tulang hewan yang mereka sembelih. Kostum dan topeng yang
dipakai, seram-seram. Tujuannya nakutin roh jahat yang mau gangguin. Mereka
juga ingin mengusir kekuatan dari dunia “lain” dengan meletakkan pernik-pernik
seram di setiap sudut rumah,” jelas Danny, sambil menyeruput kopi pesanannya.
Nggak jauh beda dengan
kepercayaan Bangsa Celtic yang menganggap tiap malam Halloween, roh peri, tukang
sihir, makhluk halus, bergentayangan. Mereka ingin memasuki tubuh manusia.
Mereka percaya, bila ingin selamat harus mematikan api yang menyala dalam
rumah, agar tubuh mereka dingin, sehingga roh jahat tidak mau masuk. Agar roh
menjauh, mereka juga berkeliling desa dengan kostum seram, lantas membunyikan
alat-alat musik seadanya, agar suara berisik itu menakut-nakuti roh
gentayangan. Tragisnya, bila ada manusia yang kerasukan, mereka akan
membakarnya hidup-hidup. Tujuannya memberi pelajaran bagi roh lain agar tidak
masuk dalam tubuh manusia.
Sebuah kota di negara
bagian Minnesota, Anoka mengklaim
dirinya sebagai ibukota Halloween. Mereka selalu merayakanya dengan menghias
seluruh kota dan pawai besar-besaran. Wisatawan juga banyak mengunjungi kota
Salem di Massachusetts setiap menjelang perayaan Halloween karena terkenal
dengan legenda sihirnya… Kini Halloween dianggap sebagai sekedar seru-seruan
atau perayaan yang menyenangkan. Beberapa pusat perbelanjaan, hotel dan kafe
pun mengemasnya dengan pernik-pernik yang tidak menyeramkan.
“Tapi gimana dengan
mitos yang nggak boleh dilanggar? Bakal kena tulah beneran nggak sih? “ tanyaku
penasaran waktu melihat, seekor kucing hitam melintas tiba-tiba. Entah, bulu
kudukku tiba-tiba berdiri.
“Santai sajalah…Hari gini,
masih percaya hantu….” Kata-kata Danny belum selesai, ketika tiba-tiba sebuah
lampion labu cukup besar yang tadinya tergantung tak jauh dari tempat kami
duduk, tiba-tiba jatuh dan hancur berantakan. Tuh! Entah, kali ini angin atau
kekuatan lain yang menjatuhkannya… (ft: berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar