Rabu, 25 Juli 2012
Kamis, 19 Juli 2012
Cerita dari Sebuah Gelang
Cringgg!
Cringgg! Cringgg! Lagi-lagi suara krincingan itu, terdengar. Entah, siapa yang
suka mainin krincingan malam-malam gini. Nggak lucu! Lihat saja, bawaannya bikin mrinding. Paling nggak banget deh, tengah malam, ketika
semua orang sudah lelap tidur, main klonengan. Sudah beberapa hari ini,
tepatnya sejak aku pindahan ke rumah yang dulunya milik almarhumah eyang putri.
sahabat Yoga dari Gedong Sanga
Miris, ngeliat evakuasi korban
pesawat Sukhoi yang jatuh di gunung Salak, Bogor. Beberapa relawan, petugas media dan polisi,
menembus medan yang curam, penuh lumpur, batuan terjal, apalagi pas abis hujan… belum lagi, kalo ada kabut karena
sekelilingnya hutan dan gunung. Fiuuh, bukan sekali ini saja, aku ngeliat
tayangan pesawat jatuh, tapi kondisi hutan dan jurang curam di kawasan gunung
Salak itu yang membuatku mau tidak mau ingat kembali, kejadian beberapa tahun
silam, waktu aku masih sering bolak balik naik gunung.
Pakde Roso
Sumpah! Nggak boong… feeling-ku mengatakan, ada yang nggak
bener di kost’an ini. Sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah,
berlantai empat ini, perasaanku langsung nggak enak. Orang pinter bilang, auranya gelap. Bener! Bener.. auranya jelek hingga membuatku
sesak bernafas, terutama tiap kali naik ke lantai tiga dan empat. Padahal ruang kuliahku di lantai empat, naik
turun tiap hari biasa tuh. Tapi kok di kost’an, baru mau naik lantai tiga saja,
rasanya seperti ada yang memberati kakiku, supaya tidak naik. Bbbrrr… dinginnya
angin juga membuatku suka terhenyak dan bergidik, sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)