Auuuuuu!!! Lagi-lagi
anjing tetangga melolong. Suaranya memilukan,
bikin hati giris. Entah kenapa peliharaan tetangga depan rumah,
akhir-akhir ini sering banget melolong.
Nggak siang, nggak malam… Paling nyebelin kalau aku lagi begadang,
mengejar deadline sendirian sampai tengah malam… tiba-tiba suara lolongannya
kedengeran. Soalnya bukan hanya kaget saja, tapi bulu kudukku langsung berdiri.
Kabarnya, anjing yang
melolong tiba-tiba itu kan karena dia melihat atau merasakan ada makhluk halus
di dekatnya. Benar atau tidaknya, aku nggak mau memikirkan hal itu. Jelas-jelas aku ini penakut. Lihat film horor
sama, males…Masa disuruh membayangkan, ada makhluk halus lewat. Bbbrrr! Yang
bener saja…Amit-amit.
Malam ini tidak berbeda
dari hari-hari sebelumnya. Masih ada beberapa catatan, koreksian kantor yang
musti aku kerjakan. Sendirian. Selesai
menyeduh segelas kopi, membuka laptop
dan memutar CD penyanyi kesukaanku, aku menghempaskan diri di kursi, tepat di depan
meja ruang tengah yang biasa aku gunakan buat bekerja…
Bing! Beberapa SMS
masuk. Biasa Wahyu dan Retno, dua kakakku yang super perhatian itu, selalu
nanyain kabar. Ngingetin macam-macam, sampai terakhirnya, kapan kamu segera
melamar Siska? Wadowww… Kalau sudah sampai pertanyaan terakhir, aku nggak bakal
bisa menjawab.
Perempuan asal Jawa
Timur yang sudah tiga tahun berstatus pacar itu, masih tenang-tenang saja kok
belum dilamar. Dia bilang, ingin konsentrasi dulu di pekerjaannya sekarang.
Maklum, dia kan baru enak-enaknya dapat promosi jabatan baru. Ntar giliran dia
menikah, pasti nggak lama lagi disibukkan dengan momongan, urus suami,
bla..bla..bla… kasihan. Aku sendiri masih merasa, sangat muda… Belum genap 27
tahun. Hari gini, nggak ada istilah bujang lapuk atau perawan tua. Karier,
keluarga mapan, lebih penting dipikirkan. Menikah buru-buru, kalau ekonomi
masih Senin Kamis, trus pribadi keduanya masih labil, buat apa…
Auuuuuuuu! Aduh anjing
itu melolong lagiii. Buyar lamunanku, berganti dengan perasaan gamang. Bulu
kuduk ini seperti ditiup, berdiri. Baru nyadar, jam di dinding sudah
menunjukkan pukul 12 lewat sedikit… Sementara koreksianku belum banyak, masih
ada yang harus dibenerin…
Aku mengeliat malas,
sambil membuka jendela…berharap udara masuk, nggak pengap… Bbbbbrrr! Mataku
yang masih sehat, belum pernah memakai kacamata ini menangkap bayangan… Astaga!
Nggak salah tuh??! Seorang perempuan
separuh baya dengan badan terbungkuk-bungkuk, jalannya kelihatan susah
banget, lewat di depan rumah, bersamaan dengan anjing tetangga yang melolong…
Wanita itu kelihatan
kepayahan jalannya. Mungkin kakinya sakit atau badannya yang sudah renta itu,
nggak sanggup dihajar angin malam yang pastinya dingin di luar
sana..Srreeett..Sreetttt! Langkahnya yang diseret, sampai-sampai seperti
terdengar di telingaku. Padahal sih, nggak mungkin… Masa dia di seberang situ,
suaranya bisa kedengeran jelas.. Halusinasi.
Tangan ini sudah mau menutup jendela, tapi isi kepalaku malah mendorongku
untuk tetap terjaga di situ, melihat apa yang akan terjadi kemudian.
Sreeeetttt. Srreeetttt!
Suara itu lagi. Perempuan tua itu masih menyeret langkahnya, jalannya memang
super lambat seperti keong. Kurasa tengkukku dingin. Perasaan nggak enak
menyergap, pas bersamaan dengan lolongan anjing yang kesekian kalinya…
Auuuuuuu!!! Aku
merinding. Perempuan tua itu mendadak menghentikan langkahnya. Dia menoleh, pas
menatapku! Duenggg! Ya Tuhan. Remote CD yang tadi nggak sadar kupegang terus
dengan tangan kiriku itu, sampai terlepas. Prakkk! Hancur deh bisa-bisa
remoteku itu… Aku nggak peduli, karena sekarang jelas-jelas perempuan itu
menatapku, nyaris nggak berkedip.
Aduuuh! Jangan-jangan
dia tau, sejak tadi aku memperhatikan jalannya? Atau jangan-jangan, dia bukan
manusia… ini yang disebut penampakan? Tubuhku menggigil. Perempuan itu bukannya
menjauh, lewat, eh malah mendekati rumahku. Dengan langkah terseok-seok dia
mendekati halaman rumahku yang hanya sepetak, cuma sekian ratus meter saja dari
jendela kamar, tempat aku memperhatikan gerak geriknya sekarang.
Waduuuh! Dia membuka
pagar.. Lantas masuk halaman… Sendi-sendiku rasanya mau copot. Perasaan nggak
enak ini, membuat akal sehatku kacau. Tapi masa sih, cowok penakut? Jelas-jelas
itu kan kepercayaan orang saja yang mengatakan, lolongan anjing menandakan
makhluk halus lewat.. Kalau nenek ini jadi-jadian ya, nasib apes saja kaliii…
Aku merapatkan kembali
jendela kamar. Lantas, keluar.
Ibaratnya, kalau mau hancur, bonyok, sekalian hancur saja deh. Hadapi. Daripada
aku ngeringkel di kamar, sembunyi karena ketakutan? Siapa tau, nenek ini memang
beneran manusia yang butuh pertolongan?
Pintu depan, kubuka
setelah sebelumnya lampu ruang tamu yang semula kecil, kuganti dengan
menyalakan yang besar. Biar terang, jelas… Bbbbrrrr! Dingin. Klekkkk! Kunci
kuputar, pintu berhasil dibuka… Nenek yang tadi masih di halaman luar itu,
sekarang sudah berdiri tepat di depan pintu
rumahku! Jaraknya kini nggak lebih dari setengah meter di depanku…
Astagaaa! Aku sampai terbatuk-batuk, tersedak, saking kagetnya.
Bau wangi bunga atau
rempah-rempah, langsung menusuk indra penciumanku. Perempuan itu menatapku dalam-dalam. Baru
kusadar, dia sebenarnya cantik. Meski sudah keriput, sisa kecantikannya masih
jelas terlihat. Wah, waktu mudahnya pasti jadi kembang kampus tuh…
“Boleh minta minumnya,
nak??” Glekkk. Suaranya yang serak dan parau itu, mengejutkan. Dia bicara! Ya
iyalah…manusia. Ingin rasanya menertawakan kebodohanku sendiri. Kalau dia bisa
bicara, pasti manusia. Lagian, ngapai aku musti percaya cerita di film-film
horor…
“Oh, ada-ada nek… Masuk
dulu, duduk? Saya ambilin ya?” tawarku, sambil ngebuka pintu lebar-lebar.
Perempuan itu menggeleng. Isyarat matanya mengatakan, dia di situ saja nungguin
minum…
“Nggak dingin nek,
berdiri di situ? Nenek duduk saja, masuk. Nggak apa.. Saya ambilin minum dulu
ya…” kataku, lantas meninggalkannya dia sendirian di sana. Aku ingat, masih
punya beberapa gelas air mineral dalam kemasan. Aku mengambil paper bag di
meja, lantas aku masukkan kemasan air mineral itu dalam tas karton itu.
Lumayan. Buat bekal nenek itu…
Aku keluar, berharap
wanita tua itu sudah duduk di ruang tamu. Nyatanya, nggak. Dia masih berdiri di
depan pintu, sambil tangannya berpegangan dinding. Kayaknya menahan tubuhnya
yang sudah kelelahan… Kasihan.
“Nek, istirahat dulu di
dalam… Nenek mau kemana sih, malam-malam gini?” tanyaku, sambil memegang
pundaknya. Bbbrrr. Dingin. Aroma rempah pandan yang wangi banget itu lagi-lagi
menusuk indra penciumanku.
Wanita tua itu
menggeleng. Dan aku ingat..Bukannya masih ada sisa kue yang sore tadi dikasih
Dita, teman sekantorku? Malam ini juga pasti nggak bakal kumakan, karena itu
artinya bikin badanku yang sudah nggak ramping lagi ini makin melebar…
“Sebentar ya, Nek…
Tunggu dulu di sini, jangan kemana-mana. Tunggu. Sebentarrr saja…” kataku,
lantas buru-buru ke dapur. Pintu lemari es kubuka. Bener. Masih ada seperempat
kue tart, pemberian Dita yang siang tadi merayakan ultah di kantor dengan
potong kue.
Kue kuambil, kumasukkan
dalam wadah makanan dari plastik. Lantas, aku balik lagi ke depan. Jrengg!
Wanita tua itu sudah nggak ada di sana. Bingung. Aku cari-cari di teras depan
atau halaman, sama saja hasilnya. Dia sudah nggak ada di sana… Sementara itu,
lolongan anjing kembali terdengar. Bulu
kudukku meremang. Buru-buru aku menutup pintu depan, mematikan lampu utama dan
balik ke meja kerjaku, buat menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai.
Jantungku berdegup kencang. Pasrah saja lah.. Wanita tua itu tadi manusia atau
jadi-jadian...asal dia tidak mencelakaiku saja, cukup.
********
Bau bangkai??!!!
Pusing. Selesai mandi, aku mencium bau tak sedap yang sumbernya dari teras
depan. Bau bangetttt! Seperti bau bangkai atau sesuatu yang membusuk. Gggrhhh.
Jangan-jangan, sampah di depan rumah
diacak-acak kucing, hingga baunya kemana-mana? Malas banget, aku keluar buat
mencari sumber aroma tak sedap ini… Pas pintu depan kubuka…
Astagaaaa! Bangkai
tikus itu tergeletak di depan, tepat di depan pintu. Kepalanya sudah hilang!
Sebagian badannya tercabik-cabik, sampai isi perutnya terburai. Hampir saja aku
muntah, jijik dan mual dengan baunya… Lalat sudah mengerubutinya… Astagaaa!
Masa sih kucing sadis banget, sampai mencabik-cabik korbannya seperti ini?
Bener-bener sial.
Pagi-pagi sudah dapat “hadiah” bangkai tikus. Terpaksa aku musti bersihkan
bekasnya dengan karbon dan menyiramnya dengan air sebanyak-banyaknya, agar
bakteri dan baunya nggak menyebar ke mana-mana. Bangkainya kumasukkan plastik,
lalu kumasukkan tempat sampah. Selesai. Aku mandi dan bergegas ke kantor.
Bayangan tikus mati,
darah di mana-mana tadi pagi, nyaris aku lupakan. Balik dari kantor, baru
kuingat bola lampu kamar belakang, mati. Aku mampir dulu ke toko kelontong kecil yang menyatu dengan warung ronde, di
ujung gang dekat rumah, buat beli bola lampu.
Duuuh! Wanita tua itu
lagiiii?? Aku mengerjapkan mata, berusaha meyakinkan dengan penglihatanku..
Perempuan yang semalam kutemui di rumah, ternyata ada di warung ronde ini. Dia
mondar mandir di balik meja, tapi tidak melakukan apa-apa. Hanya melihat
kesibukan seorang perempuan muda yang lagi menghitung-hitung sesuatu. Oooh,
mungkin belum ada pembeli. Mereka masih nyantai..
Entah kenapa, perasaan
nggak enak kembali menyergap. Apalagi pas perempuan tua itu tiba-tiba sadar,
aku memperhatikannya dari tadi. Dia menatapku, tajam… Aku senyum. Ya,
setidaknya dia kan inget aku tetangganya, bahkan dia pernah ke rumah. Wuusss!
Tapi dia diam saja… Tanpa ekspresi. Seolah-olah, kami tidak pernah bertemu
sebelumnya.
Bbbbr,…Bulu kudukku
kembali meremang. Aneh. Kok bersamaan dengan anjing tetangga yang melolong,
menggiriskan suaranya. Wanita tua itu masih memperhatikan aku dengan dahi
berkernyit…. Sementara perempuan muda yang bersamanya, ketika melihatku malah
senyum, sambil menganggukkan kepala… “Mampir masss…” katanya.
Aku menggeleng, senyum.
“Makasih Mbak…Saya
buru-buru, masih capek abis pulang kantor,” kataku lagi, sambil menerima uang
kembalian dari penjaga toko. Penjaga toko kelontong itu mengerutkan keningnya,
seperti terheran-heran melihat aku memperhatikan warung ronde itu…
“Ngomong sama siapa
mas?” tanyanya… Aku senyum sambil menunjuk perempuan muda itu… Penjaga toko itu
masih mengeryitkan dahi. Mmm, pasti sebentar lagi aku digosipin deh. Cowok kecentilan menggoda penjaga warung
ronde hahahahaha…
*******
Dua malam berturut-turut,
tidurku nggak pernah bisa nyenyak. Gimana mau lelap, kalau lolongan anjing itu
selalu saja terdengar, bersamaan dengan udara dingin di tengkuk. Sampai bulu
romaku berdiri. Kalau kuintip, aku sering melihat wanita tua itu tengah jalan
sendirian, sambil mengepit tas lusuhnya yang terbuat dari anyaman daun pandan.
Paling membetekannya
lagi, selalu kutemukan ceceran darah di teras. Bangkai tikus yang
dicabik-cabik. Astaga. Seperti diteror saja… Tiap pagi musti membersihkan
bangkai tikus yang badannya sudah nggak utuh lagi…
Malam ini, lagi-lagi
badanku menggigil. Pas kulihat dari jendela, wanita tua itu jalan
terhuyung-huyung sendirian. Astaga tuh nenek. Masa selalu jalan tengah malam
gini. Atau jangan-jangan, dia bukan manusia beneran? Alias hantuuuuu??
Badanku lagi-lagi
menggigil, bersamaan dengan ketukan di pintu. Tamu? Aku ke depan dengan ragu..
Salah alamat atau memang tamu iseng, tengah malam begini? Aku membuka pintu…
Andaikan dia orang jahat, aku sudah berjaga-jaga. Biar begini kan aku bisa bela
diri… Dulu pernah ikut padepokan pencak silat…
Dugggg! Pintu terbuka.
Wanita tua itu sudah berdiri di situ… Aku menggigil, takut sendiri… Inget
gimana dia suka jalan malam-malam sendiri… Inget gimana dia tiba-tiba
menghilang, ketika aku tengah mengambilkan kue ….
“Boleh minta air
minumnya nak???” Aku tergagap, nggak menjawab. Sampai wanita tua itu
memandangku dengan tatapan heran…
“Nak…”
“Oohhh… iya…iya Nek,
sebentar ya… Saya ambilkan. Nenek duduk saja dulu di dalam…” kataku, sambil
buru-buru ke belakang. Aku nggak mau basa basi lama-lama. Perasaanku
mengatakan, ada yang nggak bener sama wanita ini…
Betul kan! Pas aku
balik wanita tua itu sudah nggak ada di sana. Hanya baunya yang semerbak pandan
itu tercium. Aku menggigil. Pintu ruang tamu masih terbuka lebar. Pas aku mau
tutup, seorang perempuan cantik kulihat
berdiri di deket pagar rumah. Ohhh, penjaga warung ronde itu. Berarti tadi dia
mencari ibunya kali…
“Mbak, cariin Ibu yang
sama mbak di warung itu ya?” tanyaku, sambil keluar menghampiri tuh cewek.
Perempuan ini senyum, mengangguk.
“Ya, saya cari Ibu.. Bu
Ijah, ibu saya..Biasanya lewat sini…” katanya, sambil meremas-remas dompet yang
dia pegang. Sepertinya dia gelisah. Kasihan. Aku senyum, lantas kutunjukkan
arah itu itu biasa pergi..
“Tadi mampir ke sini,
entah kok tiba-tiba menghilang..Kayaknya ke sana deh,” kataku. Dia senyum,
tanpa banyak bicara trus meninggalkanku sendiri. Aku menggeleng-gelengkan
kepala, pas anjing tetangga kembali melolong. Lama-lama kutimpuk juga tuh
anjing…Bikin jantungan aja!
***********
Sore ini, sepulang
kantor sengaja aku jajan wedang ronde bareng Dito, tetangga samping rumah. Kami
memang berteman baik. Kalau nggak jogging pagi bersama, kadang juga nonton
bioskop bareng… Tepatnya sejak aku pindah kompleks sini, tiga bulan yang lalu.
Mungkin karena dia sebayaku… Jadi kami nyambung.
Aku senyum, pas melihat
perempuan muda itu mondar mandir di dapurnya yang terbuka, jadi kelihatan sama
tamu yang beli ronde. Sementara wanita tua yang biasa kulihat malam-malam,
nggak henti menatapku. Aneh nih ibu..Perasaanku makin nggak enak… Sementara
seorang cowok yang kutebak usianya nggak lebih dari 20 tahunan, sibuk meladeni
pembeli.
“Ngapain lo
senyum-senyum?” tanya Dito. Aku tertawa.
“Perempuan itu cantik
juga ya…” Dito mengerutkan kening.
“Sakit jiwa ya?!! Nenek
tua diisengin…”
Aku melotot. Dito ngaco
juga becandanya. Masa aku dibilang naksir yang nenek-nenek itu??? Aku menendang
kakinya. Trus kubisikin…takut ada yang denger, kan malu..
“Cewek itu yang mondar
mandir di dapur..” kataku lagi.. “Anak ibu warung kali ya?”
Dito mendadak pucat.
Dia buru-buru menyelesaikan makannya, trus mengajakku pergi dari situ… Pas
memang mangkokku sudah kosong.
“Apaan sih loooo??!
Masih enak-enaknya nongkrong di situ, main tarik aja!”
Dito nafasnya memburu,
seperti orang habis dikejar maling.
“Jadiiii…ja..jadiiiii
lo bisa ngeliat juga ya???”
Aku masih nggak
ngerti….
“Sebagian orang bisa
ngelihat memang, suka digangguin ..Amit-amit, jangan sampai aku juga bisa
melihatnya….”
Aku masih nggak ngerti.
Kutepiskan tangannya yang mencengkeram kerah kemejaku. Astaga. Baru nyadar, dia
kok sepertinya takut banget sih????
Dito menenggak habis
air putih yang kukasih, setelah kami sampai di rumah.
“Ndra! Warung ronde
itu… pemiliknya ibu tua dan anak laki-laki yang ngeladenin kita itu saja… “
“Trus cewek itu?
Pembantunya????”
Dito menggeleng. “Anak
perempuannya yang sering kamu lihat itu, sudah lama meninggal! Dia ditemukan
mati, gantung diri di warungnya. Gara-gara sebelum kejadian itu, dia diperkosa
sama sejumlah berandalan anak kampung sebelah.. Pelakunya belum tertangkap. Dia
mungkin nggak sanggup nanggung malu, trus bunuh diri… Memang beberapa penduduk
masih sering diliatin, cewek itu…”
Duuukkk!!! Mataku berkunang-kunang. Kepalaku pusing….
Jadi nenek yang serem itu ibu kandung perempuan yang justru sudah mati, karena
bunuh diri???(Foto: berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar