Siang yang panas. Thanks GOD, bersyukur masih diberi
kesempatan bernafas, berpikir, menikmati sepiring nasi dengan sayur dan
lauknya, sebuah anugerah luar biasa. Lumayan, setengah hari menghasilkan dua
sinopsis, meski itu juga belum tentu diterima hahahaha. Bisa aja baru dibaca
awalnya, langsung dilepehin. Biasa. Lamban bener, ya. Padahal kalo lagi
deadline cerpen horor, pernah rekor dalam waktu lima jam selesai 3 cerpen yang
panjangnya lumayan. Eh, ini nulis sinopsis aja lemot hihihi.
Sinopsis
emang tidak se’hits skenario. Fans sinetron, penggila stripping dan film
seringkali berpikir, sebuah produksi hanya butuh skenario yang bagus. Boleh
dibilang, sinopsis otaknya. Rangkuman cerita keseluruhan. Hanya dengan membaca
sinopsis, kita tau jelas siapa tokohnya. Karakter masing-masing tokoh,
konfliknya dan alurnya. Baru dari
sinopsis dibuat Scene Plot atau semacam kerangka, ya.
Ngomongin
soal sinopsis, ide itu bisa datang dari mana saja. Sama seperti mencari ide
untuk menulis cerpen atau novel. Dulu sih sering dibilang, cari ilham itu butuh
tempat, waktu dan mood yang pas. Wuih, kalo nunggu mood mungkin sampai lima
atau sepuluh tahun pun nggak akan pernah menghasilkan tulisan apa-apa.
Saya
memang tidak serajin beberapa teman saya yang suka kemana-mana bawa catatan,
atau bikin memo di handphone atau bahkan, langsung buka laptop dan
menuliskannya di sana. Sambil ngetik, sambil cari ide. Saya suka ngayal dulu
waktu di toilet, ketika mau tidur, atau lagi nungguin orang yang janji ketemuan
di café. Lebih sering di toilet sih. So, jangan marah kalo saya suka lama
mendekam di sana, tanpa suara hihihihi… Nggak jorok, kok. Saya bisa bayangin,
oh kalo tokohnya gini, ketemu itu lantas berubah begini, masalah muncul bla bla
bla…
Celakanya
pernah nih, saya lagi seger-segernya dapat ide horor. Berdarah-darah, serem dah
pokoknya. Keluar dari toilet, mau tidur. Saya lupa, tadi masuk toilet emang
udah hampir tengah malam. Jrenggg!!! Bukannya tidur, otak saya masih
bermain-main dengan ide horor tadi. Bahkan suara kipas angin pun, ngagetin
hahahha. Senjata makan tuan tuh, namanya.
Balik
ke ide tadi. Saya suka menyimpannya di kepala dan nggak langsung ngetik di
laptop. Tau akibatnya? Ternyata apa yang saya mau di kepala, tidak semudah itu diterjemahkan dalam bentuk
tulisan. Ngomong lisan sih gampang. Ceritanya begini, bla bla bla. Tapi begitu
harus ditulis dengan bahasa yang runtut, alur jelas, data lengkap agar mereka
yang baca pun ngerti apa yang kita mau, doeng! Susah, bow! Hahahaha… Kadang
tidak secepat otak saya mengembangkannya.
Saran
aja, sih… Makin cepat ide-ide itu “diterjemahkan”
dalam bentuk tulisan makin baik. Kepala saya ini seperti loker, lemari dengan
banyak laci. Maunya banyak. Impiannya panjang. Tapi eksekusinya kan juga harus
ada. Berupa paper atau naskah di email, di laptop, di dokumen. So, cuss ah… tulissss!!!
(Buku ANGIE saya dikomentari CitraPrima Parapsykolog dan bintang Masih Dunia Lain)