Rabu, 27 Mei 2015

"It's A Gift" bukan bahan "tertawaan"



Ngetop dan masuk televisi? Mungkin sebagian besar masyarakat kita kalo ditanya, jawabnya mau banget. Bukan hanya orangtua saja, anak kecil pun kalo ditanya, ada yang dengan lantangnya bilang, “Pengen jadi artis!”.  Profesi membanggakan, mungkin. Banyak yang mengenali kita, rupiah pun dengan mudah kita dapat. Bayangin, sebagai selebriti kan tidak hanya main sinetron saja. Bisa jadi bintang iklan, nara sumber atau motivator di berbagai acara talk show, sampai ambassador dari sebuah produk yang tiap tahun bisa diperbaharui. Itu artinya, kontrak dan kontrak lagi. Pundi-pundi bertambah, popularitas meningkat. 
     Banyaknya stasiun televisi pun juga menjanjikan. Reality show, beragam acara live yang melibatkan penonton atau masyarakat awam, membuat kesempatan mereka tampil on camera terbuka lebar. Seperti tayangan Yuk Keep Smile yang akhirnya berakhir, dan kini yang lagi happening KDI, Akademia, Dterong, Duel, Bintang Pantura, Blusukan etc.
    

Senin, 25 Mei 2015

Ide

Siang yang panas. Thanks GOD, bersyukur masih diberi kesempatan bernafas, berpikir, menikmati sepiring nasi dengan sayur dan lauknya, sebuah anugerah luar biasa.  Lumayan, setengah hari menghasilkan dua sinopsis, meski itu juga belum tentu diterima hahahaha. Bisa aja baru dibaca awalnya, langsung dilepehin. Biasa. Lamban bener, ya. Padahal kalo lagi deadline cerpen horor, pernah rekor dalam waktu lima jam selesai 3 cerpen yang panjangnya lumayan. Eh, ini nulis sinopsis aja lemot hihihi.
     Sinopsis emang tidak se’hits skenario. Fans sinetron, penggila stripping dan film seringkali berpikir, sebuah produksi hanya butuh skenario yang bagus. Boleh dibilang, sinopsis otaknya. Rangkuman cerita keseluruhan. Hanya dengan membaca sinopsis, kita tau jelas siapa tokohnya. Karakter masing-masing tokoh, konfliknya dan alurnya.  Baru dari sinopsis dibuat Scene Plot atau semacam kerangka, ya.    
     Ngomongin soal sinopsis, ide itu bisa datang dari mana saja. Sama seperti mencari ide untuk menulis cerpen atau novel. Dulu sih sering dibilang, cari ilham itu butuh tempat, waktu dan mood yang pas. Wuih, kalo nunggu mood mungkin sampai lima atau sepuluh tahun pun nggak akan pernah menghasilkan tulisan apa-apa.
     Saya memang tidak serajin beberapa teman saya yang suka kemana-mana bawa catatan, atau bikin memo di handphone atau bahkan, langsung buka laptop dan menuliskannya di sana. Sambil ngetik, sambil cari ide. Saya suka ngayal dulu waktu di toilet, ketika mau tidur, atau lagi nungguin orang yang janji ketemuan di cafĂ©. Lebih sering di toilet sih. So, jangan marah kalo saya suka lama mendekam di sana, tanpa suara hihihihi… Nggak jorok, kok. Saya bisa bayangin, oh kalo tokohnya gini, ketemu itu lantas berubah begini, masalah muncul bla bla bla…
     Celakanya pernah nih, saya lagi seger-segernya dapat ide horor. Berdarah-darah, serem dah pokoknya. Keluar dari toilet, mau tidur. Saya lupa, tadi masuk toilet emang udah hampir tengah malam. Jrenggg!!! Bukannya tidur, otak saya masih bermain-main dengan ide horor tadi. Bahkan suara kipas angin pun, ngagetin hahahha. Senjata makan tuan tuh, namanya.
      Balik ke ide tadi. Saya suka menyimpannya di kepala dan nggak langsung ngetik di laptop. Tau akibatnya? Ternyata apa yang saya mau di kepala,  tidak semudah itu diterjemahkan dalam bentuk tulisan. Ngomong lisan sih gampang. Ceritanya begini, bla bla bla. Tapi begitu harus ditulis dengan bahasa yang runtut, alur jelas, data lengkap agar mereka yang baca pun ngerti apa yang kita mau, doeng! Susah, bow! Hahahaha… Kadang tidak secepat otak saya mengembangkannya.
     Saran aja, sih… Makin cepat ide-ide itu  “diterjemahkan” dalam bentuk tulisan makin baik. Kepala saya ini seperti loker, lemari dengan banyak laci. Maunya banyak. Impiannya panjang. Tapi eksekusinya kan juga harus ada. Berupa paper atau naskah di email, di laptop, di dokumen. So, cuss ah… tulissss!!!  (Buku ANGIE saya dikomentari CitraPrima Parapsykolog dan bintang Masih Dunia Lain)
               

Jumat, 22 Mei 2015

Warung Blogger: Surat untuk Warung Blogger

Warung Blogger: Surat untuk Warung Blogger: Dear, Warga WB Banner Lomba Surat untuk Warung Blogger Sudah tahukah kalian kalau tanggal 25 Mei 2015 nanti Warung Blogger kalian ...


Empat tahun? O My Gosh! Tanpa sadar, empat tahun kita sama-sama bertumbuh. Jujur, saya bukan blogger sejati yang rajin update.   Ketika saya mengenal Warung Blogger, saya baru sadar kekuatan blogger itu dahsyat.  Kita semua punya latar belakang berbeda, ketrampilan beragam, talenta bermacam-macam, dan jaringan sendiri. Tapi sebagus-bagusnya blog kita, tanpa saling mengenal dengan blogger lain, tanpa tau apa yang sedang terjadi “ di luar” sana, sama saja bohong. Dan Warung Blogger di sini mampu merangkul semuanya tanpa pamrih. Jujur, kalau hanya cari kekayaan saja, ngapain capek-capek ngeladenin blogger lewat sosmed?  So, terima kasih Warung Blogger… keberagaman anggotanya bikin kita sama-sama “kaya”. 
     Kita bisa saling berbagi informasi dan saling menguatkan.  Malu  saya, belum bisa “berbagi ilmu” seperti yang dilakukan admin Warung Blogger. Mudah-mudahan semangat blogger untuk saling bergandengan tangan dalam naungan Warung Blogger tidak tergoyahkan.
     Mungkin untuk workshop, meet and greet antar blogger dengan nara sumber yang lagi hits atau acara silaturahmi lainnya, belum bisa maksimal. Sadar, masing-masing anggota pasti punya kesibukan dan masalah pribadi.  Ngumpulin orang yang sudah saling kenal akrab saja sulit, apalagi ngumpulin teman-teman yang masih baru kenal. Tapi Warung Blogger bisa mengggunakan sosial media buat  sharing, atau diskusi  lewat group whatsapp,  kita bisa sama-sama “charge” batere, saling mengisi, saling menguatkan dan berbagi kepandaian.       
     Sekali lagi, happy birthday ya!!! Jangan pernah berhenti,  bagikan informasi positif buat kami. Anggota Warung blogger. Smangatsss!! 


Damn I Love My Job!

     Panas gila! Andai digambarkan dalam film animasi, wajah saya mungkin sudah merah mirip kepiting rebus trus kepala ngebul. Keluar asap, mirip tungku perapian. Entah, beberapa hari belakangan ini, matahari lagi garang-garangnya. Apalagi sinarnya pas banget masuk jendela kamar yang bersisian dengan “meja kerja” saya. Kebayang dong. Biar pun pake baju seadem mungkin, tetep aja berasa sauna hahahaha…


     Ngomong-ngomong soal panas, hati ini juga lagi meradang melihat tayangan di televisi dan rating yang tidak bersahabat. Ibaratnya, maju kena mundur kena. Serba salah.  Sebenarnya apa sih yang dimaui penonton kita saat ini?  Drama melow sudah berganti dengan tayangan remaja, abegeh gaul.
Dance, musik, wajah fresh dan muda, pastinya lebih laku daripada era-nya Cinta Fitri,  Putri Yang Tertukar atau Di Antara Cinta dan Dusta. Tapi itu pun masih bisa digoyang cerita religi, kisah-kisah yang diangkat dari novel best seller,  lantas series Korea, beralih lagi ke fantasi dan kini, India ahaiiii… hehehehe
     Pusing ‘pala Barbie.  Ah, sudahlah. Saya nggak mau berkomentar soal sinetron, apalagi karya orang lain. Bukan ahlinya, juga bukan wilayah saya berbicara.